Kisah Misterius Penjelajah Waktu: Lelaki Masa Depan dan Catatan yang Mengubah Dunia

Konten Premium - Warkasa1919
Fiksi Inspiratif: Kisah Penjelajah Waktu dari Masa Depan yang Menyentuh Hati di Masa Kini

Konten Premium

Warkasa1919.com menyediakan konten premium & berbayar yang terdiri dari berbagai topik teknologi,inspiratif,cerita kehidupan dan fiksi.

| kamu baca

Prolog : Cahaya yang Membelah Malam

Di suatu malam yang begitu sunyi. Angin berhembus lembut, membawa aroma padi yang siap panen. Namun tiba-tiba, sebuah cahaya biru menyayat langit, berputar seperti pusaran bintang. Dari dalamnya, muncul seorang lelaki. Wajahnya tegas, tatapan matanya terlihat begitu teduh dan terlihat dalam, seakan menyimpan rahasia ribuan tahun yang tak mampu Ia ucapkan.

Arka, adalah seorang pengembara dari abad ke-29 yang mendatangi abad ke-21 dengan tujuan.

“Inilah titik awal segalanya,” gumamnya. “Jika aku gagal, maka dunia akan hilang selamanya.”


Kadang, sebuah cahaya lahir bukan untuk menerangi jalan sendiri, melainkan untuk menyalakan harapan bagi dunia.


Dunia di Abad ke-29

Dalam diam, Arka sadar betul bahwa di dunianya yang berada di abad ke-29 adalah puncak teknologi, namun di sisi lain Ia juga menyadari bahwa itu semua justru menjadi jurang kehampaan jiwa-jiwa di dalamnya. Gedung-gedung menjulang setinggi awan, kendaraan udara tanpa sopir, dan juga mesin berpikir yang mampu membaca hati manusia. Tapi di dunia itu cinta, doa, dan pelukan sudah lama tiada, lenyap seiring perubahan zaman.

Teknologi bisa membangun kota, tapi hanya cinta yang bisa membangun rumah di dalam jiwa.


Pertama Kali Menginjak Abad ke-21

Januari 2025, Arka pertama kalinya menginjakan kakinya di abad ke-21, di suatu desa kecil yang masih berada di dalam gugusan pulau Sumatera, Arka merasakan sesuatu yang asing tapi terasa begitu indah: aroma tanah yang basah, suara jangkrik, azan di langit yang sedang dalam masa pergantian antara sore menjelang malam, dan juga tawa anak-anak yang terdengar riang, bercanda dengan teman-teman seusianya. Hal-hal sederhana yang di masa depannya hanya tinggal legenda.


Yang sederhana hari ini, mungkin akan jadi keajaiban di masa depan.


Pertemuan dengan Manusia Masa Kini

Di suatu tempat, masih berada di dalam Kabupaten Bengkalis, Riau, Indonesia. Arka bertemu seorang anak kecil yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar,  “Kata ibu  kalau hendak mencari harapan, lihatlah langit sore. Itu surat cinta Tuhan untuk manusia.” katanya sambil menatap tulus kepada Arka, yang saat itu sedang terdiam menatap senja dari teras rumahnya. Rumah yang selama beberapa hari itu menjadi tempat menginap Arka selama berada di Pulau Rupat ini.

Di tempat ini, Arka terus berjalan dari satu desa ke desa lainnya, menikmati suasana pedesaan dan juga udaranya yang bersih serta orang-orangnya yang masih terus bertegur sapa ketika bertemu dengan yang lainnya.

Di dalam perjalanannya, Arka juga sempat berbicara dengan seorang pemuda modern di masa kini, yang kala itu terlihat tengah sibuk mengejar popularitas semata.

Di depan secangkir kopi yang menyisakan rasa pahit, namun masih dapat di nikmati, di sebuah Kafe yang tidak terlalu ramai,  Arka berkata kepada pemuda modern yang tengah duduk di depannya,  “Di masa depan, semua yang kau cari itu melimpah. Tapi percayalah, semua itu tidak akan pernah cukup.”


Kadang, kebenaran tidak datang dari orang bijak, melainkan dari mulut seorang anak kecil.


Catatan Dari Masa Depan

25 Januari 2025, di atas  Meja kamar yang menjadi tempatnya menginap di tempat ini, Arka menggoreskan catatan, menuliskan sesuatu di atas selembar kertas, di dalam buku yang di masa kini sebagian orang sudah jarang menyentuhnya:

“Jangan biarkan teknologi merampas senyummu.
Jangan biarkan keserakahan merusak rumahmu, yaitu bumi.
Jagalah cinta, karena tanpa cinta, masa depan hanyalah bayangan kosong.”


Satu kalimat tulus bisa lebih kuat daripada ribuan algoritma yang dingin.


Konflik Batin dan Penjaga Waktu

Di tepi Selat Malaka, sebuah selat yang terletak di antara Malaysia dan pulau Sumatera (Indonesia), Arka terdiam. Di antara deburan riak air Selat Malaka yang terlihat jernih dan warna biru kehijauan terkena pantulan cahaya mentari, Ia merasa begitu tenang berada di tempat ini, ini adalah hari terakhirnya di abad ke-21 dan harus kembali ke masa depan, tugas yang dia emban sudah dia selesaikan. 

Di temaram senja, di antara hembusan angin yang menerpa, Sang Penjaga Waktu datang, Ia berkata kepada Arka yang Ia lihat sepertinya masih begitu berat meninggalkan tempat ini: “Tugasmu bukan menyelamatkan seluruh dunia. Cukup nyalakan satu cahaya. Dari satu cahaya, lahir ribuan api.”


Harapan tidak selalu datang besar. Ia kadang lahir dari percikan kecil yang tak pernah padam.


Jejak yang Ditinggalkan

Arka meninggalkan catatannya di atas meja sebuah penginapan, sebelum kembali ke masa depan. Di sampulnya ia menulis: “Untuk kalian yang hidup hari ini. Dari seseorang yang datang dari masa depan.”


Kehidupan kita singkat, tetapi kata-kata bisa melintasi waktu.


Jejak yang Hidup

Bertahun-tahun kemudian, seorang anak sekolah menemukan catatan itu. Anak sekolah yang tak lain adalah anak dari si pemilik penginapan, tempat dimana Arka pernah menginap sebelumnya, Ia menyalinnya di media sosial, dan pesan Arka pun menyebar, menginspirasi jutaan orang.


Kadang, warisan terbesar bukan harta, melainkan pesan yang membuat hati bergetar.


 


Bagikan artikel ini jika bermanfaat, dan jangan lupa baca artikel menarik lainnya di Warkasa1919.com.
📢 Dukung Warkasa1919 dengan membagikan artikel ini ke temanmu! Temukan juga inspirasi lainnya.

Selanjutnya : Dunia Tanpa Cinta di Abad ke-29. Masukkan password untuk membaca selengkapnya.

Rp 3.410.445
WordPress
Rp 1.878.293
Blogger
Rp.25,000,00
Berlangganan Konten Premium Rp.25.000,00 sekali baca atau Rp.120.000,00 per tahun
Rp.110.000,00
Buku
Rp.-
Jika Anda berminat bisa menghubungi kami
Rp.-
Jika Anda berminat bisa menghubungi kami
Cek Harga Domain
Domainesia

Lihat Peta

atrbpn
OpenStreetMap
Pusat Database BMKG
Google

Tanya AI

Google
ChatGPT
Meta

]]>