Wanita berparas ayu yang mengatakan masih baru di sini itu cukup menarik perhatianku saat ini. Cukup lama kuperhatikan wajah cantik Wanita berhidung bangir ini sebelum Aku tadi memutuskan untuk bertanya, "Asalnya dari mana?"
Penampilan Melly memang berbeda dari yang lainnya, bahkan menurutku terlihat sedikit mencolok untuk ukuran kedua mataku yang sudah terbiasa mengamati penampilan orang-orang yang biasa tinggal di daerah terpencil seperti ini. Gaya bicara dan penampilannya berbeda dari Orang-orang yang biasa kutemui di daerah sini.
Bagian ini terkunci. Masukkan password untuk membaca selengkapnya.
Hujan baru saja turun ketika kupacu laju kendaraan Roda dua
yang tengah kunaiki di atas jalanan bertanah kuning yang jika di musim panas
biasanya membuat debu-debu jalanan beterbangan menutupi penglihatan mata saking
tebalnya. Jalan tanah yang tengah kulalui ini adalah jalanan milik Perusahaan
pemilik HPH.
Jalanan ini biasanya hanya di lewati oleh Mobil-mobil besar
milik perusahaan pemegang izin HPH yang berada di tempat ini. Di bawah
siraman air hujan, jalanan yang biasa berdebu ini terasa begitu licin sekali.
Kupacu laju kendaraan tapi masih di batas kecepatan yang aman ketika melewati
jalanan ini. Di ujung sana, terlihat bangunan yang sepertinya adalah sebuah
Warung Kopi. Di bawah derasnya air hujan, kupacu kendaraan tuk datangi
bangunan yang sepertinya adalah satu-satunya Warung yang ada di jalan tol-nya
Perusahaan ini.
Setelah memarkirkan kendaraan, setengah bergegas aku masuk
ke dalam Warung yang terlihat begitu minim cahaya itu. Sambil
mengibas-ngibaskan air di rambut dan pakaian yang tengah kukenakan saat ini,
kutatap isi bangunan semi permanen yang semuanya dindingnya terbuat dari
lembaran papan ini.
“Ada Aqua?” tanyaku pada salah seorang Wanita yang kulihat
tengah tersenyum ke arahku.
“Ada,” jawab Wanita berparas ayu itu sambil menganggukan
kepalanya ke arahku.
Penampilanku terlihat begitu kotor sekali, selain berdebu,
sebagian Celana dan Sepatu yang kukenakan sudah hampir
tertutup lumpur yang berasal dari tanah kuning akibat kecipratan lumpur di
sepanjang jalan tadi.
Setelah membuka tutupnya, segera kuteguk sampai habis
setengah botol air mineral yang baru saja di berikan oleh seorang wanita muda
yang cuma tersenyum melihatku karena terlihat begitu haus sekali. Sebelum
duduk di bangku panjang yang terbuat dari kayu, kukeluarkan sebungkus Rokok dari dalam saku Baju-ku dan menaruhnya di atas Meja.
“Melly,”
Kusambut uluran tangan Wanita cantik berkulit kuning
langsat di depanku yang baru saja memperkenalkan dirinya sambil menjabat erat
tangan kanan-ku tanpa merasa khawatir orang yang di ajaknya bersalaman itu
bakal menularkan Covid-19 yang lagi booming saat ini.
“Kopi ada Mel?” tanyaku pada Wanita cantik yang memiliki
rambut panjang sebahu dan warna rambutnya sedikit pirang ini.
“Enggak ada Bang, yang ada cuma Bir dan beberapa minuman kaleng
disini, kalau mau Melly ambilikan,” jawab Melly sambil tersenyum menatapku.
“Minuman kaleng, apa yang ada?” tanyaku pada Wanita
berparas cantik yang yang memilik bentuk tubuh tergolong plus size ini.
“Kratingdaeng ada,” kata Wanita cantik yang saat ini tengah
memakai Kaos ketat berwarna hitam dan memiliki resleting pas di belahan dadanya itu.
“Oh gitu? Abang gak biasa minum Bir, kratingdaeng aja boleh
Mel,” kataku lagi sambil menatap ke arah wanita cantik yang memakai Rok mini
sedikit kembang dan memiliki bibir tebal dan terlihat begitu sensual ini sambil
tersenyum ramah.
“Melly satu ya Bang?” kata Melly lagi sambil beranjak dari
tempat duduknya.
ketika beranjak dari tempat duduknya, Wanita cantik yang
penampilannya mirip artis Ibu kota ini seperti sengaja memamerkan payudaranya
kepadaku. Sepertinya ukuran payudaranya sekitar 34 -36. Range paling favorit di
kalangan para Pria-pria dewasa pada umumnya.
“Iya, boleh.” kataku lagi meng-iyakan permintaan Melly
barusan sambil memperhatikan Rok mini warna hitam yang di kenakannya itu
seperti tidak mampu untuk menutupi pinggulnya yang terlihat membusung
kebelakang itu.
Setelah sosok Melly menghilang ke balik ruangan, kutatap
seisi Warung yang memilik beberapa Meja dan Kursi serta satu TV besar yang tergantung di dinding bangunan semi permanen ini. Saat
berkeliling ruangan ini, Mata-ku sempat melirik ke arah beberapa Wanita cantik
yang kulihat hanya mengenakan Piayama dan Celana pendek di atas lutut yang saat ini tengah bercanda satu sama
lainnya.
Melly datang membawa dua minuman kaleng lalu duduk di
sebelahku sambil membuka minuman kaleng yang di bawanya, sambil memberikannya
kepadaku, Melly bertanya.
“Dari mana mulai kehujanan tadi Bang?”
Di luar Warung ini hujan masih terlihat deras, suaranya
lumayan berisik saat air hujan itu mengenai atap bangunan semi permanen ini.
“Dari Bukit di seberang itu,” jawabku pelan sambil
mengambil sebatang Rokok Mild di atas Meja, meyelipkan ke bibir, membakar-nya
dan menghisap asap-nya dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan-lahan.
“Mau kemana sih Bang?” tanya Melly sedikit penasaran saat
melihat ke arah Celana dan Sepatu kets-ku yang sedikit tertutup lumpur basah.
“Mau ke Desa,” jawabku pelan.
“Baru pertama kali ke tempat ini ya?” tanya Melly penuh
selidik sambil tertawa.
“Iya,” jawabku pelan.
“Soalnya Melly baru sekali melihat Abang melewati tempat
ini,”
“Iya, memangnya Melly hapal siapa-siapa saja yang pernah
melintas dan datang ke tempat ini?” tanyaku mulai teretarik untuk mengorek
sedikit saja keterangan dari Wanita cantik berparas ayu ini.
"Hapal sih nggak, tapi ingat! Hahaha.." Melly
menutup jawabannya sambil tertawa lebar, memperlihatkan barisan gigi-nya yang
terlihat begitu bersih dan rapi dengan hiasan behel berwarna hijau daun untuk
mempercantik tampilan gigi-nya.
"Bisa ingat gitu ya?"
"Ya iyalah, masak udah siap "dipake" bisa
lupa."
"Maksudnya?"
"Hemm, Abang ini pura-pura lugu apa pura-pura
gak tau sih? Kalau gak tau kok kayaknya udah biasa datang ke tempat-tempat
seperti ini. Hihihi... pasti pura-pura lugu biar di sangka anak baru ya?"
"Gak paham Abang Mel,"
"Hemm,.." Melly memelototiku sejenak, melihatku
dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, lalu tersenyum-senyum sendiri.
"Kenapa, Mel?" tanyaku heran, saat melihat Melly
senyum-senyum sendiri melihatku.
"Nggak, Abang dari mana Sih?"
"Dari Kota ...,"
"Ha! Sama donk, Melly juga dari situ, kok bisa nyasar
kemari? Hihihi.."
"Lah! Melly sendiri ngapain sampe ke tempat ini?"
"Biasalah Bang, tuntutan ekonomi."
"Kerja?"
"Iya,"
"Jadi pelayan di Warung Makan ini?"
"Ini bukan Warung Makan, Bang."
"Trus, Warung apa?"
"Hmmm, pura-pura lugu nih?" kata Melly lagi
seperti orang yang tengah menyelidi-ku.
"Emang gak tau kok," jawabku kalem.
"Masak Melly harus ngomong terus terang kalau di
tempat ini ada jualan "Ini" sih Bang?" kata Melly lagi sambil
berusaha menahan tawanya sendiri saat ekor matanya berusaha menuntun pandangan
kedua mataku ke bagian paha-nya yang saat ini terpampang dengan jelas di depan
mataku.
"Hmmm,"
"Iya, biasanya yang pura-pura lugu kayak Abang ini
malah lebih laju kalau udah tau rasanya 'itu', hahaha.." kata Melly
tertawa lebar melihat keluguanku.
"Hmm!"
"Hihihi..,"
"Kita ngobrol-ngobrol aja ya Mel, sambil Abang nunggu
hujannya reda,"
"Mau lebih dari sekedar ngobrol juga boleh kok,
Bang.., Melly iklas lahir batin. Hahaha..."
"Abang gak punya duit, Mel,"
"Ih, Emang duit bisa ngomong?"
"Bisa,"
"Ha! Duit bisa ngomong? Dimana Abang liat?"
"Di dalam Film Kartun anak-anak,"
"Gokil, ah!"
"Hahaha..."
"Tapi Melly gak enak sama "Ayah dan Bunda"
kalau cuma nemanin Abang ngobrol disini,"
"Trus?"
"Kalau Abang gak mau "Makek" Melly, ambil
"sepasang" ya Bang, biar kita leluasa bercerita di tempat ini."
"Apa yang sepasang?"
"Bir,"
"Oh, Abang gak "Minum" tapi bolehlah, berapa
sepasang?"
"Rp. 150 ribu Bang, Melly cuma dapat fee Rp.25 ribu
sepasangnya, lumayan Bang, buat tambah-tambahan kalau lagi sepi pelanggan kayak
gini,"
"Iya, boleh, ambilah sepasang, tapi nanti Melly yang
minum ya, biar Abang yang bayar,"
"iya,"
Bagian Dua
Wanita cantik berkulit kuning langsat yang
memiliki potongan rambut model Blunt Bob yang meletakkan dua botol B** di atas
Meja itu namanya Melly.
Wanita berparas ayu yang mengatakan masih
baru di sini itu cukup menarik perhatianku saat ini. Cukup lama kuperhatikan
wajah cantik Wanita berhidung bangir ini sebelum Aku tadi memutuskan untuk
bertanya, "Asalnya dari mana?"
Penampilan Melly memang berbeda dari yang
lainnya, bahkan menurutku terlihat sedikit mencolok untuk ukuran kedua mataku
yang sudah terbiasa mengamati penampilan orang-orang yang biasa tinggal di
daerah terpencil seperti ini. Gaya bicara dan penampilannya berbeda dari
Orang-orang yang biasa kutemui di daerah sini.
Dari tanggal, bulan dan tahun kelahiran
yang dia sebutkan. Aku tau bahwa Melly saat ini telah berusia 35 tahun. Dua
tahun lebih muda dari usiaku saat ini.
Sambil menghembuskan asap Rokok dari
bibir-nya yang terlihat merah basah dan sedikit tebal merekah, Wanita berkulit
kuning langsat yang saat ini tengah memakai Kaos ketat berwana hitam di padu
dengan Rok mini sedikit mengembang itu terlihat begitu seksi di mataku.
Setelah membuka sepasang tutup botol B**
dan menuangkannya ke dalam satu Gelas, Melly meneguknya secara perlahan sebelum
memulai cerita tentang perjalanan hidupnya.
"Sebelum sampai ke tempat ini,
dulunya Melly adalah seorang Ibu rumah tangga. Melly mempunyai seorang anak
laki-laki dari Suami pertama. Saat ini anak Melly yang pertama sudah duduk di
bangku Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)."
"Iya," jawabku pelan sambil
melihat Rokok yang terselip di jari tangan kanan-nya.
"Pernikahan Melly dengan suami
pertama kandas di tengah jalan, diam-diam Suami Melly memiliki istri simpanan
di luar Kota. Saat itu Melly nggak bisa terima dan marah besar hingga
menggugatnya cerai di Pengadilan Agama."
"Trus?"
"Setelah berpisah dengan suami
pertama, Melly kemudian menjalin hubungan dengan seorang Pria yang usiaya jauh
lebih tua dari usia Melly. Namanya Jhon. Usianya 55 tahun. Pada awalnya Melly
kira Jhon adalah seorang pengusaha. Sebab mulai dari awal Melly berkenalan
dengannya, Jhon selalu royal. Apa saja permintaan Melly dia penuhi."
"Maksudnya?"
"Melly kan udah punya anak dari Suami
pertama, Melly kan butuh biaya buat beli Susu anak dan kebutuhan hidup
lainnya,"
"Emang anak Melly gak minum
ASI?"
"Nggak Bang, Biar gak kendor,
hihihi..." Melly cekikikan saat menjawab pertanyaan yang menurutnya gak
begitu penting.
"OO gitu, hehehe.. Masih kenceng
donk. Trus Melly di nikahi sama Jhon?"
"Masih donk.. Mau liat? Hehehe...
Walau tidak pernah di nikahi secara resmi oleh Jhon tapi Melly merasa bahwa
Jhon saat itu begitu menyayangi Melly dan juga anak Melly dari suami pertama.
Makanya Melly setuju menjadi istri simpanannya karena saat itu dia bersedia
untuk ikut merawat Lucky,"
"Lucky itu nama anak Melly?"
"Iya. Jhon mengontrakkan Rumah yang
ukurannya lumayan cukup besar buat Melly dan Lucky. Walau sudah cukup lama
berhubungan dengan Jhon, tapi Melly tidak pernah tau apa pekerjaan Jhon. Melly
hanya tau dengan jadwal Jhon yang setiap seminggu dua kali pasti akan datang
mengunjungi Melly dan Lucky di Rumah Kontrakan."
"Jadi kalau Jhon nggak datang ke
Kontrakan, Melly cuma berdua aja dengan Lucky?"
"Iya,"
"Sama Jhon Melly gak punya
anak?"
"Nggak Bang,"
"Kenapa?"
"Jhon sepertinya tidak mau punya anak
dari Melly. Jhon orangnya tertutup. Dia tidak pernah cerita tentang pekerjaan
ataupun tentang kehidupannya. Melly sendiri nggak tau dia punya Istri dan anak
apa nggak. Walau minim informasi tentang Lelaki yang cuma mendatangi Melly
setiap hari Saptu dan Minggu tapi Melly cukup bersyukur dengan kehadiran Jhon
yang saat itu bersedia menjadi ayah bagi Lucky. Setidaknya semenjak menjadi
istri simpanan Jhon, Melly tidak pernah pusing memikirkan biaya hidup bersama Lucky."
"Jhon sayang sama Lucky?"
"Gak terlalu sih,"
"Cuma sayang sama Ibu-nya aja ya?
hehehe.."
"Gak juga Bang. Lima tahun lalu,
tepatnya pas Malam pergantian tahun baru, Melly baru tau siapa Jhon yang
sesungguhnya. Lelaki yang selama ini Melly hormati karena Melly anggap sebagai
orang yang telah meyelamatkan kehidupan Melly, ternyata adalah Lelaki brengsek!
Sama seperti suami pertama Melly yang seorang penghianat!"
"Maksudnya?"
"Jhon lebih parah malahan dari suami
pertama Melly."
"Gimana?"
"Malam itu Jhon membawa "Teman
minumnya" pulang ke rumah kontrakan Melly. Dan malam itu adalah malam
pertama Melly terjerumus ke dalam Lembah hitam hingga berlanjut hingga saat
ini.
"Trus?"
"Malam itu Jhon meminta Melly untuk
melayani teman Lelakinya. Melly sempat menolak permintaan Jhon yang meminta
Melly melayani temannya itu di atas Ranjang di dalam kamar tidur tempat Melly
biasa melayani Jhon ketika datang ke Kontrakan itu."
"Hemmm,"
"Sambil menangis, malam itu Melly
terpaksa Melayani temannya Jhon,"
"Jhon nungguin Melly melayani
temannya itu di luar Kamar?"
"Nggak,"
"Trus, ikut masuk ke dalam kamar lalu
menonton Melly yang sedang melayani temannya?"
"Mereka berdua memperlakukan Melly
seperti seorang Pelacur. Malam itu Melly di paksa melayani mereka berdua yang
sedang merayakan pergantian malam tahun baru dengan Pesta Seks di dalam Rumah
Kontrakan,"
"Hemmm, trus setelah kejadian itu
Melly gak melaporkannya ke Polisi?"
"Nggak,"
"Ke Ortu atau saudara Melly?"
"Nggak Bang, percuma Melly melaporkan
Jhon ke Polisi atau kepada orangtua dan saudara-saudara Melly"
"Kenapa?"
"Karena pasti nasib Melly bakal lebih
parah, bisa-bisa Jhon membunuh Melly dan Lucky,"
"Hmm, sulit juga ya?"
"Hari berganti minggu, minggu
berganti bulan hingga tahun-pun berganti. Melly lama-lama terbiasa melayani
Pria hidup belang di dalam Rumah Kontrakan dan juga di Hotel-hotel berbintang.
Saat itu Jhon menjadikan Melly sebagai seorang Pelacur panggilan."
"Hemmm,"
"Kadang Jhon membawa Pria hidung
belang yang ingin "Memakai" Melly ke Rumah Kontrakan, kadang Melly di
antar Jhon ke kamar Hotel untuk melayani Pria-pria hidung belang yang
membooking Melly melaluinya, pokoknya Melly benar-benar di berdayakan oleh
Jhon."
"Kenapa Melly gak mencoba lari saat
ada kesempatan, selagi Jhon nggak berada di dekat Melly?"
"Lari kemana Bang? Selama Melly masih
hidup di Kota itu, Melly tidak berdaya, Jhon itu teman-temannya banyak, bukan
cuma Preman, Oknum-oknum Aparat keamananan juga banyak yang menjadi 'pelanggan'
Melly dan mereka itu berteman dengan Jhon"
"Sulit ya? Seperti masuk ke dalam
lingkaran Setan,"
"Sampai pada akhirnya Melly jatuh
cinta pada salah seorang pelanggan, namanya Ardi, dia sudah memiliki istri dan
dua orang anak tapi terlanjur jatuh cinta sama Melly. Ardi bersedia menikahi
Melly, Kami saling mencintai, setiap kali melayani Ardi, Melly tidak pernah
menggunakan alat pengaman,"
"Trus? Melly jatuh sakit karena Ardi
mempunyai penyakit kelamin?"
"Bukan! Melly hamil,"
"Oo, trus?"
"Jhon waktu itu marah besar dan
menyuruh Melly menggugurkan kandungan,"
"Trus, Melly gugurkan?"
"Nggak."
"Trus?"
"Waktu itu Melly di paksa Jhon
minum-minuman keras sampai mabok biar kandungan Melly rontok,"
"Trus? Melly keguguran?"
"Nggak, Alhamdulillah anak itu
berhasil lahir dengan selamat dan sekarang Melly titipkan sama Neneknya,"
"Berapa usia anak Melly yang paing
kecil?"
"Sekarang sudah 3 tahun,"
"Iya, Sehat?"
"Siapa?"
"Anak Melly. Masak Abang nanya
Ibu-nya sih? kan Ibu-nya lagi ngobrol sama Abang di sini? Hehehe.."
"Alhamdulillah sehat Bang,"
"Iya, trus gimana kelanjutan cerita
Jhon tadi?"
"Ketika Jhon lagi berusaha
menggugurkan janin yang ada di dalam perut Melly, Ardi datang. Ardi waktu itu
sempat meminta Melly secara baik-baik pada Jhon, tapi Jhon menolak
mentah-mentah permintaan Ardi"
"Iya, trus gimana?"
"Ardi masuk Penjara,"
"Jhon melaporkan Ardi ke
Polisi?"
"Bukan, pas mereka ribut, Jhon mati
tertusuk Pisau belati di tangan Ardi,"
"Iya,"
"Setelah Jhon mati, Melly bebas dan
Melly pulang ke rumah orangtua Melly,"
"Iya, setelah Ardi masuk Penjara
ya?"
"Iya, waktu itu Melly sempat beberapa
kali menjenguk Ardi di dalam Penjara,"
"Sampe sekarang?"
"Ardi di tuntut dengan hukuman
Penjara seumur hidup, beberapa kali Melly sempat menjenguk Ardi di dalam
Penjara, tapi semenjak Melly di lecehkan sama Oknum-oknum Sipir yang ada
disitu, Melly gak pernah menjenguk Ardi lagi."
"Kok bisa? Melly gak laporin mereka
ke Polisi atau kemana gitu?"
"Buat apa Bang? Percuma, karena
sebagian Oknum itu dulunya ada yang pernah "make" Melly juga, waktu
masih menjadi barang dagangan Jhon,"
"Hemm, sulit ya? Mereka semena-mena
sama Melly, meski Melly sudah tidak dipekerjakan lagi oleh Jhon,"
"Begitulah, permainan mereka tertutup
rapi. Rata-rata yang pernah 'make' Melly
itu orang-orangnya terlihat baik, baik di mata istri maupum di lingkungan
tempat tinggalnya,"
"Munafik ya,"
"Nggak heran Bang, sekarang ini Melly
cuma mau cari duit buat membiayai kebutuhan kedua anak Melly,"
"Iya, harus! Bagaimanapun juga, kedua
anak Melly itu adalah anak-anak yang gak punya salah dan tidak mengerti apa-apa
atas penderitaan Ibu-nya,"
"Setelah Jhon mati dan Ardi masuk
Penjara, Melly pulang ke rumah orangtua Melly, Melly sudah berusaha untuk
bekerja seperti Wanita baik-baik lainnya, tapi karena himpitan ekonomi,
akhirnya Melly terpaksa harus menjual diri seperti ini,"
"Hmm, sulit buat mencari kerja lain
ya Mel?"
"Melly udah pernah mencoba kerja lain
Bang. Melly pernah kerja menjadi pelayan di salah satu Kafe, tapi Melly malah
di perkosa sama atasan Melly yang kurang ajar itu,"
"Hmmm, apes banget hidupmu ya
Mel.."
"Idih! Abang ini,"
"Sorry, Abang cuma
bercanda,hehehe..."
"Tega banget sih Abang sama
Melly,"
"Maaf Abang cuma bercanda, tapi jujur
aja, Melly memang cantik banget. Jadi wajar kalau banyak laki-laki normal yang
kepingin nyobain 'itu'nya Melly,"
"Hmm, kalau memang Abang kepingin
"make" Melly nggak perlu ngegombal kayak ginilah Bang.., kalau Abang
mau, boleh kok, gak ada yang marah, hihihi..."
"Abang gak punya duit Mell, maaf,
memang berapa sih biasanya Mel?"
"Tergantung Abang mau Melly layananin
kayak gimana?"
"Maksudnya?"
"Maksudnya, kalau Sortem, Sorong di
tempat gak pake nginap cukup Rp.300 ribu, dan kalau mau satu malam penuh make
Melly, Abang cukup ngeluarin duit Rp.600 ribu,"
"Ooh gitu,"
"Iya, Yuuk... Kalau cuma mau makan
Sate Kambing, ngapain mesti beli Kambing sih bang, ada banyak yang jualan Sate
kambing di pinggir jalan dan Abang gak perlu repot-repot melihara Kambing buat
makan Sate Kambing, hihihi.."
"Memang Melly Sate Kambing? Hihihi...
Pingin sih, tapi Abang gak punya duit Mel,"
"Hmm, kapan Abang pulang ke
Kota?"
"Seminggu lagi kayaknya,
kenapa?"
"Yang Melly sebutin tadi itu harga
yang di patok sama Ayah dan Bunda disini, Melly gak bisa ngasih kurang dari
itu, tapi kalau di kasih lebih Melly terima, hihihi... Melly tiap bulan pasti
pulang ke Kota untuk ngantarin uang biaya hidup Anak-anak Melly, nanti pas
Melly pulang kita ketemuan ya Bang?"
"Boleh, tapi Abang gak janji."
"Kok?"
"Mana tau pas pulang dari sini Abang
mati,"
"Hmmm, bilang aja Abang malu dan
nggak mau berteman sama orang kayak Melly,"
"Nggak! Ngapain malu, Abang gak
pernah membeda-bedakan orang di dalam berteman kok, toh Melly melakukan ini
karena keadaan. Melly berada di tempat ini karena merasa bahwa ini adalah
pekerjaan, salah satu cara Melly menjemput rezeki yang di berikan oleh Tuhan,
kita sama-sama lagi bekerja ketika ketemu di tempat ini dan menurut Abang biasa
aja kok. Masalah dosa kan urusan masing-masing, lagian kita gak pernah tau juga
kelak kita bakal dimasukin Tuhan ke dalam Surga apa ke dalam Neraka."
"Iya Bang, terima kasih udah nerima
keadaan Melly dan gak ikut merendahkan Melly kayak orang-orang yang selama ini
make Melly,"
"Tidak ada yang perlu di rendahkan,
apalagi sampai memandang sebelah mata kepada mahkluk ciptaan Tuhan yang sedang
berusaha mencari rezeki untuk menghidupi Anak-anak yang Tuhan titipkan
kepadanya. Toh Melly bisa seperti ini, tentu saja atas izin dan kehendak-Nya
bukan? Bahkan sehelai daun yang jatuh ke muka bumi ini pun sudah pasti terjadi
atas izin-Nya. Apalagi makhluk hidup seperti kita ini yang kata orang, hidup di
dunia ini cuma untuk melakoni jalan ceritaNya. Ibarat cerita sinetron di TV
kita ini cuma aktor yang sedang memainkan sandiwara di Dunia ini.
Abang doakan semoga Melly mendapatkan
rezeki yang banyak, biar bisa menghidupi Anak-anak Melly dan syukur-syukur
Melly bisa segera mendapatkan seorang Suami yang baik, agar bisa segera keluar
dari Lembah hitam ini.
Melly masih muda dan cantik lagi, pasti
banyaklah yang mau sama Melly. Memang betul kata Melly tadi, bagi sebagian
Lelaki memang lebih praktis membeli Sate Kambing di pinggir jalanan kayak gini
dari harus pada repot-repot memelihara Kambing biar bisa makan Sate Kambing.
Tapi yakinlah, nggak semua Laki-laki berpikiran seperti itu."
"Iya Bang. Aamiin."
"Hujan udah reda, Abang pamit dulu
ya. Oh iya, berapa semuanya Mel?"
"Bentar Bang, Melly panggilkan
Bunda,"
Selesai