MEMANUSIAKAN HUBUNGAN MELALUI GROUP WHATSAPP
MEMANUSIAKAN HUBUNGAN MELALUI GROUP WHATSAPP
Merancang PJJ bukanlah hal yang mudah bagi guru dan siswa. Banyak energi yang harus dikeluarkan untuk mengolah bagaimana supaya pembelajaran yang disampaikan bisa sampai dan diserap oleh peserta didik dengan baik dan sesuai dengan harapan guru.tetapi kenyataan berkata lain banyaknya kendala yang muncul seperti kendala HP yang bergantian pemakaianya,Hp yang masih jadul dan tidak punya Hp, Mulai dari awal PJJ hingga berjalan hampir satu semester. Serasa tidak ada guru yang pandai yang ada hanya guru yang terus mencari dan mencari cara untuk menemukan solusi yang terbaik..
Ada hal yang tidak bisa dipungkiri mindset yang terbentuk dimasyarakat tentang Teacher Center ,bahwa PJJ hanya sekedar ambil materi dari buku kemudian dikerjakan lalu dikumpulkan hampir semua guru melaksanakan hal yang demikian seolah tidak ada kreativitas pembelajaran yang dilakukan.
Rombel sekolah kami termasuk sekolah besar dengan rombel belajar 3 kelas menjadi suatu masalah ketika saya menerapkan Merdeka Belajar berkolaborasi dengan orang tua dan siswa karena strategi Merdeka Belajar Strategi belajar dengan memberdayakan konteks yang dikaitkan dengan kegiatan sehari – hari dirumah dianggap ribet dan membebani, tidak mudah memang merubah miskonsepsi yang sudah melekat dibenak orang tua siswa.
Berikut RPP Merdeka Belajar yang saya share di sini memberdayakan konteks di lingkungan rumah.
Semenjak saya menerapkan merdeka
belajar banyak siswa yang tidak aktif dan tidak mengumpulkan tugas. Absen
diawal pembelajaran tercatat 100% ketika mengumpulkan tugas tinggal 60%.
Sisanya yang 40% menghilang. Banyak yang mengatakan PJJ saya beda tidak seperti
yang lain. Sebagai guru saya ingin mengadakan perubahan dengan sistem belajar
yang kolot Teacher Center menjadi Student Center. Sekali lagi tak mudah merubah
miskonsepsi. Saya berusaha mengadakan refleksi terhadap sistem PJJ saya.
Saya melakukan dialong bersama dengan
orang tua karena orang tua sebagai perpanjangan tangan guru tak bisa dipungkiri
perannya apalagi siswa kelas 3, yang kental dengan intervensi orang tua.
Pertama saya melakukan dialog bersama
melalui media whatsapp dengan oarng tua siswa untuk mengetahui sejauh mana
kemauan mereka dan untuk mencapai kesepakatan dalam proses PJJ. Selanjutnya
saya juga berdialog dengan siswa untuk membangun kesepakatan bersama dalam proses
belajar.
Hal yang biasa dan sudah berjalan seperti
waktu absen pukul 07.00 – 08.00 dan jam mulai belajar pukul 08.00 sebagai
kesepakatan diawal PJJ tetap berjalan. Media yang digunakan tetap menggunakan
media Whatsapp, banyak orang tua yang tidak paham IT.pembelajaran dengan media
whasapp berusaha saya buat lebih interaktif agar tidak membosankan.Siswa lebih
aktif terlibat meskipun hanya dengan media whatsapp. Kesepakatan dokumen pengumpulan tugas kesekolah dibuat 1 minggu
sekali karena kesibukan orang tua. Pembuatan beberapa Kelompok belajar dengan
guru kunjung dua minggu satu kali.
Setelah kesepakatan berkolaborasi terbentuk saya mengadakan evaluasi praktik sampai satu minggu kedepan. Bisa dibayangkan kesepakan yang dibuat bersama disepakati bersama untuk kenyamanan dalam PJJ. Awal pelaksanaan dimulai hari Senin dan Alhamdullilah ada perubahan yang terjadi siswa lebih aktif dalam belajar, saya melakukan komunikasi dialogis untuk mengetahui kesiapan siswa belajar setiap harinya melalui media Whatsapp.Nampak perubahan terjadi dalam satu minggu, menuju minggu yang kedua orang tua mulai rewel bahkan mengintervensi anak agar tugas tidak usah dikerjakan dianggap ribet dan menganggu aktivitas orang tua.Bisa dibayangkan betapa memilih tantangan bukan lah hal mudah untuk dilakukan ada saja muncul alasan jika tidak ada komitmen yang tertanam kuat.
Saya mengingatkan kembali kesepakatan yang sudah dibuat, Dengan merefresh dan mengingatkan kembali kesepakatan yang sudah dibuat Alhamdullilah keadaan kembali kondusif hingga saat ini. Ternyata refleksi memang bagian yang sangat diperlukan untuk membangun keberlanjutan, dalam memanusiakan hubungan.