Dari balik cahaya, dia tahu bahwa lelaki muda di hadapannya itu adalah binatang jalang yang muncul bersamaan dengan curahan air hujan yang turun di sepertiga malam. Sambil menahan nafas, dia perhatikan langkah demi langkah lelaki muda yang dia tahu muncul dari balik kegelapan.
Bagian ini terkunci. Masukkan password untuk membaca selengkapnya.
DARI
BALIK cahaya, Wanita baik-baik itu terus menatap ke arah lelaki muda yang
tiba-tiba saja muncul di dalam kehidupannya. Dari balik cahaya, dia terus menatap
ke arah lelaki muda yang saat ini sedang tersenyum sambil terus menatap ke arah
jantung pertahanan imannya.
Dari
balik cahaya, dia tahu bahwa lelaki muda di hadapannya itu adalah binatang
jalang yang muncul bersamaan dengan curahan air hujan yang turun di sepertiga
malam karena mendengar suara panggilannya. Sambil menahan nafas, dia perhatikan
langkah demi langkah lelaki muda yang dia tahu muncul dari balik kegelapan.
Dari
balik cahaya, dia terus memperhatikan gerak–gerik lelaki muda yang tengah
menghampirinya. Dari balik cahaya, dia memperhatikan lelaki muda yang memakai
pakaian berwarna coklat muda yang sudah terlihat begitu kumal di matanya.
Dari balik cahaya, diam-diam dia menggigit bibirnya. Dari balik cahaya, dia
membandingkan postur tubuh yang memiliki tinggi sedikit lebih tinggi
darinya.
Dari
balik cahaya, hatinya menjerit sambil terus menatap ke arah lelaki muda di
depannya. Dari balik cahaya, dia sadar bahwa satu sisi di dalam dirinya itu
telah lama mati. Dari balik cahaya, dia sadar bahwa lelaki muda di depannya itu
telah membangkitkan satu sisi di dalam dirinya yang telah lama mati.
DI
KESUNYIAN malam, dia sadar bahwa satu sisi di dalam dirinya itu kini telah
telah terbangun dari tidur panjangnya. Di kesunyian malam, dia sadar bahwa satu
sisi di dalam dirinya itu kini tengah menggeliat sembari meraung keras jauh di
dalam relung hatinya.
Di
kesunyian malam, dia sadar jika satu sisi di dalam dirinya itu saat ini tengah
berusaha keluar dari balik dadanya. Di kesunyian malam, dia sadar jika satu
sisi dari dirinya itu kini tengah jelalatan melihat ke arah lelaki muda di
depannya. Di kesunyian malam ini, dia sadar jika satu sisi di dalam dirinya itu
begitu ingin merobek-robek pakaian panjang yang selalu menutup auratnya. Di kesunyian
malam, dia sadar jika satu sisi di dalam dirinya itu saat ini begitu
ingin menarik lepas, serta membuang jauh-jauh jilbab panjang yang dikenakannya.
LELAKI
MUDA yang memakai pakaian berwarna coklat muda dengan tas ransel di pundaknya
itu menatap ke arah wanita baik-baik di depannya. Lelaki muda itu menatap wajah
seorang wanita baik-baik yang dia tau dari dalam kesunyian terus memanggil-manggil
namanya.
Lelaki
muda itu menatap wajah wanita baik-baik yang dia tau saat ini tengah
berusaha untuk tetap tegar berdiri di atas semua rasa sakit yang dideritanya.
Lelaki muda itu menatap wajah wanita baik-baik yang dia tau di dalam ketakutannya
tanpa dia sengaja telah membukakan pintu hatinya pada binatang jalang yang saat
ini dari balik kegelapan tengah memperhatikan dirinya.
Di
sepertiga malam, di antara suara petir yang menggelegar bersamaan angin yang
bertiup kencang. Lelaki muda yang memakai pakaian berwarna coklat muda dengan
tas ransel di pundaknya itu terus berjalan mendekat ke arah peraduan tempat di
mana wanita baik-baik itu berada di atasnya.
BINATANG
BINAL di atas peraduan meraung keras ketika tahu di hadapannya kini ada
binatang jalang yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. Binatang binal
mencabik–cabik seluruh tubuh wanita baik-baik yang menjadi penjaranya. Binatang
binal berusaha mencari jalan keluar dengan cara merobek kulit dadanya. Binatang
binal yang sedari tadi berusaha keluar dari dalam tubuhnya berhasil merobek
kulit dadanya.
Binatang
binal yang berhasil merobek kulit dadanya melompat keluar lalu menerkam wanita
baik-baik yang selama ini menjadi penjaranya. Dengan cakar tajamnya binatang binal
mencengkram wanita baik-baik yang merintih sambil terus meronta. Binatang binal
di atas peraduan membekap mulut wanita baik-baik yang terus menjerit
"Jangan…" takkala binatang jalang itu mendekat ke arahnya.
DI
KESUNYIAN malam, di bawah derasnya air hujan yang turun di sertai suara petir
yang menggelegar, binatang binal itu membekap bibir wanita baik-baik yang
terus menjerit sambil meronta takkala wajah binatang jalang itu mendekat ke
arah bibir kemaluannya. Di kesunyian malam, wanita baik-baik itu hanya mampu
merintih ketika sadar bahwa dirinya tak lagi mampu menjaga kemaluan yang selama
ini begitu dia jaga.
DI
SEPERTIGA malam, wanita baik-baik itu hanya bisa merintih tanpa mampu meronta
ketika binatang jalang itu mendorong paksa. Di sepertiga malam, wanita baik-baik
itu hanya mampu menjerit takkala binatang jalang itu berhasil mendorongnya
jatuh ke dalam kubangan dosa.
Di
sepertiga malam, wanita baik-baik itu hanya mampu menjerit ketika binatang
jalang itu menancapkan taring-taring tajam ke lehernya. Di sepertiga malam, di
antara derasnya air hujan, wanita baik-baik itu hanya mampu melenguh ketika
binatang jalang itu berhasil mengobrak-abrik benteng pertahanannya. Di
sepertiga malam, wanita baik-baik itu hanya mampu merintih ketika binatang
jalang itu berhasil menghujamkan kenikmatannya pas di tengah-tengah lipatan
kemaluannya. Di sepertiga malam, wanita baik-baik itu hanya mampu menangis pilu
ketika merasakan nyeri takkala darah segar mulai merembes dari bekas lukanya.
BINATANG
JALANG di atas peraduan menatap mata sembab wanita baik-baik di sampingnya,
Binatang jalang di atas peraduan menatap tetes demi tetes air mata yang
mengalir jatuh dari pipi wanita baik-baik yang berada di dalam dekapannya. Binatang
jalang di atas peraduan itu menatap wanita baik-baik yang saat ini tengah
memeluk erat tubuhnya dan seperti tidak ingin kehilangan dirinya.
Binatang
jalang di atas peraduan berkata pada wanita baik-baik di sebelahnya, "Rasaku
adalah rasamu, Sakitmu adalah sakitku, Kenikmatanmu adalah kenikmatanku. Aku
ada karena engkau, maka panggilah aku dengan menyebut nama-NYA."
***
WANITA
baik-baik turun dari peraduannya, sambil menggigit bibirnya dia memungut dan
memakai kembali semua pakaian miliknya yang berserakan di atas lantai kamar
tidurnya. Di antara suara ayam jantan yang berkokok menjelang fajar, wanita baik-baik
itu berjalan pelan ke arah meja rias yang ada cermin besar di dalam kamarnya.
DI
KEREMANGAN cahaya malam, wanita baik-baik itu menatap ke arah dirinya yang
berada di dalam cermin besar di depannya. Di antara keremangan cahaya malam,
wanita baik-baik itu berkata "Maafkan aku" pada wanita berkerudung
panjang warna biru tua yang tengah menangis sambil terus menatap ke arahnya.
Di
keremangan cahaya malam, wanita baik-baik itu mengusap air mata wanita yang
sedang menangis di dalam cermin besar di depannya. Di antara keremangan cahaya
malam, jemari wanita baik-baik itu menyentuh kerudung panjang berwarna biru tua
yang di kenakan oleh wanita di dalam cermin besar di depannya.
Di
keremangan cahaya malam, di antara aroma khas wangi gaharu yang mulai memudar,
perlahan tapi pasti kerudung panjang warna biru tua milik wanita di dalam
cermin besar di depannya itu mulai berubah menjadi warna hitam seperti warna
pakaian yang dikenakannya.