Rindu Emak
Rindu Emak
Sore ini hujan turun dengan lebat, entah kenapa sosok Emak muncul di otakku. Beliau adalah nenekku, aku biasa memanggilnya dengan sebutan Emak. Emak sudah tiada beberapa tahun yang lalu dalam usia delapan puluh tahun lebih.
Waktu aku kecil, Emak sering mengajakku jalan-jalan, paling sering diajak ke pasar. Di pasar biasanya aku boleh memilih jajanan apa saja yang menjadi kesukaanku, dan cenil adalah salah satu makanan kesukaanku.
Jujur saja masakan Emak bagiku adalah masakan terenak yang pernah aku rasakan. Emak memang pintar memasak, jika ada salah satu cucunya belum datang, satu mangkuk makanan Emak selalu sisihkan untuk cucunya yang belum memakan olahannya.
Sebelum tidur biasanya Emak selalu mengajak ngobrol, apa saja bisa menjadi topik pembicaraannya sampai aku atau Emak tertidur sendiri. Emak tempatku berkeluh kesah, aku bebas bicara apa saja ke Emak dan Emak selalu mendengarkannya dengan penuh kesabaran sambil sesekali mengelus rambut kepalaku. Terkadang aku suka ngajak Emak bercanda dan biasanya Emak selalu tertawa setiap aku mencandainya. Dulu Emak suka menceritakan masa mudanya kepadaku, dan akupun senang mendengarkannya, kadang aku suka cerewet, banyak tanya, karena tidak sabar mendengarkan lanjutan ceritanya sebagai dongeng sebelum tidurku.
Ketika beranjak besar, aku sering ngajak Emak jalan-jalan di sekitar komplek perumahanku, menghirup udara segar. Saat itu Emak sudah mulai sakit-sakitan.
Meski sakit, Emak tidak bisa diam, sambil duduk di atas tikar Emak memotong sayur mayur atau daging, Emak memberi komando ke si bibi yang membantu memasak dan aku kadang bantu juga sih, tapi seringnya ngajak ngobrol Emak . Hehehe
Sebelum sakit, badan Emak gemuk, tapi menjelang tiada badan Emak sangat kurus. Dalam hal berpakaian, Emak bisa dibilang kuno, karena sehari-hari Emak selalu memakai kebaya dan kain sarung, Emak tidak mau pakai daster dan rambut selalu disanggul atau di ciput. Rambut Emak panjang banget sampai melewati bokongnya.
Selesai sholat Emak biasanya mengaji, Al-Quran dan tasbih tak pernah jauh dari tempat tidurnya. Kalau sedang bercerita atau lebih tepatnya banyak ke curhat, kulihat terkadang Emak suka menangis, dan saat itu aku hanya mampu diam sambil terus mendengarkan cerita Emak.
Emak termasuk perempuan kuat, ketika kakek menikah lagi, meski hatinya hancur, Emak tetap berusaha untuk menerimanya, Emak selalu mengatakan kepadaku agar aku belajar ikhlas. Saat itu Emak dan istri kedua kakek sangat akur, waktu masih tinggal di kampung, mereka tinggal terpisah dan hanya beda beberapa rumah.
Aku ingat, saat itu kesukaan Emak adalah film India dan telenovela, Emak bahkan tau jadwal kapan film India tayang dan telenovela tayang, jika sudah masuk jadwal film-film itu maka TV sepenuhnya akan berada di dalam kekuasaan Emak, Emak biasanya menonton film sambil tiduran di kursi dan itu dilakukan setelah acara masak memasak beres semua.
Kalau sedang asyik menonton film kadang Emak suka teriak-teriak kesal atau suka mengomel, hehehe seru juga. Jujur saja dulu kadang aku suka kesal kalau TV sudah dikuasai Emak, tapi sekarang aku malah merindukan saat-saat rebutan remot TV dengan Emak.
Emak saat ini sudah tenang di surga, berkumpul dengan kakek dan orang-orang sholeh lainnya. Namun begitu Emak selalu hadir di dalam hatiku. Doaku khusus kupanjatkan untuk Emak, kakek, saudara, teman dan semua yang sudah mendahuluiku menghadap Sang Pencipta. Semoga mereka semua mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya. Alfatihah.
Traktir creator minum kopi dengan cara memberi sedikit donasi. Silahkan Pilih Metode Pembayaran
Traktir creator minum kopi dengan cara memberi sedikit donasi. Silahkan Pilih Metode Pembayaran