BINATANG JALANG yang sedari tadi berusaha keluar
dari dalam diriku berhasil merobek kulit “dada”ku, sambil meraung keras dia
melompat, lalu menerkam wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun di
atas ku, taring tajam nya berhasil menggigit lehernya, wanita berkerudung bergo
panjang warna merah marun ini diam terpaku, matanya mendelik, melihat binatang
jalang itu sudah siap untuk mencabik–cabik seluruh tubuhnya.
Bagian ini terkunci. Masukkan password untuk membaca selengkapnya.
Binatang Jalang
*
“TADI kata Bono abang mau ngurut?” tanya wanita
berkerudung bergo panjang warna merah marun di depanku ini.
“Iya mak, tadi saya tergelincir pas menyeberang
titian[x]. Mungkin kaki
dan tangan saya agak terkilir. ” jawabku.
“Ya sudah, habiskan dulu kopinya, biar mak
menyiapkan minyak urut sama bereskan ruangan tempat ngurut-nya dulu.” kata
wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun ini sambil beranjak dari
tempat duduknya, di ikuti Dita dari belakang. “Iya mak.” Jawabku sambil menatap
punggung wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun yang menghilang
masuk kedalam kamarnya.
“Ngurutnya di kamar ini Bang..” terdengar suara
wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun dari depan kamar kosong.
Kuperhatikan Bono sudah tertidur pulas, terdengar dari suara dengkurannya yang
mulai teratur.
”Bawa sarung nggak Bang? Kalau enggak di sini ada
sarung.” Suaranya kembali mengagetkanku.
”Iya mak,” jawabku sambil berjalan menuju kamar di
mana wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun itu berada.
Kuperhatikan isi kamar, ada wanita berkerudung
bergo panjang warna merah marun di dekat meja berukir yang terbuat dari kayu
jati, satu kursi yang juga di penuhi ukiran serta ada cermin besar di atas meja
mengarah ke arah kasur tipis di sudut ruangan.
“Kalau enggak bawa kain sarung, pakai saja sarung
itu,”
Wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun
menunjuk kain sarung di atas kasur tipis di sudut ruangan yang kulihat barusan.
Lalu kembali meneruskan menuangkan minyak urut ke dalam wadah di atas meja.
**
SEGERA ku pakai kain sarung yang di tunjuk oleh
wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun itu barusan. Ku rebahkan
tubuhku di atas kasur tipis, badanku pegal–pegal semua, sedikit terasa ngilu di
kaki dan tanganku akibat terjatuh siang tadi, mudah–mudahan tidak sampai
terkilir.
Wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun
mendekatiku, duduk di sampingku, lalu memintaku untuk tengkurap, aku cuma
bisa meringis menahan sakit, ketika wanita berkerudung bergo panjang
warna merah marun ini mulai mengurut kaki ku yang terkilir siang tadi.
Pelan–pelan aku mulai merasa nyaman, ternyata
memang benar. Wanita berkerudung bergo panjang merah marun ini pintar mengurut,
kaki, pinggang, dan punggung serta tangan kiri yang tadi agak nyeri karena
terkilir berangsur mulai membaik dan terasa lebih enak sekarang, mungkin aliran darahnya sudah
kembali lancar.
“Balik badan bang..”
Suara wanita berkerudung bergo panjang warna merah
marun di sampingku memecah kesunyian. Aku segera membalikan badan, telentang,
seperti tadi wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun kembali
mengurut kaki ku. satu persatu, ujung–ujung jari kaki ku bergemeletukan di
tariknya.
“Emak belajar ngurut dari siapa mak?” tanyaku.
”Emang kenapa?”
Wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun
ini balik bertanya padaku.
“Enak mak, ilmu turunan apa memang belajar, sebab
yang saya tau ada tukang urut yang memang turunan dari orang tuanya, ada juga
yang memang kusus belajar mengurut sama orang lain.” jawabku.
“Bapak Bono yang menurunkan sama emak..” jawab
wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun ini sambil terus mengurut
kedua pahaku.
Kuperhatikan wajah wanita berkerudung bergo panjang
warna merah marun di hadapanku ini, pasti dulu waktu mudanya banyak lelaki yang
naksir fikirku, sambil terus memperhatikan wanita berkerudung bergo panjang
warna merah marun yang terus memijat perut hingga ke dadaku.
Pikiranku mulai nakal, di dalam kamar yang hanya di
terangi oleh pelita minyak tanah. Melihat sepasang payudara milik wanita
berkulit sawo matang yang terlihat membusung dari balik kerudung, lekuk
tubuhnya yang terlihat membayang di balik kerudung bergo panjang warna merah
marun yang dikenakannya. Naluri hewan yang berada di dalam diriku
berontak, menjadi liar dan beringas tak terkendali.
Binatang jalang ini, mencabik–cabik seluruh
tubuhku, berusaha mencari jalan keluar dari dalam diriku, kedua mataku menjadi
liar, merayapi ke sekujur tubuh wanita berkerudung bergo panjang warna merah
marun di depanku. Saat ini, dia tengah jongkok mengangkangi kedua kakiku,
dan pada saat yang sama, aku jug merasakan ada benda hangat yang lembut dan
kenyal menyentuh pahaku.
Diluar rumah terdengar suara air hujan mulai turun.
Walau tak sederas malam kemarin, nafas ku agak tersengal dan memburu, binatang
jalang di dalam diriku, dengan kuku- kuku tajamnya, berusaha merobek kulit
dadaku.
“Bapak dulu Tukang urut juga mak..?” tanyaku, tak
perduli pada tatapan matanya yang melihat aneh ke arahku.
“Bukan, bapak dulu dukun Harimau, tapi kalau ada
yang membutuhkan, bapak juga bisa mengurut dan mengobati berbagai macam jenis
penyakit, seperti mengobati orang yang kesurupan, mengusir setan dan jin jahat
yang suka mengganggu anak-anak.” katanya lagi.
Siluman Harimau
*
“Jadi bapak dulu dukun Harimau mak?” tanyaku
sekali lagi.
“Iya..” jawab wanita berkerudung bergo panjang
warna merah marun ini singkat.
“Bisa berubah jadi harimau juga mak
?’ tanyaku
penasaran.
“Iya..” jawab wanita berkerudung bergo panjang
warna merah marun ini lagi.
“Jadi bapak dulu menurunkan ilmu itu sama
emak, berarti Emak bisa berubah menjadi harimau juga seperti bapak?” tanyaku
lagi pada wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun yang hanya diam
tak menjawab di atas tubuhku ini.
Saat ini birahiku benar–benar sudah memuncak,
melihat wanita berkulit sawo matang yang mengenakan kerudung bergo panjang
berwarna merah marun ini, aku seperti sudah tidak perduli jika ada ada orang
lain di rumah ini selain kami berdua, saat ini aku betul–betul menginginkan
nya, nafasku berat dan tersengal-sengal menahan nafsu birahiku sendiri. Seperti
tau apa yang ada di dalam fikiranku, wanita berkerudung bergo panjang warna
merah marun ini menatap tajam ke arah bola mataku, mata kami beradu pandang,
dan tiba-tiba.
“Duar…”
Suara petir di luar rumah membuyarkan bayangan yang
muncul di kedua pelupuk mataku barusan, masih dengan nafas sedikit memburu, dan
tersengal. Kulihat wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun ini
memalingkan wajahnya ke tempat lain, wajahnya memerah, aku tak perduli.
”Ajarkan saya mak..” pintaku pada wanita
berkerudung bergo panjang warna merah marun yang kembali menatap tajam
kearahku.
“Makkk..”
Suaraku bergetar. Birahiku memuncak, bayangan mimpi
semalam kembali muncul.
“Ilmu itu hanya bisa dimiliki dan di gunakan oleh
orang yang memang benar–benar berjodoh dengan ilmu tersebut, ilmu itu di turun
kan secara turun temurun, jika pemiliknya sudah meninggal maka Harimau Ghaib
itu akan pergi dengan sendirinya. meninggalkan pemiliknya tersebut, kembali ke
Alam Ghaib sampai nanti ada lagi anak manusia yang akan berjodoh dengannya,
kecuali..”
Wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun
ini tidak menerus kan ucapan nya.
“Kecuali apa Mak?” tanyaku penasaran pada wanita
berkulit sawo matang yang mengenakan kerudung bergo panjang warna merah marun
di depan ku ini.
Setelah ku tunggu sekian lama dan tetap tidak ada
jawaban darinya, aku kembali berucap. “Aku ingin ilmu itu mak..” pintaku
setengah memaksa.
ENTAH kenapa saat ini aku begitu berani terhadap
wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun di depanku ini, dorongan
nafsu birahi yang saat ini tengah menguasi diriku, sepertinya sudah mengalahkan
akal sehatku. Aku seperti lupa dengan semua cerita pemilik sampan yang ku naiki
sebelum sampai ke tempat ini, yang menurutnya. Selain ada harimau asli di sini,
menurut kepercayaan orang–orang tua-nya dulu. Tempat ini adalah tempat tinggal
para siluman Harimau[xi].
Saat ini aku bahkan tidak perduli lagi jika
seandainya wanita di hadapanku ini berubah menjadi harimau lalu mencabik–cabik
sekujur tubuhku. Mataku terus menatap liar wajahnya yang bersemu merah,
merayap turun ke bawah, menikmati setiap lekukan tubuh di balik kerudung bergo
panjang warna merah marun yang di kenakan nya, sedikit nakal ku gerakan pahaku,
agar bisa lebih menyentuh “kewanitaan”nya yang sedari tadi terasa hangat
menindih kedua pahaku.
Kain celana hitam tipis yang dikenakannya, tak
cukup kuat menahan serangan bertubi-tubi nafsu birahiku yang terus bergerak
liar, merayap masuk lalu mengobrak–abrik jantung pertahanan iman-nya. tubuhnya
bergetar hebat menahan gejolak birahi yang mulai menguasai nya saat ini.
“Berat saratnya bang, bukan seperti ilmu lainnya
yang bisa di pelajari semua orang, taruhan-nya nyawa, jika abang tidak berjodoh
dengan ilmu itu maka abang akan mati mengenaskan, dengan tubuh tercabik–cabik
oleh cakaran dan gigitan Harimau.” jawab wanita berkerudung bergo panjang warna
merah marun ini, suaranya mendesah serak, berusaha menahan gejolak birahi nya
sendiri.
”Aku tidak perduli mak, apa syaratnya? ” tanyaku
sedikit memaksa.
Setelah cukup lama diam tak bersuara, akhirnya dia
membuka mulutnya.
”Jika pemilik ilmu itu adalah seorang wanita, maka
abang harus menyetubuhinya.” jawab wanita berkerudung bergo panjang warna merah
marun ini lirih, mukanya memerah, suaranya serak nyaris tak terdengar.
**
BINATANG JALANG yang sedari tadi berusaha keluar
dari dalam diriku berhasil merobek kulit “dada”ku, sambil meraung keras dia
melompat, lalu menerkam wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun di
atas ku, taring tajam nya berhasil menggigit lehernya, wanita berkerudung bergo
panjang warna merah marun ini diam terpaku, matanya mendelik, melihat binatang
jalang itu sudah siap untuk mencabik–cabik seluruh tubuhnya.
Mata kami beradu pandang, wanita berkerudung bergo
panjang warna merah marun itu memahami betul apa keinginanku saat ini. “Bangg…”
Wanita berkulit sawo matang yang sudah cukup berumur ini merintih serak,
sebelum kembali melanjutkan ucapannya. ”Emak takut bang.. Seandainya abang
tidak berjodoh dengan ilmu itu, tubuh abang akan tercabik- cabik oleh cakaran
dan gigitan harimau..” aku tak menjawab, nafasku memburu. Aku tidak
memperdulikan ucapan nya.
“Sekalipun nanti ternyata aku akan mati dengan
tubuh tercabik–cabik oleh cakaran dan gigitan emak yang sudah berubah menjadi
harimau, aku iklas..” kataku setengah berbisik di telinganya. Aku semakin liar.
Wanita berkulit sawo matang yang sudah cukup berumur itu mencoba berontak,
berusaha melepaskan diri.
“Lepaskan emak Bang.” kata wanita berkulit sawo
matang yang sudah cukup berumur dengan suara serak.
“Kulepaskan tapi mak harus janji menurunkan ilmu
itu pada ku,” jawabku, setengah memaksa, sebelum melepaskannya.
“Iya emak janji..”
Akhirnya pelan–pelan ku lepaskan pelukanku pada
tubuh wanita berkulit sawo matang yang sudah cukup berumur ini.
Gaharu Pembuka Pintu Alam Ghaib
*
WANITA BERKULIT SAWO MATANG yang sudah cukup
berumur ini bangkit, merapikan rambut dan pakaian-nya, berjalan menuju ke arah
meja rias yang ada cermin besar di atasnya, mengambil Damar wangi lalu
membakarnya di atas batok kelapa yang di dalamnya ada bara yang terbuat dari
arang tempurung kelapa, sontak ruangan kamar saat ini di penuhi aroma
wangi Gaharu[xii] yang baru saja di bakarnya. Dia melambaikan tangan memanggilku.
“Sebelum kita melakukan ritual Pernikahan
ghaib ini, abang harus berjanji sama emak, sekarang atau tidak sama sekali.”
tiba-tiba nada suara wanita berkulit sawo matang yang sudah cukup berumur
berubah jadi tegas.
“Iya mak..” jawabku.
”Abang harus berjanji bahwa abang tidak akan
menggunakan ilmu ini untuk kejahatan, atau mencelakai orang yang tidak
bersalah. Harimau ghaib ini akan bersama abang, baik dalam suka dan duka selama di
dunia, kelak setelah abang meninggal dunia dia akan pergi meninggalkan abang dan
kembali ke alam ghaib.” kata wanita berkulit sawo matang ini, lalu kembali
melanjutkan ucapannya,
“Semua dosa yang abang lakukan selama di dunia ini
menjadi tanggung jawab abang sendiri, atas izin Tuhan Yang Maha Esa serta di
saksikan para penghuni alam ghaib yang berada di langit dan di bumi malam ini,
apakah abang bersedia menikahi emak.? ”Wanita berkulit sawo matang yang sudah
cukup berumur ini bertanya sambil menatap mataku.
“Saya bersedia mak.” jawabku yakin. Kemudian wanita
berkulit sawo matang yang sudah cukup berumur ini kembali melanjutkan
ucapannya.
“Pernikahan ghaib ini akan mengikat antara
abang dan emak selama abang masih hidup di dunia ini, jika abang melanggar
perjanjian ini maka segala akibatnya akan kembali kepada abang, apakah abang
bersedia ? “Iya mak, saya bersedia..” jawabku yakin.
Sambil komat–kamit membaca sesuatu, wanita berkulit
sawo matang yang sudah cukup berumur ini memutarkan asap gaharu ke
sekujur tubuhku, dan ketubuh nya sendiri, tubuh kami tertutup asap yang
mengeluarkan aroma wangi khas gaharu.
Mataku nanar dan seperti hilang kesimbangan, aku
oyong, sebelum terjatuh kelantai, wanita berkulit sawo matang yang sudah cukup
berumur ini menangkap tubuhku. selanjutnya aku sudah tidak sadarkan diri.
Pernikahan Ghaib
*
SEMUA PROSES
PERNIKAHAN berlangsung begitu cepat, saat ini aku tengah duduk di atas
pelaminan, mengenakan baju pengantin, bersanding dengan seorang wanita cantik
yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota
kecil di kepalanya. Wajahnya begitu mirip dengan wanita berkulit sawo matang
yang mengenakan kerudung bergo panjang warna merah marun, hanya saja wanita ini
masih muda, usianya sekitar 27 tahun.
Wanita cantik
yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan Mahkota
kecil di kepalanya ini mengajakku turun dari kursi pelaminan. Meninggalkan
kemeriahan pesta pernikanan kami, perlahan dia membawaku berjalan menuju kamar
pengantin, membuka pintu kamar, lalu menarikku masuk ke dalam kamar. Dan
tiba--tiba saja kami sudah berada di dalam kamar tempat di mana Wanita berkulit
sawo matang yang mengenakan kerudung bergo panjang warna merah marun ini tadi
membakar Damar wangi.
Aroma khas
wangi gaharu masih tercium santar, Wanita cantik yang mengenakan Kebaya
Pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan Mahkota kecil di kepalanya yang
baru saja kunikahi ini memelukku, ku balas pelukan nya. Kulumat bibir nya,
cukup lama kami berpelukan sampai tiba-tiba wanita cantik yang mengenakan
kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil dikepalanya
ini berubah menjadi wanita berkulit sawo matang yang sudah cukup berumur yang
tadi mengurutku. Secara reflek aku melepaskan pelukanku ketubuhnya.
"Kenapa?
Abang kecewa karena perempuan cantik tadi berubah jadi jelek kayak emak
ini?" katanya sambil tersenyum menatap mataku, ketika tadi tiba-tiba aku
melepaskan pelukanku karena kaget. tidak ku jawab, tapi aku langsung menariknya
kembali, ku peluk erat. Sambil berbisik di telinga nya.
"Kenapa
harus kecewa? Emak tau nggak, apa yang ku pikirkan waktu pertama kali bertemu
emak, pas membawakan kopi kemarin?" tanya ku balik pada wanita yang masih
berada di dalam dekapan ku ini.
"Apa yang
abang pikirkan" Jawabnya, sambil menatap mataku. " Jujur saja, pada
saat pertama kali melihat emak kemarin, aku begitu menginginkan ini" kata
ku sambil meraba “itu” nya, lalu ter tawa lepas.Tangan nya langsung bergerak
mencubit perut ku, lalu setengah berbisik, dia berkata di telingaku.
"Dasar
mesum.." katanya lagi sambil tertawa. "Tapi emak suka kan?"
jawab ku balik menggoda-nya. Dia hanya diam, muka nya bersemu merah, semerah
kerudung bergo panjang warna merah marun yang di kenakannya.
Bukan Harimau Biasa
*
"AAUUUMMMMMM…
"
Terdengar suara
raungan Harimau betina di antara lebatnya hujan di sertai kilatan cahaya petir
malam ini. Aku merasakan ada hawa dingin yang masuk, merayap naik, dan menjalar
keseluruh tubuhku. Tiba-tiba aku merasakan tubuhnya bergetar hebat. Perubahan mulai
terjadi, perlahan tapi pasti, mulai dari kepala hingga ke kaki, Wanita
berkerudung bergo panjang warna merah marun ini berubah menjadi Harimau
sempurna. Setelah mengeluarkan suara mengaum untuk yang kedua kalinya, aku
merasakan tubuhku seperti membesar, dengan kekuatan tubuh berlipat--lipat.
Berangsur-angsur
harimau betina itu berubah kembali menjadi wanita berkulit sawo matang.
Kulepaskan gigitanku pada leher wanita berkulit sawo matang yang sudah cukup
berumur ini. Dia langsung jatuh terkulai lemas di atas kasur, diam tak
bergerak, hanya suara nafasnya yang masih terdengar, tersengal--sengal tak
beraturan. Aku merasakan seperti ada yang sesuatu yang ingin keluar dari dalam
tubuhku, ku buka mulutku, dan yang keluar adalah suara auman Harimau jantan.
"Aaauuummmm.."
Suaraku
menggema di dalam ruangan di sertai perubahan pada tubuhku. Bersamaan suara
auman harimau jantan yang keluar dari dalam mulutku barusan, aku terlempar,
keluar dari dalam tubuhku sendiri, terhempas di sudut kamar. Menatap ke satu
sudut lainnya. dari cermin besar di atas meja kayu jati berukir, aku melihat
Harimau jantan besar tengah menjilati sekujur tubuh wanita tanpa busana yang
tergolek lemas di atas kasur tipis.
Wanita berkulit
sawo matang yang baru di jilati sekujur tubuhnya oleh Harimau jantan besar di
depan nya itu, tiba--tiba berubah menjadi wanita cantik yang mengenakan kebaya
pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya.
Perlahan,
kulihat dia membuka kedua matanya, menatap harimau jantan besar di hadapannya,
membiarkan lidah harimau jantan itu menjilati seluruh wajahnya. Ia membisikan
sesuatu ketelinga harimau jantan besar di depannya, suaranya terdengar cukup
jelas ke telingaku saat ini. setelah bacaan, yang tadi di bisikan ke telinga
Harimau jantan besar itu ku baca di dalam hati. Tiba--tiba tubuhku menjadi
ringan, dan seperti asap, aku tersedot masuk kembali masuk ke dalam tubuhku
yang saat ini kulihat telah berubah menjadi seekor Harimau besar di depan
wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta
mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu.
Aku duduk di
hadapan wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun
serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu, masih duduk bersimpuh di
depanku, kucium keningnya.
"Terimakasih
Mak.."ucapku, berbisik di telinga wanita cantik di depan ku ini.
"Iya
bang..ingat semua pesan dan perjanjian ghaib tadi.."jawabnya lirih.
Kutatap
matanya, kurengkuh pundaknya, kulumat bibirnya, cukup lama kami saling ber
“panggutan” hingga beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja wanita cantik
dihadapanku ini berubah kembali menjadi wanita berkulit sawo matang yang
mengenakan kerudung bergo panjang warna merah marun.
Jejak Harimau di antara Konflik yang mewarnai Perkebunan Kelapa Sawit
*
SEEKOR HARIMAU SUMATERA telah menewaskan dua orang
warga di Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) Provinsi Riau,
tepatnya berada di dalam konsesi PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP) yang
sebelumnya di sebut dengan PT Multi Gambut Industri (MGI)[xiii]. Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam atau BKSDA masih berupaya
menangkap hewan yang di lindungi tersebut.
BERITA YANG KUBACA dari salah satu media ini
mengingatkanku akan kejadian beberapa waktu yang lalu, ketika berada di Desa
Pulau Muda Kecamatan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Aku terjaga di tengah kerumunan orang-orang yang
sebagian tidak kukenal, mataku menyapu sekeliling ruangan, menangkap satu wajah
yang sudah tidak asing lagi buatku. Asril, teman ku yang asli orang sini
tersenyum, lalu mendekat ke arahku. "Abang dah siuman" katanya senang
sambil mendekat dan melihat ke arahku.
"Siuman?"
Aku cuma membatin, ingin bertanya lebih jauh, tapi
aku merasa, saat ini tubuhku lemas sekali, bahkan untuk menggerakan mulut pun
terasa berat sekali.
"Jangan banyak gerak dulu," kata seorang
lelaki tua yang datang membawa mangkuk yang berisi air, duduk bersila
disampingku, mulutnya komat-kamit membaca sesuatu, selanjutnya kulihat dia
mulai memotong-motong jeruk purut lalu memasukannya ke dalam mangkuk yang di
bawanya.
Lelaki tua yang mengenakan ikat kepala dan pakaian
serba hitam ini memercikan air dari dalam mangkuk yang berisi irisan jeruk
purut ke sekujur tubuh dan pakaianku, membasahi telapak tangan-nya dengan air
dari dalam mangkuk, lalu membasuhkan ke wajah dan ke kedua kakiku. Masih dalam
keadaan lemas dan belum tau apa yang sedang terjadi saat ini, aku cuma diam,
terbaring pasrah, melihat lelaki tua yang kuperkirakan berusia sekitar 65 tahun
lebih itu mulai “mengasapi” seluruh tubuhku dengan asap rokok yang mengeluarkan
aroma kemenyan.
"Temanmu “Tesapo” Siluman Harimau." ku
dengar suara lelaki tua itu berbicara kepada Asril menggunakan bahasa kampung. Menurut Asril Pak Jumadi adalah seorang Dukun[xiv] yang cukup terkenal dikampungnya.
Kata Asril, waktu itu aku pingsan, dan tidak
jauh dari tempat mereka menemukanku, mereka juga menemukan ada banyak jejak
Harimau, mereka pikir saat itu aku telah meninggal dunia karena di terkam oleh
Harimau. Aku ingat, saat itu aku, Asril dan beberapa orang dusun pergi
memancing ikan di salah satu kanal milik PT. Arara Abadi -- Pulau Muda.
Selanjutnya setelah menemukan lokasi memancing yang menurut kami pas, maka kami
pun menambatkan sampan, selanjutnya kami berpisah dengan membawa pancing, umpan
dan bekal kopi masing-masing.
Menurut Asril mereka mencariku karena hingga sore
hari aku belum kembali ketempat sampan yang kami tumpangi tadi. Aku tidak ingat
persis semua kejadian yang kualami saat itu, hanya saja saat itu aku merasa
sedang berada di kebun karet, bersama Wanita Berkerudung Bergo Panjang Merah
Marun dan dua anaknya.
Jujur saja, kejadian waktu itu telah berhasil
merubah pola fikirku selama ini, lima tahun lamanya aku menduduki posisi
Asisten Manager di salah satu perusahaan perkebunan kelapa Sawit.
Dan wanita berkerudung bergo panjang merah marun
yang begitu hidup di alam imajinasiku, lambat laun mulai merubah kepribadianku,
ku tinggalkan pekerjaan beserta semua fasilitas yang kudapatkan saat itu. Saat
ini aku begitu menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan harimau. Entah
sudah berapa banyak literatur tentang Harimau Sumatera dan segala sesuatu yang
berhungan dengan Legenda Manusia Harimau telah kubaca.
*
AKU TERUS BERJALAN, membelah rimba raya yang saat
ini telah berganti nama menjadi pemukiman dan perkebunan, di antara
batang-batang kelapa sawit yang menjulang tinggi, di banyak kampung dan
dusun-dusun yang baru singgahi. Aku terus bertanya dimana wanita berkerudung
bergo panjang merah marun dan dua anaknya itu berada.
Aku tak lagi memperdulikan tatapan mata orang-orang
yang terkadang melihat aneh ke arahku. Ditengah ancaman kehilangan habitat karena daerah
sebarannya seperti blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan hujan
pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan
komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan.
Di tengah habitatnya yang semakin sempit dan
berkurang, aku seperti melihat wanita berkerudung bergo panjang merah marun
menatap sayu ke arahku. Dan dari mata wanita berkerudung bergo panjang merah
marun itu, aku seperti melihat Harimau Sumatera memasuki wilayah yang lebih
dekat dengan manusia, dan seringkali mereka membunuh atau di bunuh hingga
ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang
tanpa sengaja dengan manusia.
Kelemahan tata kelola hutan dalam banyak kasus
adalah karena penegakan hukum yang lemah, termasuk terjadinya tumpang tindih
atau ketidak jelasan aturan yang ada, kemampuan teknis dan peta yang akurat,
kurangnya transparansi publik dan korupsi.
DAN MENURUTKU, ini bukan soal pohon terakhir yang
ditebang. Tapi ini soal pesan yang harus di sampaikan. Semoga kedepannya, tata
kelola hutan dan lahan mengacu pada proses, mekanisme, aturan dan lembaga untuk
memutuskan bagaimana hutan, tanah dan sumber daya alam itu dapat di manfaatkan.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di
dunia, yang memiliki 17.504 pulau. Dan menurutku, Fatwa Nomor 14 Tahun 2014
tentang Pelestarian Satwa Langka untuk Keseimbangan Ekosistem itu sangat pas
dengan kondisi bangsa ini. karena aku percaya, bahwa keberadaan makhluk hidup
dengan segala fungsinya itu adalah salah satu cara Tuhan memberi petunjuk akan
kekuasaan-Nya. Dan keterlibatan seluruh pihak, menurutku, sangatlah penting dan
diperlukan guna melestarikan, dan menjaga keseimbangan ekosistem yang ada.
Selesai
Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan
nama, tokoh ataupun cerita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur
kesengajaan.