Cinta di Antara Jarak dan Waktu

Cinta di Antara Jarak dan Waktu
Cinta di Antara Jarak dan Waktu _Foto oleh Matteo Lavezzo on LinkedIn: Intraprendere - MATTEO
| pembaca

Di bawah langit yang sama – dua hati bergetar dalam diam. Maya menatap bulan dari jendela kamarnya, sementara Aditya menatap senja dari tepian kota jauh di seberang laut. Mereka berdua tahu, bahwa cinta bukan hanya tentang hadirnya tubuh, melainkan tentang kesetiaan jiwa yang tetap bertaut meski waktu dan jarak bersekongkol memisahkan.

Rindu yang Tak Bersuara

Maya menulis surat di tengah malam, bukan untuk dikirim, tapi untuk menenangkan hatinya yang gelisah.
“Aditya,” tulisnya,
“aku tidak tahu berapa banyak hari yang harus kulewati tanpa mendengar suaramu. Tapi aku percaya, jika cinta ini benar, maka semesta akan menjaga kita seperti menjaga fajar agar selalu datang setelah malam.”

Di sisi lain, Aditya berjalan di bawah hujan, menatap ke langit abu-abu yang seolah menyimpan wajah Maya di tiap tetesnya. Ia ingin mengirim pesan, tapi setiap huruf yang ia ketik terasa sia-sia—karena rindu, pada dasarnya, tidak bisa diucapkan; hanya bisa dirasakan.

Ujian Waktu

Cinta mereka kini diuji oleh hal yang tak terlihat: waktu.
Ada hari-hari ketika mereka merasa kuat, namun lebih banyak malam ketika keduanya hampir menyerah.

Aditya menulis dalam catatannya:
“Jarak bukan musuh, waktu bukan penghalang. Tapi keheningan—itulah ujian sejati. Apakah cinta tetap hidup ketika suara tak lagi terdengar, dan hanya kenangan yang berbicara?”

Dan Maya menjawab lewat doa yang tak bersuara:
“Tuhan, jika rindu ini adalah ujian, maka jadikanlah aku murid yang tabah. Jangan biarkan hatiku menyerah sebelum tiba waktunya bertemu kembali.”

Ketika Semesta Menyimpan Janji

Musim berganti.
Langit yang dulu kelabu kini perlahan merekah. Dalam kesunyian, cinta mereka tumbuh seperti benih yang menembus tanah keras: diam, namun kuat.

Aditya kembali dari perantauan. Maya menunggunya bukan dengan air mata, tapi dengan senyum yang menyimpan segala sabar.
Mereka tak banyak bicara saat bertemu—karena beberapa perasaan terlalu suci untuk dijelaskan dengan kata-kata.

Mereka hanya saling menatap, menyadari bahwa cinta sejati tak pernah benar-benar pergi; ia hanya berdiam sejenak, menunggu waktu yang tepat untuk pulang.


Dalam hidup, kita semua adalah Maya dan Aditya — mencintai, merindu, menunggu, dan diuji oleh jarak serta waktu.

Namun cinta yang sejati tidak butuh banyak janji. Ia hanya butuh kesetiaan dalam diam, dan keyakinan bahwa yang ditakdirkan akan menemukan jalannya kembali.

Karena pada akhirnya,

“Cinta bukan tentang siapa yang datang lebih dulu,
tetapi siapa yang tetap tinggal — meski dunia memisahkan.”


Bagikan artikel ini jika bermanfaat, dan jangan lupa baca artikel menarik lainnya di Warkasa1919.com.
πŸ“’ Dukung Warkasa1919 dengan membagikan artikel ini ke temanmu! Temukan juga inspirasi lainnya.
Rp 3.410.445
WordPress
Rp 1.878.293
Blogger
Rp.25,000,00
Berlangganan Konten Premium Rp.25.000,00 sekali baca atau Rp.120.000,00 per tahun
Rp.110.000,00
Buku
Rp.-
Jika Anda berminat bisa menghubungi kami
Rp.-
Jika Anda berminat bisa menghubungi kami
Cek Harga Domain
Domainesia

Lihat Peta

atrbpn
OpenStreetMap
Pusat Database BMKG
Google

Tanya AI

Google
ChatGPT
Meta

]]>

Dukung Warkasa1919

Bantu kami terus menghadirkan artikel premium, fitur canggih & projek digital berkualitas.

Tutup