Puisi Akrostik Kecewa dan Kerinduan yang Tandus
Sumber gambar Dokri
Puisi Akrostik dengan kata atau tema Kecewa dan Kerinduan yang Tandus.
Puisi akrostik adalah sajak atau puisi yang huruf awal dari
setiap baris menyusun sebuah kata atau kalimat secara vertikal dari
atas ke bawah.
Sumber referensi
https://titikdua.net/puisi-akrostik/
Cara yang paling mudah membuat puisi. Pilih kata yang saat
ini atau sebelumnya kita rasakan. Beberapa hari yang lalu rasa kecewa
saya rasakan dan menuangkannya dalam bentuk puisi. Kemudian tema rindu
adalah rasa ingin pulang ke kampung halaman.
Kecewa
Kumenanti senja segera berlalu
Engkau hadir menghapus rindu
Cuaca yang cerah penuh harap
Elegi terucap dari bibir
Wajahmu nan syahdu tak bisa kukecup
Aku merana dan kesepian
Kelap-kelip lampu jalanan
Entah kapan menyala
Cadar awan telah hadir
Eloknya tapi tidak mampu merayu hati
Wahai engkau pemilik rindu
Aku meratap gelisah menantimu
Kekasih
Efek engkau tidak hadir
Campursari segala rasa
Ego tersentuh
Waduk air mata mulai tumpah
Andai saja aku bisa terbang
Kukepakan sayap melintasi cakrawala
Elang malam siap membantu
Cairkan salju yang mulai membeku
Embun pagi luruh seiring hadirnya mentari
Waktu telah berganti
Aku lelah menanti
Kegelisahan semalam Kini telah berlalu
Pagi ini Engkau memberi kabar
Segala kekecewaan mulai Cair
Kebekuan hati Entah kemana
Aku menunggumu Walaupun engkau terlambat hadir
Kepiluan hati Abai sudah seiring dengan hadirnya surya
Kumenata kembali hati yang rusuh
Enyahkan segala keraguan
Curahkan semua nyanyian pilu
Edisi sukma yang terluka
Warna awan berangsur-angsur biru
Angin berhembus perlahan meninggalkan rasa yang tawar
Erina Purba
Bekasi, 10072021
Kerinduan yang Tandus
Kalbu mengingat masa-masa indah di waktu kecil
Episode demi episode tayang kembali menyingkirkan kantuk
Ruang-ruang rasa ingin berjumpa dengan kerabat kering seperti padang tandus
Igauan terucap dari bibir menyebutkan nama yang paling tersayang
Naluri mengatakan bahwa pusara-pusara mereka telah menanti belaian tanganku
Derap langkah kaki ingin punya sayap agar bisa sekejap mata mampir menghilangkan rasa ingin berjumpa
Untaian doa pun setiap waktu meminta berharap bisa melepaskan kerinduan yang mendalam
Aku menantikan sang waktu berpihak
Nahas selalu terhalang jurang dan kerikil-kerikil tajam, sehingga menguburkan hasrat untuk bertemu
Yang membuat aku setiap akhir tahun tidak bisa pulang tempat dimana raga ini terlahir
Angin berhembus sepoi-sepoi, menenangkan hati bahwa masih ada waktu yang terindah
Nada-nada penuh harap berkumandang di sanubari
Tiada yang tidak mungkin
Gundah gulana tiada arti, hari esok adalah jawaban
Tuk meraih impian
Aku dan keluarga kecil bisa menata
Nuansa kabut legam berganti dengan surya berwarna biru
Doa-doa dan pinta kelak terjawab
Ungkapan rasa yang tandus berangsur-angsur mulai menghijau
Seiring berjalannya waktu, kerinduan yang mendalam segera berlalu dan bisa menumpahkan di pusara ayah dan ibu tercinta
Erina Purba
Bekasi, 17072021