Membaca adalah Kegemaran sehingga Terlahir Puisi
Membaca adalah salah hobi sedari kecil, sejak bisa membaca lancar di kelas 3. Sejak saat itu suka membaca apapun bentuknya cerita. Setelah bertahun-tahun hobi membaca timbul keinginan untuk menulis. Salah satu dosen, membimbing kami agar menulis setiap hari.
Memulainya bingung entah darimana. Setelah delapan tahun tamat kuliah. Berinteraksi dengan anak-anak, ingin menulis biar bisa dijadikan contoh buat mereka. Ternyata keinginan itu terkabul. Menulis tertatih-tatih. Tetap semangat walaupun menuai banyak kritikan dari teman literasi. Sehingga lambat laun semakin baik menulis. Bahkan bisa membuat puisi dari beberapa novel yang sudah dibaca antara lain:
1. Ayah Kini Aku Tahu Kemana Aku Pergi
Terinspirasi dari novel karya Tere Liye berjudul "Pergi"
Ayah kenapa engkau selalu marah padaku
Apakah yang salah ?
Dengan mudahnya hawa marah muncul di hatimu
Hati ini bertanya-tanya siapakah aku sebenarnya di matamu Ayah?
Apakah aku bukan anakmu?
Ternyata di balik itu semua ada cerita yang menyakitkan
Diam-diam Emak menceritakan padaku
Ayah, ternyata semua sangat menyakitkan
Sehingga Ayah yang dulu romantis menjadi pemarah
Tak hanya aku yang kena marah
Emak juga sering engkau buat menangis
Padahal Emak adalah cinta matimu
Ayah sekarang aku tahu semuanya bahwa apa yang terjadi
Masa lalumu yang kelam dan pahit
Tapi semuanya engkau lampaui
Hingga engkau menjadi seorang tangan kanan taouke besar
Ayah yang hebat
Ayah yang keras
Ayah yang penuh luka
Ayah yang tak takut mati
Aku menjadi penerusmu Ayah
Darahmu mengalir di tubuhku
Aku menjadi sepertimu Ayah
Ayah aku bangga padamu
Walaupun masa kecilku sangat menyakitkan
Tapi aku tetap memujamu
Semua aku tahu Ayah, setelah aku besar
Kini setelah dewasa dan menjadi seperti engkau yang dulu tapi lebih menuju di jalan yang lurus
Aku mengikuti jejakmu tapi bukan sepenuhnya di jalan hitam
Lebih mengutamakan kepentingan masyarakat yang tertindas
Aku memaafkanmu Ayah
Sekarang aku tahu kemana aku harus pergi
Bekasi, 25 Februari 2019
2. Senyum Ibu
Terinspirasi dari novel karya Tere Liye berjudul "Pulang"
Ibu kasihmu sepanjang Samudera Hindia
Tak berkesudahan
Tiada lelah di wajahmu
Tiada sendu di wajahmu
Wajahmu selalu tersenyum untukku
Damainya senyum ibu
Senyum yang menghembuskan nafasku
Hingga aku bisa mengarungi lautan badai kehidupan
Ibu terima kasih untukmu
Aku takjub atas kasih sayangmu
Telapak kakimu adalah surga
Akan tetap menjadi panutan
Tempat aku mengadu
Tempat aku bercerita
Ibu engkau selalu menyempatkan waktu
Mendengar curahan hatiku
Curahan hati yang paling menyakitkan untukku
Tapi engkau bisa meredamnya ibu
Memberi solusi untuk masalahku
Hingga ada rasa damai, nyaman di hatiku
Curahan hati yang aman yaitu ibu
Ibu yang tahu anaknya itu seperti apa
Ibu yang mengandung anaknya pasti tahu bagaimana sang anak dari kandungan sampai lahir
Rasa sakit ketika ibu melahirkan aku
Semua ibu curahkan kepadaku cerita-cerita masa kecilku
Ibu yang mengerti aku
Meredamkan amarah bapak jika aku salah
Ibu tidak rela melihat aku selalu dihukum bapak
Ibu betapa mulianya engkau
Akan aku ingat selalu pesanmu
Ibu aku masih ingat pesanmu sebelum aku pergi merantau
Dengan linangan air mata
Engkau melepaskan aku Ibu
Dengan berat hati tak rela berpisah denganku
Tapi aku harus pergi Ibu
Mengarungi luasnya dunia di luar sana
Tenanglah Ibu aku pasti selalu ingat pesan yang kau sampaikan untuk ku
Pesanmu begitu dalam Ibu
Semua yang serba haram jangan kau sentuh anakku
Jika kelak nanti kau di jalan hitam paling tidak ada yang putih di dalam tubuhmu
Tubuhmu bersih dari semua pantangan
Ingat itu anakku
Hindari semua itu
Hanya itu pesan ibu
Kelak ibu tiada tetaplah ingat pesan terakhir dariku
Selamat jalan anakku
Semoga engkau sukses selalu
Terima kasih ibu
Aku tetap menjaga tubuh ini bersih dari semua yang haram
Yang haram selalu aku hadapi setiap hari Ibu
Pekerjaan hitam yang kulakukan mengharuskan aku berurusan dengan yang haram
Tapi aku bisa menahannya Ibu
Aku selalu ingat pesanmu
Biarpun aku bekerja di jalan yang hitam
Tapi aku tetap bersih dari semua yang haram
Terima kasih ibu, semoga engkau bahagia bersama dengan Dia di atas sana
Bekasi, 08032019
Kisah ini sangat sedih, dada sempat nyesek, air mata mengalir tak terasa. Novel berbau bawang. Novelnya menyentuh kalbu hingga tercipta puisi.
Kemudian novel berikutnya, masih novel Tere Liye. Kisahnya masih sedih sehingga sangat melekat di hati. Dan puisi pun mengalir sesudah selesai membaca.
3. Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Novel oleh Tere Liye
Daun Tak Pernah Benci Angin
Daun tak pernah benci angin yang telah menghembuskan dirinya hingga terbang dan jatuh ke bumi
Apalagi aku tidak mungkin membenci dia sebagai malaikat penolong keluarga yang telah menyelamatkan kami dari kemiskinan
Tapi ini tentang rasa
Rasa ingin memiliki dirinya seutuhnya walaupun perbedaan umur kami begitu jauh
Yang paling menyakitkan rasa memenuhi rongga dada tapi si dia tetap melangkah ke pelaminan
Aku tidak bisa membenci dia
Yang ternyata sama-sama memiliki rasa ingin memiliki tapi tidak bisa melawan takdir
Takdir bahwa aku adalah adik angkatnya
Biarkanlah rasa ingin memiliki itu kukubur dalam-dalam seiring dengan waktu berjalan
Daun tidak pernah benci angin
Begitu juga aku tidak bisa membenci dia
Cinta kami pada akhirnya mengalah demi sang istri yang telah mempunyai benih dari si dia sang malaikat
Erina Purba
Hobi membaca ternyata bisa juga membuahkan hasil. Bisa dijadikan puisi. Puisi-puisi itu tertuang begitu saja. Ikut merasakan apa yang diceritakan si penulis. Tidak hanya dari membaca terkadang dari menonton film juga bisa tercipta sebuah puisi. Demikian pengalaman saya dalam hal menulis puisi.
Bekasi, 04092021
Traktir creator minum kopi dengan cara memberi sedikit donasi. Silahkan Pilih Metode Pembayaran
Traktir creator minum kopi dengan cara memberi sedikit donasi. Silahkan Pilih Metode Pembayaran