Wanita di Penghujung Malam [Bagian Tiga]
Sekali lagi kutatap wajah wanita berkulit hitam manis yang
sedang duduk di depanku ini, kulihat wajah seorang wanita baik-baik yang aku
tau saat ini sedang berusaha untuk tetap tegar berdiri di tengah semua rasa
sakit dan ketakutan yang selalu datang menghantuinya. Seorang wanita lugu yang di tengah ketidak tahuan nya bersedia
membuka aurat dan kemaluan-nya pada pria yang bukan muhrim nya demi untuk
menjaga keutuhan rumah tangganya. Seorang wanita yang begitu tunduk dan patuh
pada seorang lelaki yang tidak begitu pandai menjaga harga dirinya. Ditengah ketakutan dan kegalauan hatinya, dia duduk terdiam,
menanti kedatangan binatang jalang yang dia percaya menjadi kunci pembuka
gerbang menuju jalan kesembuhan dan kebahagian rumah tangganya nanti.
“Etalase” tempat menaruh lauk pauk menjadi
pembatas antara ruang makan dengan ruang keluarga. Di ruang keluarga yang tidak
terlalu lebar itu kulihat hanya ada satu televisi dan kasur palembang sebagai alas
tempat duduk atau pun berbaring ketika sedang menonton televisi. Rumah Makan yang terbuat dari dinding kayu ini hanya
memiliki satu kamar mandi, otomatis jika mau kekamar mandi harus masuk dulu ke
dalam dapur yang terletak di sebelah kamar utama yang di tempati oleh pemilik Rumah
Makan ini. Walau semua dindingnya terbuat dari kayu yang semua warna cat nya
berwarna biru langit, serta hanya menggunakan semen kasar untuk lantainya. Tapi
menurutku, Rumah Makan ini cukup Rapi dan Bersih. Di dalam Warung tempat makan
ini, setidaknya ada enam Meja Makan, yang lima meja makannya terdapat empat
hingga enam kursi plastik berwarna merah dan satu meja makannya lagi menggunakan
kursi panjang. MELIHAT lampu Kamar Mandi menyala, dan seperti ada orang di
dalamnya, jantungku berdebar-debar, ingat dengan mimpi yang kualami barusan,
kutunggu hingga seseorang yang berada di dalam kamar mandi itu keluar dengan
sedikit rasa penasaran. Wanita berkulit hitam itu manis keluar dari dalamnya,
tidak sama persis seperti yang kulihat di dalam mimpiku malam tadi, tidak
mengenakan Pakaian tidur tipis seperti yang kulihat di dalam mimpi. Tapi mengenakan
Handuk yang di lilitkan ke tubuhnya, menutup kedua payudara hingga ke betisnya
yang kulihat begitu bening malam ini. Rambutnya basah, sepertinya dia baru saja
siap mandi. Dia kaget, ketika melihatku berdiri di depan Kamar Mandi, lalu
dengan sedikit terburu-buru dia segera beranjak meninggalkanku yang masih seperti
orang”bingung”melihatnya keluar dari dalam kamar mandi barusan. Cukup lama, aku di dalam kamar mandi. Dan setelah selesai,
aku langsung keluar menuju dapur, dan pas melewati Kamar Utama pemilik Rumah
Makan ini, kulihat pintu kamarnya tertutup rapat. Aman ! Mungkin dia sudah kembali
tidur. Pikirku sambil terus berlalu. Pas melewati ruang tengah, disamping televisi kulihat Wanita
berkulit hitam manis itu masih mengenakan mukena, sepertinya dia barusan
menyelesaikan Shalat tahajud.
Aku cepat-cepat berlalu lewat di belakangnya. “Bang..” tiba-tiba wanita berkulit hitam manis itu memanggilku,
aku berhenti, sedikit tegang ku jawab. Iya kak, ada apa? jawabku kaku, antara
takut di marahi hingga ingat mimpi yang barusan kualami sebelum ke Kamar Mandi.”
Maaf, kalau gak keberatan, dan belum ngantuk, ada yang mau kakak tanyakan sama abang.”Katanya
lagi, membuatku makin merasa kurang nyaman saat ini. Ooh,,boleh. kataku lagi
sambil menuju salah satu kursi panjang di sebelah tempatnya shalat barusan, aku
sengaja duduk di sini karena lampu ruang makan tempat aku dan suaminya duduk
siang tadi dalam kondisi mati, kulihat lampunya memang sengaja di matikan
ketika rumah makan ini sudah tutup. Di antara Etalase dan ruang tengah tempat penghuni rumah
makan ini biasa menonton televisi, ada
dua kursi panjang yang saling berhadapan menghadap meja panjang yang
semuanya terbuat dari kayu, bisa di duduki dua hingga empat orang diatas
kursinya. “Terima kasih, tunggu sebentar ya..” Katanya lagi, sambil tersenyum
ke arahku yang lagi duduk di salah satu kursi panjang menunggunya. Setelah
melipat sejadah, dia masuk kedalam kamarnya, dan ketika keluar dari kamar, kulihat
dia sudah mengganti mukena yang dikenakan nya barusan dengan kerudung panjang berwarna
hitam, dan langsung menuju ke dapur tanpa menghampiriku di sini. Kudengar, sepertinya
dia sedang membuat sesuatu di dapur sana. Mungkin karena sedikit tegang, dan
bertanya-tanya, apa yang membuat wanita berkulit hitam manis ini memanggil dan
ingin bertanya sesuatu padaku di tengah malam begini, aku merasa begitu lama
sekali menunggu kedatangannya di tempat ini. ** DATANG DARI DAPUR, meletakan segelas kopi susu di hadapanku.
Bagaimanapun, aku merasa sungkan dengan kondisi saat ini, di buatkan kopi dan
hendak di ajak ngobrol berdua oleh seorang Wanita yang aku tau suaminya saat
ini sedang tertidur pulas di dalam kamarnya. Tunggu sebentar ya kak, aku mau ambil rokok dulu di kamar. Cuma
itu kata yang sanggup ku-ucapkan pada wanita berkulit hitam manis yang saat ini
telah duduk di depanku itu.”Iya.”Jawab-nya sambil menganggukan kepalanya
padaku. Aku berjalan menuju ke kamar dengan banyak pertanyaan di
benakku. Setelah mengambil Rokok di atas meja, aku segera menuju ke Ruang makan,
menyalakan sebatang rokok, lalu duduk di kursi yang tadi ku duduki. Aku bingung
mau ngomong apa di hadapan wanita berkulit hitam manis ini, akhirnya. Kuputuskan
untuk menunggunya, biar dia yang mulai bertanya lebih dulu, baru nanti akan
kujawab sebisaku. “Bang..” Suara wanita itu terdengar pelan di telingaku,
kutatap wajah naturalnya, terlihat cantik dan tidak ada aura kemarahan di situ.
Berarti dia tidak marah dengan kejadian barusan.”Kakak barusan Shalat istikharah untuk
meminta petunjuk, dan setelah selesai Shalat hati kakak merasa yakin bahwa memang
abang lah orangnya!” Deg..hampir saja cangkir kopi dalam genggaman-ku terlepas
jatuh mendengar kata-kata wanita berkulit hitam manis ini barusan. Apa
maksudnya bahwa aku adalah orangnya? Ketemu saja baru sekali ini. Tapi aku coba
sabar, diam dan menunggu kata-kata berikutnya. “Mungkin abang sudah mendengar cerita dari suami kakak
tentang siapa kakak, sampai masalah rumah tangga kami tadi..” Suara wanita
berkulit hitam manis itu kembali terdengar sambil tersenyum menatapku. jujur saja
saat ini aku sedikit canggung dengan nya. Di mana aku dan wanita berkulit hitam
manis ini ngobrol berdua di sepertiga malam seperti ini. Seperti memahami kegelisahanku, yang merasa begitu canggung di
depannya. Sambil melihat mataku yang
sesekali melirik ke arah pintu kamar-nya, wanita berkulit hitam manis ini
kembali berkata;”Abang jangan kuatir, suami kakak tidak akan marah melihat kita
ngobrol berdua di tengah malam seperti ini.” Katanya lagi sambil tersenyum,
mungkin merasa lucu melihatku yang seperti orang ketakutan duduk berdua
dengannya malam ini. Hem, suami macam apa pria itu! Membiarkan istrinya ngobrol
berdua dengan pria lain di tengah malam seperti ini, sementara dia malah tidur
di kamarnya. Batinku mulai menghakimi pria ramah yang tadi malam cukup lama
ngobrol akrab denganku itu. “Kami pernah mengalami hal-hal gila sebelumnya, dan kakak
tau ia begitu pasrah dan rela menahan perasaan nya sendiri demi kesembuhan
kakak, buktinya sampai hari ini rumah tangga kami masih baik-baik saja.” Katanya
lagi sambil tertawa kecil ke arahku, barisan gigi putih yang terlihat begitu
bersih dan rapi itu juga ikut-ikutan mencoba untuk menenangkan kekuatiranku. Maksudnya? Tanyaku sambil melihat ke arah barisan gigi putihnya
itu, dan sepertinya mereka memang berhasil mengusir rasa kuatirku jauh-jauh
saat ini. “Kami sudah berobat kemana-mana, mulai dari tahun pertama menikah
hingga sekarang sudah memasuki usia yang ke empat tahun pernikahan kami.” Jawabnya
lagi sambil menatap ke dua mataku dalam-dalam. Seolah ingin menunjukan keseriusan
ucapan nya, bahwa dia tidak sedang berusaha membohongiku yang terlihat begitu
bodoh malam ini. Kutatap Jam dinding di sudut ruang makan, wanita berkulit
hitam manis kembali meneruskan ceritanya. “Almarhum suami kakak yang pertama dulu masih sering datang
menjumpai kakak, kata orang pintar yang kami datangi, katanya dia belum iklas
melepaskan kakak, kami sudah berobat ke mana-mana, mulai dari dukun hingga ke
kyai pun sudah kami datangi. Mulai dari yang meminta syarat kembang setaman sampai yang
meminta syarat untuk menyetubuhi
kakak agar dia bisa menghilangkan gangguan almarhum suami kakak itu.” Katanya
lagi sambil sedikit menunduk malu menceritakan kenangan-nya beberapa waktu yang
lalu. Dan suami kakak tau syarat yang diminta oleh dukun yang
meminta syarat untuk bersetubuh itu? Tanyaku sedikit penasaran, dan entah
kenapa aku jadi berdebar-debar menunggu jawaban nya.”Iya” jawabnya, sambil
menganggukan kepala. Terus? Tanya ku makin penasaran dengan reaksi suaminya nanti
ketika dia mendengar ada orang yang ingin menyetubuhi istrinya itu.”Abang memberi
izin, dan dia iklas, yang penting bisa menyembuhkan kakak” katanya lagi. Aku cuma diam, tak bisa berkata apa-apa lagi mendengar
ucapannya barusan, kutatap seraut wajah cantik yang tengah tersenyum hambar
menatapku ini. Jujur saja sedikit kering tenggorokanku saat ini, membayangkan
wanita berkulit hitam manis ini melayani dukun yang hendak mengobatinya kala itu. Dan entah kenapa sedikit
hambar kurasakan kopi yang ku teguk barusan, ketika mendengar perjuangan suami
istri ini untuk berobat. Terus kakak mau di setubuhi oleh dukun itu? Tanyaku lagi
sambil menatap ke dua matanya dalam-dalam, entah kenapa hatiku merasa sakit
membayangkan tubuh wanita cantik ini menjadi piala bergilir dukun kurang ajar
itu. “Hampir saja kakak bersedia saat itu, tapi entah kenapa pada
saat hendak disetubuhi oleh dukun tersebut, hati kakak berontak, teringat
dengan hijab yang
selalu kakak kenakan ini, dan entah kenapa pada saat itu, kakak mulai berfikir
jernih. Apa gunanya selama ini di luar rumah kakak selalu menutup aurat dari
pandangan mata lelaki lain, selain suami kakak sendiri. Tapi di dalam kamar
dukun ini kakak bisa dengan mudahnya melepaskan semua pakaian yang kakak
kenakan saat itu. Dan sepertinya Tuhan tidak mengizin kan perbuatan yang di
larang agama pada malam itu, dan setelah kejadian itu, akhirnya kakak mulai berfikir
jernih untuk mencari dukun atau orang pintar lain. Dan belakangan, kami baru tau
kalau dia adalah dukun palsu yang sudah banyak memperdaya kaum wanita yang
berobat kepada-nya!” Kata wanita berkulit hitam manis ini, tersenyum pahit. Entah kenapa aku merasa sedikit lega mendengar ucapan-nya
barusan, kutatap wajah wanita berkulit hitam manis di depanku ini, di usianya
yang sudah tidak muda lagi. Kulihat memang masih menyimpan sisa-sisa kecantikan
masa mudanya dulu. Senyumnya masih terlihat begitu manis, bahkan sedikit
menggoda menurutku. Tidak memakai riasan saja sudah seperti
ini, apa lagi kalau sedikit didandani, fikirku sambil melihat bentuk tubuhnya yang
masih terlihat begitu molek di depanku ini. Sepertinya memang dia pintar
merawat diri. Pantas saja dukun itu ingin men”cabuli”nya, coba kalau dia ini
adalah nenek-nenek yang sudah keriput semua, apa dukun itu masih mau memberi
syarat pengobatnya dengan cara menyetubuhi pasiennya? Membayangkan seandainya memang syarat pengobatan
yang di lakukannya adalah harus dengan cara menyetubuhi setiapa pasien yang akan
di obatinya, termasuk jika ada laki-laki dan nenek-nenek yang sudah keriput
semua. Aku jadi senyum-senyum sendiri.
MELIHAT aku senyum-senyum sendiri setelah mendengar
penjelasannya barusan, pipi wanita berkulit hitam manis ini memerah, mungkin
dia lagi berfikir kalau aku sedang berfikir jorok tentangnya. Merasa tidak enak
dengan rona wajah dan tatapan matanya barusan, aku cepat-cepat meminta maaf,
sebelum dia terlanjur salah sangka dengan senyumanku barusan. Maaf kak, aku tidak bermaksud seperti itu. Kataku lagi,
kucoba jawab pertanyaannya yang masih menggantung di dalam fikirannya saat ini.
”Enggak apa-apa, kakak bisa memahami itu. Dan kakak mengajak abang ngobrol
berdua malam ini, karena kami sudah siap dengan semua hal terburuknya.” Katanya
lagi sambil tersenyum menatapku. Maksud kakak? Tanyaku kurang paham dengan
kata-katanya barusan. “Kami sudah capek berobat kesana kemari, dan kakak hampir
gila. Setiap malam jum’at kliwon almarhum suami kakak itu selalu datang, ia menyetubuhi
kakak tanpa bisa kakak menolaknya sekalipun, dan menurut beberapa dukun yang
kami jumpai, Almarhum suami kakak itu masih belum mau melepaskan, dan
meninggalkan kakak sampai saat ini, makanya menurut mereka sampai saat ini kami
belum memiliki keturunan.” Katanya lagi. Sambil menatap langit-langit ruang
makan yang juga berwarna biru laut. Matanya kulihat berkaca-kaca, seperti
berusaha untuk menahan tangisnya. Kulihat, sepertinya dia merasa begitu
tertekan dengan semua keadaan yang di alaminya itu. Jujur saja, aku sedikit
trenyuh mendengar semua ceritanya barusan. “Bahkan saat ini tekat kakak sudah bulat. Kakak bersedia, jika
memang abang hendak menyetubuhi kakak sebagai syarat pengobatan.” Katanya lagi sambil
menunduk. Aku kaget mendengar ucapannya barusan, Ku tatap wajahnya yang memerah
itu. Ada rasa jengah, pasrah tapi tak rela, dan saat ini dia seolah merasa
bahwa pria yang sedang duduk didepannya, pasti sedang berfikir bahwa dia adalah
wanita gampangan yang bisa di ajak tidur oleh lelaki manapun. Suaranya terdengar
begitu pelan. Kenapa kakak berfikir aku bisa mengobati kakak? Aku bukan
dukun! Tanyaku, setengah protes, walau jujur saja darahku sempat berdesir
mendengar kata-katanya barusan. Otak kiriku langsung bekerja, ingat dengan
mimpi dan kejadian di kamar mandi tadi, membayangkan semua itu, aku hampir lupa
diri. Mana ada lelaki normal menolak di ajak begituan sama wanita yang memiliki
senyuman yang menggoda ini. Tapi satu sisi hatiku yang lainnya protes, dan mengatakan
sampai saat ini masih belum ada niat, bahkan berfikirpun belum, untuk ”meniduri”
istri orang. Entah nanti kalau otak kanan dan otak kiriku sedikit khilaf. Karena memang urusan daging
yang setumpuk itu terkadang sering membuat orang lupa diri, bahkan menurut
beberapa buku yang pernah kubaca, sesama anak manusia saling membunuh antara
satu dengan yang lainnya juga karena urusan ini. Mulai dari zaman Nabi yang
pertama, hingga saat ini. kebanyakan pemicu awal keributan adalah karena
masalah yang satu ini. “Sebelum abang datang kemari, kakak telah berobat dan
bertanya pada orang tua atau orang pintar yang mengatakan bahwa siluman cuma
bisa di lawan dengan siluman juga, dan dia terus terang mengakui bahwa dia
tidak bisa mengobati penyakit kakak yang dikarenakan oleh perbuatan siluman
itu. Tapi katanya, suatu saat nanti akan ada siluman yang akan
datang menemui kami di sini, dan jika Siluman itu bersedia menolong kami,
mudah-mudahan dia bisa mengusir siluman jelmaan mendiang suami kakak itu, kata orang
pintar yang kakak temui itu, hanya siluman yang datang pas di hari pernikahan
kami itu yang bisa menjebol pagar ghaib yang di pasang oleh mendiang suami kakak
tersebut. Pagar ghaib yang membuat kakak susah di buahi, dan sulit mendapatkan
keturunan dari lelaki manapun.” Katanya lagi, sambil menatap lurus kedua mataku,
tatapan dan nada bicaranya begitu serius, sepertinya tidak main-main! Geblek! Pikirku, jadi mereka menyangka aku ini adalah Siluman!
Jujur saja aku memang jarang Shalat lima waktu. Tapi jelek-jelek begini, aku
ini masih manusia tulen, kakiku saja masih menginjak tanah ketika berjalan, tubuhku
masih basah ketika kehujanan, dan perutku masih kelaparan kalau pas lagi puasa
karena tidak ada yang mau di makan. AKU BINGUNG, dan tidak tau mau ngomong apa lagi pada
keluarga aneh ini. Cukup lama aku diam, sambil mengisap rokok, menghembuskan asapnya
pelan-pelan. Kalau mengikuti nafsu binatang yang ada di dalam diriku, bisa saja
saat ini kubilang bisa mengobatinya, dengan syarat aku harus menyetubuhi tubuh
moleknya terlebih dulu. Tapi entah kenapa. Sepertinya, saat ini Setan pun sedang
tidak ingin dekat-dekat denganku. Bukti-nya, saat ini aku cuma duduk dan diam, masih
seperti setengah tidak percaya dengan apa yang barusan ku dengar. Seperti
mimpi! Bangun tidur tiba-tiba ada wanita
cantik yang tampak santun di depanku siang tadi tiba-tiba saja malam ini bilang
kalau dia bersedia aku setubuhi saat ini. Api rokok yang barusan ku sundutkan
ke kulitku masih terasa panas! dan kulitku masih terasa sakit, memerah, mungkin
sedikit melepuh. Berarti aku tidak sedang bermimpi saat ini! “Tadi malam. Sebelum Shalat istikharah, kakak bermimpi abang
menyetubuhi kakak, lalu almarhum suami kakak datang, dia marah! Lalu berubah
jadi seekor Macan, dia menerkam abang, dan tiba-tiba abang juga kakak lihat berubah
menjadi seekor Harimau, lalu abang dan Harimau jelmaan almarhum suami kakak itu
berkelahi. Dan selanjutnya kakak terbangun. Tadi sebelum kakak mandi, kakak ceritakan semua mimpi yang
kakak alami itu pada suami kakak, dan suami kakak meminta kakak melakukan Shalat
istikharah untuk meminta petunjuk, agar kami di beri pilihan yang terbaik
nantinya. Dan dia iklas, seandainya kita harus melakukan itu, dia rela
melakukan apapun demi kesembuhan kakak. Wanita berkulit hitam manis ini
menceritakan mimpinya barusan, sambil melihat ke arahku yang masih diam, sesekali
aku memainkan rokok dijariku. Kutatap wajah wanita berkulit hitam manis di
depanku ini, dan entah kenapa tiba-tiba aku mulai berfikir iseng. Bahkan sedikit
jahil menurut. Apa benar kakak mau melakukan apapun yang aku minta? Tanyaku
sambil tersenyum menatap kea rah wajahnya yang bersemu merah itu, sepertinya
dia sudah menebak apa yang bakal aku utarakan nanti.”Kakak bersedia, yang
penting kakak bisa lepas dari semua kutukan ini!” Katanya pelan, sambil menunduk,
mukanya makin memerah bak udang rebus. Sekalipun melakukan seperti apa yang
kita lakukan seperti di dalam mimpi kakak tadi? Kataku lagi sambil tersenyum
menatap ke rahnya yang kulihat sedikit jengah dan malu-malu itu. “Iya,” jawabnya pelan, wajahnya memerah, antara pasrah dan sedikit
lupa akan perbuatan dosa. Jujur saja, aku
pun tadi bermimpi melihat kakak di kamar mandi, mengenakan pakaian tipis hingga
aku sepertinya bisa melihat dengan jelas bentuk kemaluan kakak. Kataku lagi, menatap
wajahnya yang walau sepasrah apapun keadaannya saat ini, wanita berkulit hitam
manis ini masih menyimpan rasa malu, ketika ada lelaki lain yang bukan”muhrim”nya
mengatakan kalau dia sudah melihat bentuk”kemaluan”nya itu. Wanita berkulit hitam manis ini menatapku, tersenyum
malu-malu. Dan tiba-tiba dia bangkit, lalu mendekat ke arahku.”Kakak akan
turuti apapun permintaan abang, asalkan itu bisa menyembuhkan kakak.” Katanya
lagi sambil duduk di sebelahku, setengah berbisik malu-malu ke telingaku. Suami kakak gak akan marah, seandainya dia tau kita
melakukan itu? Tanyaku pelan, setengah berbisik di telinganya.”Enggak bang!
Saat inipun dia sengaja pura-pura tidur di dalam kamar, karena bagaimanapun dia
tidak ingin melihat kakak bersama Pria lain”melakukan itu”secara langsung di
depan matanya.”Katanya lagi setengah berbisik, pipinya memerah, merasa malu
sendiri, dengan apa yang baru saja keluar dari bibir tebalnya itu. Bagaimana kalau aku ingin ”melakukan” nya di sebelah suami
kakak? Tanyaku lagi, sambil tersenyum lebar, setengah menggodanya. Dia kaget,
mukanya merah padam. Tidak bisa berkata apa-apa lagi mendengar kata-kataku
barusan. Menurutnya, ini pertanyaan gila yang tidak perlu dijawabnya. bagaimana
mungkin dia sanggup”berzina”dengan
lelaki lain yang bukan muhrim nya, dihadapan suaminya sendiri. Tidurlah kak, hari sudah hampir pagi. Kataku menyuruh wanita
berkulit hitam manis yang masih bingung dengan perkataanku barusan. Dia
menatapku, matanya sedikit membelalak. Antara kaget dan kecewa dengan sikapku
ini.. “Bang!” Suaranya tertahan, protes, sorot matanya masih
seperti tidak percaya, bagaimana mungkin aku sanggup memperlakukan dia seperti
itu? Dia bukan PSK dan suaminya yang saat ini masih tertidur pulas di kamar bukanlah
mucikari, dan tempat ini adalah Rumah Makan bukan rumah Bordil. Wanita berkulit hitam manis ini menangis sesegukan, aku jadi
merasa tidak enak sendiri. Dan entah kenapa tiba-tiba aku begitu berani
menyentuh wajahnya. Ku pegang dagunya, ku dongakan ke atas, kutatap mata sembabnya
yang masih mengeluarkan air mata. Air mata seorang wanita baik-baik yang
betul-betul merasa terhina, dan merasa di lecehkan oleh seorang pria yang baru
saja di kenalnya. Merasa di perlakukan seperti seorang pelacur yang baru saja
meminta untuk melayaninya di hadapan mucikarinya sendiri. * KU CIUM
PIPINYA, dan kucoba lumat bibirnya. Wanita berkulit hitam manis yang sudah
terlanjur kesal karena merasa di lecehkan sampai ke titik terendah harga
dirinya ini melengos, membuang wajahnya. Maafkan aku,
entah dosa dan kesalahan apa yang dulu pernah kakak lakukan sebelumnya. hingga
kakak bisa mengalami nasib seperti ini, setahuku. Dunia ini tercipta
berdasarkan hukum sebab akibat, dan berdasarkan semua cerita yang kakak
sampaikan dari tadi, aku tau kalau kakak adalah wanita baik-baik. Menutup aurat
dan menjaga harga diri. Tapi entah kenapa kakak harus mengalami sakit yang
harus di obati dengan cara yang tidak umum seperti penyakit lainnya itu. Wanita berkulit hitam manis ini diam, menatapku, tidak
berusaha menjauhkan atau menepis tangan-ku yang masih menyentuh dagu-nya.
Tangisnya kembali pecah. Sambil menangis dia kembali berkata, “Apa dosa dan
kesalahan kakak bang? Sampai harus mengalami nasib di permalukan seperti ini?”
katanya lagi sambil menatap sendu ke arahku. Aku tidak tau, mungkin saja ada kesalahan masa lalu, yang
kakak sudah lupa, atau mungkin ada hal-hal yang kakak lakukan dulu ketika
mendiang suami kakak masih hidup yang belum kakak ceritakan sama aku. Kataku
lagi, membiarkan wanita berkulit hitam manis ini mengeluarkan semua luapan emosi
dan perasaan nya malam ini di dadaku. Sambil memeluk dan membenamkan seluruh wajahnya di dadaku,
dia kembali menangis, menumpahkan emosi dan semua unek-unek yang selama ini
mengganjal di dalam hatinya. Cukup lama kubiarkan, hingga dia kembali tenang dan
mulai berhasil menguasai dirinya lagi. “Dulu suami pertama kakak berasal dari keluarga yang
ekonomi-nya cukup mapan, saat itu kakak begitu tergila-gila padanya. Hingga
kakak khilaf, dan saat itu kakak pergi ke dukun, untuk memelet[i] suami
kakak tersebut, agar dia mau menikahi kakak.” Katanya pelan Di antara tangisnya.
Terus…Tanyaku penasaran. “Selanjutnya setelah kami menikah, kakak yang saat itu
begitu kuatir kalau dia akan pergi meninggalkan kakak karena tau kalau saat
malam pertama itu kakak sudah tidak perawan lagi. Akhirnya kakak kembali
mendatangi dukun yang mengguna-gunainya waktu itu. Saat itu kakak bahkan
meminta susuk[ii]
agar suami kakak itu semakin sayang dan tidak berfikir untuk meninggalkan
kakak. Pada awal-awal susuk itu di pasang, rumah tangga kami sangat harmonis,
dia menuruti apa saja kemauan kakak waktu itu, hingga suatu ketika kakak
terlupa. Kakak melanggar pantangannya. Semenjak kakak melanggar pantangan susuk itu, dia mulai
tidak terkontrol, beberapa kali dia mulai main gila sama perempuan lain, bahkan
beberapa di antaranya dengan wanita yang sudah bersuami. Suami kakak itu memang
lumayan tampan. Beberapa kali dia mengancam akan menceraikan kakak, akhirnya
kakak kembali mendatangi dukun yang dulu pernah memasang susuk di kemaluan
kakak itu. Dan ternyata pas terakhir kakak kesana, dia baru saja meninggal
dunia.” Katanya lagi, masih membenamkan wajahnya di pundakku. Bisa ku cium
aroma wangi sabun mandi di sekujur tubuh-nya, nafsu binatang di dalam diriku
mulai berontak, dia begitu menginginkan wanita yang sudah begitu jinak di
sampingku ini, matanya menatap liar melihat setiap jengkal tubuh wanita yang
memakai kerudung hitam panjang ini. Kalau yang barusan kakak ceritakan itu benar, berarti bukan
almarhum suami kakak yang datang dan menyetubuhi kakak setiap malam Jum’at
Kliwon itu. Tapi itu adalah khodam atau mahluk halus yang dulu pernah di
masukan oleh dukun itu ke dalam kemaluan kakak. Tujuannya adalah untuk mengikat dan menarik ‘ rasa ‘
almarhum suami kakak agar tidak berpaling kepada kemaluan wanita lain, ketika
suami kakak meninggal dunia, mahluk itu merasa, bahwa kakak adalah miliknya
yang harus dia jaga, hingga dia merasa tidak boleh ada lelaki lain yang boleh
menyentuh kemaluan kakak selain dia. Kataku, setengah berbisik di telinga-nya,
entah kenapa tiba-tiba aku mulai tidak bisa mengendalikan diriku lagi, ku gigit
pelan kupingnya. Dia cuma diam, menggelinjang kegelian. “Pantas punya suami kakak tidak pernah bisa hidup, ketika
berhadapan dengan punya kakak, jujur saja kakak belum pernah di setubuhinya.”
Katanya berbisik pelan di telingaku. Aku kaget, pantas saja, suaminya itu iklas
dia di setubuhi pria lain, asalkan memang itu bisa menyembuhkan sakit aneh yang
di derita oleh istrinya itu. Karena ternyata diapun selama ini begitu tersiksa
karena tidak bisa “menyentuh” istrinya itu. Aku bukan siluman, Aku ini binatang jalang, apa yang kakak
harapkan dari binatang jalang sepertiku? apa kakak tidak takut? Kataku,
setengah berbisik di telinga wanita berkulit hitam manis yang saat ini bukan
cuma menyandarkan kepala-nya di bahuku, tapi sudah mulai memeluk erat
pinggang-ku. “Saat ini kakak sudah tidak takut apa-apa lagi, kakak sadar
bahwa selama ini kakak sudah membohongi semua orang dengan penampilan luar
kakak. Selama ini kakak berlaku layaknya perempuan suci di hadapan semua orang,
di luar rumah selalu memakai hijab, agar terjaga dari pandangan pria-pria nakal
yang bukan muhrim kakak. Tapi sebenarnya kakak sedang berusaha menutupi
bibit-bibit dosa dan maksiat dari masa lalu kakak, selama ini kakak berzina dan
bersekutu dengan Setan, bahkan dulu ketika memasang susuk itu pun, dukun itu
memasang susuk di kemaluan kakak dengan cara menyetubuhi kakak terlebih dahulu.
Katanya itu adalah salah satu syarat agar susuk yang dipasangnya itu bisa
menyatu secara sempurna dengan tubuh kakak. Ketika itu kakak berfikir toh hanya
sekali, dan tidak ada yang tau, selain kakak dan dukun tersebut.” Katanya lirih
di telingaku, lalu meneruskan ucapannya; ”Sekarang abang sudah tau semuanya.
Dan sekarang terserah abang, mau menilai kakak ini seperti apa orangnya.” Aku tidak pernah memandang rendah orang lain kak, apalagi
menilai sesorang dari penampilan luar-nya. Karena aku percaya, bahwa semua yang
sudah terjadi di Dunia ini adalah karena sudah atas izin-nya, bahkan sehelai
daun yang jatuh ke muka ke bumi ini pun itu terjadi atas kehendaknya, jika
Tuhan tidak menghendaki mustahil itu bisa terjadi. Sekalipun jika nanti
ternyata kakak benar-benar sembuh dari sakit yang kakak derita setelah kita
benar-benar melakukan itu, aku percaya semua itupun terjadi atas izinnya. Kata-kata ku terhenti sejenak, menelan ludahku sendiri, saat
ini mataku melirik ke arah jemari tanganku, yang sedari tadi di genggamnya,
tiba-tiba saja oleh wanita berkulit hitam manis itu di bawa masuk kebalik rok
kain hitam panjang yang di kenakannya itu. “Aku ingin melakukan dosa[iii]
dengan abang malam ini, dan aku berharap semoga ini adalah dosa yang terakhir kalinya kakak lakukan setelah
malam ini, dan semoga ini bisa memutuskan mata rantai dari dosa-dosa masa lalu
kakak.” Katanya lagi sambil menatap mataku, nafasnya sedikit memburu. Tidurlah kak, sudah hampir pagi. Kataku lagi, sambil
berusaha menarik tanganku yang tadi sempat menyentuh sesuatu yang begitu lembut
dan kenyal, namun terasa begitu hangat di balik rok kain hitam panjangnya itu. Wanita berkulit hitam manis itu menatapku, matanya yang
berkaca-kaca. Ada rasa kecewa ketika dengan halus aku berusaha menarik tanganku
dari balik gengaman jari-jemarinya. “Abang tidak mau mengobatiku? Atau karena abang jijik
setelah tau siapa aku sebenarnya?” Nada suaranya sedikit meninggi, bahunya
terguncang-guncang menahan suara tangisnya yang hampir pecah sedari tadi. Bukan aku tidak mau mengobati kakak, apalagi merasa jijik
melakukannya dengan kakak, hanya saja saat ini aku belum tau bagaimana cara
mengobati penyakit yang kakak alami itu. Kataku lagi lagi sambil berusaha
menenangkannya, berusaha menghibur luka hatinya yang merasa begitu terhina,
oleh seorang pria yang baru saja menolaknya. Berusaha menenangkan tangisnya,
berusaha memulihkan kepercayaan dirinya yang sempat terhempas jatuh dan hancur berkeping-keping
barusan. *
Jika mengikuti nafsu binatang yang ada di dalam diriku saat
ini, jujur saja saat ini aku begitu menginginkannya, mana ada kucing yang
menolak di kasih ikan asin. Kataku lagi sambil tersenyum dan berusaha
mencandainya. Hanya saja aku tau, cara mengobati kakak tidak segampang itu.
Kataku lagi sambil menangkap tangannya. “Itu kan hanya alasan abang saja! sebenarnya abang merasa
jijik denganku kan?” Todongnya lagi sambil menatap tajam ke arahku, nada suaranya
begitu kecewa terhadapku. Ku masukan jariku yang tadi sempat di genggamnya kedalam
mulutku sendiri, sambil mencium ujung jariku, kutatap kedua bola matanya. Aku
menyukai aroma dan rasanya, hanya saja aku tau tidak segampang itu cara
mengobati kakak. Kataku masih berusaha meyakinkannya bahwa aku tidak mau
melakukannya saat ini karena merasa jijik dengannya. Wanita berkulit hitam manis itu berhenti, tersenyum lebar
menatapku, wajahnya memerah, lalu bergerak cepat menghampiriku, dan langsung
memeluk erat tubuhku. Melumat bibirku penuh nafsu, kubalas lumatan bibirnya. “Jadi abang mau mengobati kakak? ”Tanyanya lagi, masih
dengan nafas sedikit memburu, sambil melepaskan lumatannya ke bibirku. Iya, tapi ada satu syarat yang harus kakak penuhi, dan itu
pun harus atas persetujuan dari suami kakak terlebih dahulu, karena itu adalah
satu-satu-nya jalan untuk memutuskan ikatan ghaib makluk yang telah di tanamkan
oleh dukun itu di kemaluan kakak dulu. Jawabku sambil tersenyum menatap kedua
bola matanya. “Apa syaratnya bang?” Katanya lagi, sambil tersenyum
menatapku. Penikahan. Jawabku. “Apa?” Tanyanya, sedikit kaget dan kurang paham dengan
perkataanku barusan, bagaimana mungkin dia akan menikahi lelaki muda di
depannya ini? Sementara dia adalah seorang wanita yang hingga detik ini masih
bersatus sebagai istri yang sah dari seorang lelaki yang saat ini masih
tertidur pulas di dalam kamarnya itu. Ikatan dari makluk yang di tanamkan di dalam kemaluan kakak
itu, cuma bisa di putuskan dengan ikatan juga. Jawabku lagi. Sepertinya dia
masih bingung dengan ucapanku barusan. Saat ini kakak masih terikat oleh perjanjian ghaib yang
dilakukan oleh dukun dan mahluk itu tanpa sepengetahuan kakak dulu, Dulu tanpa
sepengatahuan kakak, ketika kakak menyanggupi persyaratan yang diminta oleh
dukun itu, sebenarnya saat itu kakak sedang menyanggupi dan bersedia jika
mahluk itu menjadi pendamping hidup kakak. Di hadapan penghuni alam ghaib yang
berada di langit dan di bumi, semenjak saat itu kakak telah sah menjadi istri
dari mahluk yang saat ini bersemayam di dalam kemaluan kakak itu. Kakak dan mahluk itu terikat oleh tali pernikahan ghaib,
tali penghubung antara alam tidak sadar dengan alam kesadaran saat ini. Kakak
sadar dulu kakak telah menerima kehadirannya di dalam kehidupan kakak, tapi di
sisi lain kakak juga tidak menyadari bahwa selain suami kakak yang saat ini
lagi tertidur pulas di kamarnya, kakak juga adalah istri yang sah dari mahluk
ghaib itu. Dan jika tali atau ikatan ghaib itu diputus begitu saja maka
hanya ada dua kemungkinan yang terjadi. Yang pertama adalah, setelah tali itu di buka atau di
putuskan, maka kakak akan ikut terbawa
ke alamnya, alam yang terletak di antara alam kehidupan dan alam
kematian. Suatu alam lain, bukan alam akhirat juga bukan alam seperti dunia
kita ini. Alam yang tidak tampak dengan
mata biasa, tidak juga dengan pandangan mata batin. Ia hanya bisa terbuka oleh
rasa. Suatu alam yang di mana setan dan manusia bisa hidup, melihat dan
berbicara antara satu dengan yang lainnya. Alam lain yang berisi orang-orang yang sudah meninggal dunia
menurut pandangan orang-orang yang masih tinggal di dunia ini, tapi sebenarnya
mereka belum sampai ke hadapan Tuhan YME. penghuni alam ini masih harus
menunggu hingga kiamat dunia ini tiba, sebelum akhirnya mereka semua akan di hisab[i]
setelah hari yang di janjikan itu tiba. Sedangkan yang kedua adalah kakak menjadi gila, karena walau
tubuh kakak masih tetap ada dan berada di sini tapi tubuh kakak akan berhenti,
diam tidak bergerak, karena sudah terputus dengan jaringan rumit ke alam rasa
dan fikiran tadi. Tubuh kakak tak ubahnya seperti handphone yang tidak ada kartu Sim[ii] di
dalamnya. Dan pernikahan yang akan kita lakukan nanti, semata-mata
adalah untuk menggantikan tali pengikat rasa atau sim card yang sudah di buang
tadi. Sehingga kakak masih bisa tetap menjangkau server canggih ciptaan Tuhan
itu. Begitu sulit dan panjang sekali jika harus ku jelaskan saat ini. Tentang
alam rasa, suatu alam yang yang berada di antara hati dan fikiran Manusia.
Tuhan Maha sempurna dengan segala ciptaan-nya telah menciptakan suatu alam yang
sangat canggih dan luar biasa ajaib-nya, lebih canggih dari server web[iii] yang
kita kenal belakangan ini. . Suatu alam yang di dalamnya berisi semua ingatan manusia,
baik yang sudah berupa ingatan maupun yang masih menjadi hayalan dan harapan
setiap manusia, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, suatu
alam yang terhubung ke masa lalu, masa kini dan masa depan. Di mana alam itu
bisa di jangkau oleh semua fikiran anak manusia. Dan syaratnya cuma satu, bersediakah kakak dan suami kakak,
jika kakak ku nikahi? Pernikahan batin yang akan menguras energi dan rasa kakak
dan semua orang-orang yang mengikuti ritual itu nantinya. Kataku lagi sambil
menatap kedua matanya, dia cuma diam, menatap mataku dalam-dalam, seperti masih
tidak percaya dengan semua yang ku ucapankan barusan. “Kakak akan lakukan apapun itu, asalkan itu memang itu bisa
menyembuhkan kakak!” Jawabnya begitu yakin, lalu dalam sekejab berubah seperti
ragu, dengan rasa setengah bimbang dia melanjutkan ucapannya. “Cuma kakak ragu, apa suami kakak akan mau melakukan itu,
sebab setau kakak dia begitu mencintai kakak, dan dia tidak akan mungkin mau
menceraikan kakak begitu saja, apa lagi membiarkan kakak menikah dengan pria
lain, sebab kalau dia mau, pasti sudah dari awal pernikan kami dulu, setelah
dia tau kalau dia tidak bisa menyentuh kakak, tapi kakak tau dia bahkan rela
melihat kakak di setubuhi pria lain asalkan kakak masih tetap menjadi miliknya”
Katanya setengah berbisik di telingaku. Ada rasa kuatir dalam nada suaranya
barusan. Cuma pernikahan ghaib itu jalan satu-satu untuk mengobati
kakak, seperti yang ku jelaskan tadi ibarat sebuah hand phone, begitu “sim
card” nya ku cabut maka kakak akan diam, tidak lagi bisa terhubung ke jaringan
rasa yang sangat rumit itu, pernikahan yang akan kita lakukan nanti itu seperti
ibaratnya aku mencabut sim card lama kakak yang berasal dari dukun itu, setelah
itu aku menggangtinya dengan sim card baru, agar hand phone itu masih tetap
bisa terhubung ke jaringan rasa seperti yang ku jelaskan tadi. Kataku serius. Dan harus suami kakak yang menjadi saksi kakak di pernikahan
itu nanti. Kataku lagi. Tiba-tiba dia menangis sesegukan. Begitu mustahil
rasanya meminta suami yang dia tau begitu takut kehilangan dirinya itu untuk
meminta dia menceraikan dirinya, apalagi suaminya pula yang nanti harus menjadi
saksi nikah bagi dirinya untuk menikah dengan pria muda di depannya ini. Berarti memang sakitnya itu tidak bisa di
obati, karena rasanya begitu mustahil baginya untuk mengutarakan niatnya itu
kepada suaminya nanti, lelaki mana yang sanggup menceraikan istri yang begitu
di cintainya itu, lalu menjadi saksi pula bagi istrinya tersebut menikah dengan
pria lain. Kutatap mata sembabnya, kulumat bibirnya untuk meredakan
semua kerisauan di dalam hatinya, setelah tangisnya mereda, kubisikan di
telinganya. Yang di butuhkan saat ini adalah keiklasan darinya. Keiklasannya itulah
mata pedang yang sanggup untuk memutuskan tali pengikat yang di buat oleh
siluman dan dukun yang dulu memasang susuk di kemaluan kakak. Apapun nanti yang
akan kita lakukan adalah semata-mata upaya untuk mengharapkan keridhoan dari
dari Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dia adalah pemilik rasa,
rasa sayang dan rasa benci adalah miliknya, begitupun rasa nikmat dan rasa
sakit yang kakak rasakan selama ini, itu semua adalah miliknya, kembalikan
semua rasa itu kepada pemiliknya. Kita pasrahkan semua kepadanya. Baik dan buruk adalah ciptaannya. Ada siang, juga ada malam.
Ada cinta juga ada kebencian yang tertanam di dalam setiap hati anak manusia,
kita kembalikan semua rasa itu kepadanya, yakinlah. Jika Tuhan berkehendak,
tidak ada yang tidak mungkin baginya. Dia adalah pemilik rasa dan Dia mampu
membolak-balikan semua rasa yang ada di dalam diri anak manusia sesuai
kehendaknya. Semua yang berada di diatas muka bumi ini Dia ciptakan
berpasangan, ada penyakit tentu juga ada penyembuhnya, karena memang hanya Dia
sang pencipta yang Tunggal, tidak berpasangan, dia tidak beranak dan tidak pula
di Peranakan. Jawabku pelan setengah berbisik di telinganya. “Jika memang itu adalah satu-satunya jalan menuju kesembuhan
kakak, nikahi kakak bang!” Jawabnya pelan, sambil menatap kedua mataku
dalam-dalam. Bagaiman jika suami kakak tidak bersedia melakukan nya nanti?
Tanya ku lagi berusaha menguji keyakinannya. “Kakak akan meminta dia menceraikan kakak.”Jawabnya yakin,
sambil memeluk erat tubuhku. Bagaimana dengan perjuangan yang sudah kakak dan suami kakak
lakukan selama empat tahun belakangan ini? Semuanya akan sia-sia begitu saja,
jika pada akhirnya rumah tangga kakak harus bubar di tengah jalan, sementara
kakak dan suami kakak sudah berusaha melakukan semuanya, bahkan yang di larang
agama pun kakak lakukan demi untuk mendpatkan kesembuhan yang kakak ingin kan
itu. Tanyaku lagi, sambil tersenyum simpul menatap wajah bimbang wanita
berkulit hitam manis di depanku ini. Setelah terlihat bimbang sejenak mendengar
ucapanku barusan, cepat-cepat dia berusaha menyingkirkan semua rasa bimbang
yang sempat datang menghampirinya tadi. “Kakak sadar apa yang kami lakukan selama ini salah! kami
sudah menghalalkan segala cara dengan maksud untuk mempertahan rumah tangga
kami, bahkan hal-hal yang di larang oleh agama pun kami lakukan juga. Tapi
kakak sadar, semua itu hanya makin membuat kami semakin terjerumus kedalam
kubangan dosa, kakak ingin mengakhiri semua ini, kakak ingin bertobat, kakak
sadar rasa cinta dan sayang itu tidak bisa di paksakan. Begitupun kebahagiaan
dalam berumah tangga, cuma bisa di dapat dari keiklasan kita untuk menerima
kelebihan dan kekurangan pasangan kita masing-masing.” Katanya lagi, sambil
menatapku yang tersenyum melihat sifatnya yang berubah-ubah. Terkadang dia
begitu yakin dengan apa yang akan di lakukannya, namun sesaat itu juga dia akan
kembali ragu dengan apa yang akan diputuskannya itu. “Ajari kakak bang, bimbing kakak ke jalan yang benar, kakak
ingin kebahagiaan dunia akhirat yang di ridhoi oleh Tuhan.” Katanya lagi,
sambil membenamkan wajahnya ke dadaku, memeluk erat tubuhku, ku angkat dagunya,
kuhapus sisa air mata dipipinya, sambil tersenyum kutatatap wajah yang mulai
keliatan sedikit cerah, ada setitik harapan di matanya, setitik harapan untuk
mengakhiri semua penderitaan yang telah begitu lama dia rasakan sebelumnya. Sekarang apapun keputusan suami kakak nanti, kakak serahkan
semuanya pada Tuhan sang pemilik rasa. Nanti kakak ceritakan semuanya pada
suami kakak. Kataku lagi sambil berusaha meyakinkan untuk membuang semua
keraguan di dalam hatinya, aku ingat bahwa Tuhan itu tidak akan mungkin memberi
beban dan cobaan kepada seorang hambanya hingga di luar batas kemampuan yang
sanggup di pikulnya. “Tapi abang harus janji mengobati kakak, apapun keputusan
nya nanti!” Tuntutnya sambil menatap kedua mataku dalam-dalam, seperti meminta
kepastian dari ku. ya, aku janji. Kataku pelan, sambil tersenyum menatap
wajahnya. [i] Menurut Wikipedia bahasa Indonesia;
Hisab merupakan kiraan bagi setiap amalan manusia semasa didunia sama
ada baik atau buruk, daripada sebesar-besar amalan hinggalah kepada yang kecil.
[ii] Menurut Wikipedia bahasa Indonesia;
Kartu SIM , adalah sirkuit terpadu yang dimaksudkan untuk menyimpan
nomor identitas pelanggan seluler internasional (IMSI) secara aman dan kunci
terkaitnya, yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengautentikasi pelanggan
pada perangkat telepon seluler (seperti telepon seluler dan komputer ). Anda
juga dapat menyimpan informasi kontak pada banyak kartu SIM. Kartu SIM selalu
digunakan pada telepon GSM ; untuk ponsel CDMA , mereka hanya diperlukan untuk
handset LTE yang lebih baru. Kartu SIM juga dapat digunakan di telepon satelit
, komputer, atau kamera. [iii] Menurut Wikipedia bahasa Indonesia; Server web atau peladen web
dapat merujuk baik pada perangkat keras ataupun perangkat lunak yang
menyediakan layanan akses kepada pengguna melalui protokol komunikasi HTTP atau
HTTPS atas berkas-berkas yang terdapat pada suatu situs web dalam layanan ke
pengguna dengan menggunakan aplikasi tertentu seperti peramban web * “Kenapa harus dengan pernikahan?”Tanyanya lagi sambil
menatap tajam ke arah mataku. Abang pernah mendengar kisah Nabi Adam dan Siti Hawa?[i]
Tanyaku lagi sambil tersenyum menatap kedua matanya, sepertinya dia masih belum
begitu mengerti dengan pertanyaan ku barusan, apa hubungan masalah yang sedang
di hadapi nya kini dengan leluhur mereka dulu? Alkisah setelah merasai dan memakan buah dari pohon
tersebut, tampak dan terbukalah aurat mereka berdua. Karena muncul rasa malu,
dengan susah payah, masing-masing berusaha menutupi aurat yang tampak dan
terbuka itu dengan dedaunan yang ada di sekitar mereka. Seketika sadarlah Nabi
Adam dan Siti Hawa akan kekeliruan serta dosa mereka. Larangan yang telah Allah
peringatkan justru telah mereka langgar. Pohon yang sama sekali jangan mereka
dekati kini malah mereka makan buahnya, dan akibatnya tampaklah aurat mereka
sendiri. Rasa penyesalan yang sedalam-dalam nya muncul, Nabi Adam dan Siti Hawa
pun kemudian bertobat dan memohon ampunan Allah. Allah memberikan ampunan-Nya serta menjatuhkan hukuman yakni
memerintahkan Nabi Adam dan Siti Hawa pergi dari surga dan turun ke muka Bumi.
Berbekal pengetahuan dan beberapa kalimat-kalimat dari Allah, Nabi Adam dan
Siti Hawa pun turun ke muka Bumi. Saat diturunkan ke Bumi, Nabi Adam dan Siti
Hawa saat itu terpisah di dua tempat yang berbeda. Adam merasakan kehilangan
dan mencari-cari keberadaan Hawa, sedang Hawa sendiri pun demikian pula. Di
muka Bumi yang terhampar luas itu, dengan susah payah mereka terus-menerus
saling mencari. Terhitung selama 40 hari barulah kemudian mereka berjumpa di
sebuah bukit di jazirah Arab yang kemudian disebut dengan Jabal Rahmah[ii]. Macam-macam
rasa muncul, bahagia, sedih, terharu, kasihan, dan rasa sayang. Adam dan Hawa
akhirnya berkumpul dan menyatu kembali seperti sewaktu di dalam surga. Karena aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama dengan
yang pernah di lakukan oleh nenek moyang kita dahulu. Jawab ku sambil menutup
cerita tentang kisah Nabi Adam dan Siti Hawa. ** Lelaki berbadan gelap itu diam mendengar semua ceritaku
barusan, begitu berat rasanya menerima kenyataan pahit ini. Begitu berat
rasanya memutuskan dua pilihan ini. Di satu sisi dia ingin hidup normal seperti
pasangan yang lainnya, namun di lain sisi, dia juga tau, jika memang
persetubuhan adalah satu-satunya jalan untuk kesembuhan wanita yang begitu di
cintainya itu. Ingin rasanya dia mengatakan kepada lelaki muda di hadapan-nya
ini, jika saat ini dia iklas jika lelaki muda di depannya itu ‘mengobati’
wanita berkulit hitam manis itu tanpa dia harus menikahinya terlebih dahulu.
Tapi demi kehormatan istrinya, dan juga demi kebaikan mereka berdua, sepertinya
memang dia harus merelakan jika istrinya itu di nikahi oleh lelaki muda di
hadapan-nya ini. Dia begitu mencintai wanita di hadapannya itu, tapi dia juga
sadar jika tetap memaksa agar lelaki muda itu tetap ‘mengobati’ wanita itu
tanpa harus melalui proses pernikahan terlebih dulu hanya akan semakin
membuatnya terjerumus kedalam kubangan dosa. Masih jelas dalam ingatannya, empat setengah tahun yang lalu
ketika wanita berkulit hitam manis ini menolak dengan halus keinginannya. Lalu
berbekal informasi dari temannya, dan bersama teman karibnya itu dia mencari
dan pergi mendatangi orang tua yang di anggap orang pintar oleh orang-orang
dikampungnya itu. Dan di hadapan nenek tua yang terkenal karena memiliki suami
sembilan orang dikampungnya itu, dia mengutarakan niat hatinya untuk memiliki
janda kembang mantan teman sepekerjaannya dulu. *** Setelah semua persyaratan yang di minta oleh nenek yang
terkenal karena memilik suami sembilan orang dikampungnya itu. Maka pada malam
jumat kliwon, berdua dengan nenek tua itu mereka pergi ke Makam Keramat Datuk
Belang Enam di belakang hutan larangan. Dengan membawa sebotol minyak kelapa hijau yang dimasak oleh
gadis yang masih perawan, sehelai kain kafan dan sebungkus kemenyan hitam.
Malam itu di terangi oleh sebatang lilin dan cahaya bulan purnama, di atas kain
kafan di pinggir makam keramat sambil membakar kemenyan hitam mereka melakukan
ritual pemanggilan dan pengisian khodam. Lalu pada keesok harinya, berbekal olesan minyak pada
telapak tangannya, dia berangkat menuju rumah janda kembang mantan teman
sepekerjaan-nya itu. Dan ajaib, setelah selesai berjabat tangan dengan-nya,
wanita yang diawal kedatangannya dulu selalu menolak apa yang menjadi
keinginan-nya itu tiba-tiba saja begitu lemah lembut saat ini dan menerima apa
saja yang di ucapakannya. Setelah mereka resmi berumah tangga, dia memutuskan untuk
berhenti bekerja di perusahaan yang sama dengan almarhum mantan suami wanita
yang baru saja di nikahinya itu. Tapi
kebahagiannya itu tidak berlangsung lama, mulai dari malam pertama hingga malam
ini, belum sekalipun dia berhasil menggauli wanita yang sangat di cintainya
itu. Karena setiap kali dia ingin melakukan dengan istrinya itu entah kenapa
senjata pusaka miliknya itu selalu tidak berdaya. Dia tidak mau putus asa begitu saja, maka dia pun kembali
pergi menjumpai nenek tua yang memiliki suami sembilan orang suami di
kampungnya itu. Dan menurut nenek tua yang sudah di anggap guru olehnya itu.
Semua itu adalah akibat perbuatan almarhum mantan suaminya dulu yang sampai
kini masih belum iklas untuk melepaskan dan meninggalkan mantan istrinya itu.
Dan pada saat itu Nenek tua itu mengatakan kalau dia tidak bisa berbuat apa-apa
untuk membantunya. Dia tidak patah semangat, berbagai upaya terus mereka
lakukan, mulai dari mendatangi orang pintar, dukun, hingga kyai[iii]
untuk meminta kesembuhan, namun sampai hari ini senjata pusaka milik nya itu
masih saja saja tetap tidak berdaya ketika berhadapan dengan wanita yang begitu
di cintainya itu. Dan ajaibnya semua keanehan senjata pusaka milik-nya itu tidak
berlaku bagi wanita lain, pernah suatu kali dia mencobanya pada seorang wanita
di pinggir jalan, dan ketika itu senjata pusaka milik nya itu begitu perkasa di
hadapan wanita jalanan yang ketika itu bahkan sampai memohon padanya untuk
berhenti sejenak. Hampir saja dia menjadi lelaki hidung belang yang suka jajan
perempuan di pinggir jalan, setiap kali dia tidak bisa menyentuh istrinya itu dia selalu pergi melampiaskannya
pada perempun nakal di pinggir jalan. Dan semua itu dilakukan tanpa sepengatahuan
istrinya di rumah. Dan baru berhenti melakukan ‘kenakalan-nya’ itu ketika
mendapatkan ilmu baru dari nenek tua yang sudah memberinya minyak pelet untuk
mengguna-gunai istrinya dulu. Semua cara sudah mereka lakukan, hingga dia gelap mata
menuruti semua keinginan dukun yang meminta syarat untuk menyetubuhi tubuh
molek istrinya sebagai syarat pengobatan-nya. Hingga pada malam itu dia sengaja
membiarkan istrinya pergi seorang diri ke rumah dukun yang ingin mengobatinya
itu. Sementara dia menunggu di rumah dengan sumpah serapah, dan berharap semoga
setelahnya, dia tidak lagi hanya bisa melihat tanpa bisa menyentuh tubuh molek
istrinya itu. Istri nya pulang kerumah dan menceritakan semuanya, dia
menceritakan kalau dukun yang mereka datangi itupun ternyata tidak berhasil
mengobatinya juga. Dan sudah empat tahun lama nya mereka menunggu, sampai hari
ini pun mereka masih terus berharap semoga dia dan istrinya bisa hidup normal
seperti pasangan lainnya. Dan malam ini, dihadapan lelaki muda yang mengenakan setelan
kemeja lengan panjang berwarna coklat muda yang sudah terlihat kusam ini dia
harus menerima kenyataan bahwa dia harus menerima dengan lapang dada,
menyaksikan wanita yang dikasihinya itu menikah dengan lelaki muda di
hadapannya ini. Hatinya begitu kecewa dan terasa getir saat ini. Dengan
sisa-sisa rasa sayang kepada wanita yang sudah empat tahun menemani
hari-harinya itu, tadi pagi dia menguatkan hatinya untuk meminta lelaki muda
yang sedang duduk di depan-nya ini untuk menunda keberangkatannya. Dia dan
istrinya telah sepakat akan memutuskan apa yang akan mereka lakukan kedepannya
setelah malam ini. Begitu berat keputusan yang harus dia ambil malam ini,
menyangkut masa depan rumah tangga-nya. Seharian tadi istrinya telah mengutarak
niat hatinya ingin mengakhiri semua ini. Sambil menangis dia menumpahkan semua
isi hatinya. Ketakutan dan kesakitannya, setiap malam jumat kliwon di datangi
dan di setubuhi oleh almarhum mantan suaminya dulu tanpa sekalipun mereka
berdua mampu untuk menolak kehadirannya. Saat ini istrinya begitu putus asa,
dan sempat berfikir mungkin hanya kematian lah jalan satu-satunya untuk mengakhiri
semua penderitaannya ini. Dia begitu mencintai wanita yang sudah menjadi bagian
hidupnya selama empat tahun belakangan ini. Dan saat ini dirinya di hadapakan
pada tiga pilihan, pilihan pertama dia kehilangan istrinya karena di tinggal
mati, pilihan kedua kehilang istrinya karena gila, dan pilihan yang ketiga
adalah kehilangan istrinya karena di tinggal pergi menikah dengan pria lain.
Seperti makan buah simalakama, tidak ada satu pilihan pun yang ingin di
ambilnya saat ini, tapi memang terkadang takdir itu begitu kejam. Tanpa terasa
air matanya keluar begitu saja, tanpa disadari air matanya mengalir deras,
menetes di kedua pipinya, teringat akan semua kemalangan hidupnya ini. “Tuhan !!!
Kenapa engkau begitu kejam padaku!” Hatinya menjerit sambil berusaha
menguasai emosi yang bergejolak di dalam dirinya saat ini. Di sepertiga malam ini angin berhembus kencang, suasana
dingin terasa mencekam. Hanya suara jangkrik yang terdengar saling bersahutan
di luar bangunan rumah makan di pinggir jalan ini. Anak wanita berkulit hitam
manis dari hasil pernikahan dengan suami pertamanya dulu sudah tertidur pulas
di dalam kamarnya, warung makan tutup seharian, hari ini mereka sengaja tidak
jualan. Di ruang tengah, kami duduk bertiga, diatas kasur tipis
Palembang di depan dua gelas kopi dan satu gelas teh manis suasana saat ini
begitu kaku, mata wanita berkulit hitam manis ini tampak sembab, sepertinya dia
habis menangis seharian, begitupun dengan mata Lelaki berbadan gelap ini,
matanya masih terlihat memerah dan berkaca-kaca. Ada rasa duka mendalam disitu,
begitu pasrah akan kehilangan orang yang begitu di cintai nya itu. **** Sekian tahun mereka membina rumah tangga, melakukan segala
cara, berharap untuk mendapatkan kebahagiaan dalam rumah tangga-nya. Dan malam
ini adalah malam keputusan yang berat bagi mereka berdua. Perceraian adalah hal
yang paling di benci oleh agama, tapi mereka sadar, di teruskan pun hanya akan
membuat mereka semakin terjerumus ke dalam kubangan dosa. Setelah cukup lama saling diam, tenggelam dalam fikiran
masing-masing. Akhirnya lelaki berbadan gelap itu membuka suara, kutatap
matanya sebelum aku menatap wajah wanita berkulit hitam manis yang masih
menunduk, menatap permukaan kasur Palembang yang di dudukinya saat ini. “Erna sudah menceritakan
semuanya, bahkan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah dia ceritakan padaku.”
Katanya lagi, suara nya sedikit serak sambil menatap pilu ke arah istrinya.
Kulihat wanita berkulit hitam manis itu masih sesegukan menahan tangisnya. “Abang begitu mencintainya.” Katanya lirih, sambil berusaha
menekan nada suaranya, berusaha menahan gejolak perasaannya sendiri. “Dan abang
akan lakukan apapun itu demi kebaikan dan kebahagiaannya.” Suaranya terhenti karena tiba-tiba wanita berkulit hitam
manis itu mendatanginya, menangis sambil duduk bersimpuh di depannya. Lelaki
berbadan gelap yang sudah empat tahun menjadi suaminya itu memeluknya, begitu
berat rasanya, melepaskan wanita yang sudah empat tahun lamanya menjadi
pendamping hidupnya ini. Tapi demi kebaikan mereka berdua, dan demi kebahagian
pasangan-nya mereka memutuskan untuk menyanggupi syarat yang ku berikan malam
tadi. ***** Wanita berkulit hitam manis itu menatap lelaki muda yang
duduk bersila di hadapan mereka, begitu tenang, seperti tidak terbawa oleh
suasana yang terjadi di depan matanya, tersenyum datar tanpa beban dan tanpa
makna. Dia adalah binatang jalang yang datang kerumah makan pas di
hari pernikahan mereka, Di antara gelapnya langit yang menghitam, Di antara
curahan hujan yang turun dengan lebatnya di sertai kilatan cahaya petir. Siang itu dia datang memesan segelas kopi
susu padanya yang sudah empat tahun lamanya begitu gelisah menanti kedatangan
siluman yang akan menjadi kunci pembuka pagar ghaib yang membelenggunya selama
ini. Sosoknya biasa saja, perawakannya sedang, tidak kekar
seperti kebanyakan anak muda yang senang berpetualang pada umumnya. Postur
tubuhnya sedikit tinggi. Memakai pakaian berwarna coklat muda yang sudah
terlihat kumal dimatanya. Dengan tas ransel di pundaknya siang itu dia masuk ke
dalam Rumah Makannya, awalnya hanya sekedar numpang berteduh, karena hujan tak
juga kunjung reda dia lalu memesan segelas kopi susu, dan dari situlah awal
mula cerita ini dimulai. Saat itu dia mendengar ada orang masuk ke dalam warung
makan-nya, dia beranjak dari tempat duduknya di ruang tengah, berdiri lalu dia
mendatangi suara orang yang sedang berdiri di depan pintu Rumah Makan-nya itu. Di depan pintu Rumah Makannya itu dia melihat seorang lelaki
muda yang berdiri sambil mengibas-ngibaskan rambutnya yang sedikit basah
terkena air hujan, di tatapnya lelaki muda yang mengenakan setelan kemeja
lengan panjang berwarna coklat muda yang sudah terlihat memudar di depannya
itu. Entah kenapa tiba-tiba dia merasa ada yang lain dengan dirinya, tubuhnya
sesaat terasa panas dingin, dan entah kenapa tiba-tiba dia merasakan ada
sesuatu yang menetes keluar dari dalam kemaluannya. Sedikit gugup karena memikirkan
apa yang barusan dia rasakan, dia segera menyuruh tamunya itu untuk segera duduk
sambil menanyakan pesanannya. Setelah tamunya itu menyebutkan pesanannya, cepat-cepat dia
berlalu dari hadapan lelaki muda di depan-nya itu, tidak langsung membuat kopi
susu pesanan tamunya itu di dapur. Tapi dengan sedikit gemetar dia langsung
menuju ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi, keningnya berkerut melihat apa
yang baru saja terjadi. Di rabanya, sedikit basah, seperti ada cairan yang baru
keluar dari dalam kemaluannya. Padahal sudah lima tahun lamanya semenjak dia di
tinggal mati oleh suami pertamanya dulu, selain setiap malam jumat kliwon dia
tidak pernah mengalami hal aneh seperti apa yang di alaminya barusan itu. Sambil meletakan segelas kopi susu di hadapan pria muda yang
tidak dikenalnya itu, dia memandang ke tempat lain, ada sedikit rasa jengah
ketika dia merasakan kalau tamu nya itu seperti sedang menatap aneh ke arahnya.
Dan entah kenapa saat itu dia merasa seperti ada dorongan yang begitu kuat di
dalam dirinya untuk duduk di meja yang sama dengan meja yang sedang di duduki
lelaki muda itu. Dan entah kenapa saat ini dia begitu ingin menemaninya minum
kopi. Setelah berhasil memenangkan perang batin dengan dirinya
sendiri kala itu, akhirnya dia memutuskan untuk menarik salah satu kursi di
meja yang sedang di duduki oleh tamunya itu. Hitung-hitung menarik pelanggan
fikirnya. Sambil duduk dia perhatikan lelaki muda yang tampak cuek terhadapnya
itu. Sambil mencuri-curi pandangan ke arah lelaki muda yang sedang menyalakan
api rokok yang terselip di bibirnya itu. Dia mencoba memulai percakapan. Mau kemana bang? Tanyanya, sembari berusaha mengatur jalan
nafasnya yang entah kenapa jadi tidak beraturan seperti ini. Dan saat ini dia
merasa bahwa mulut nya sendiri sudah mulai susah untuk diajak bekerja sama,
hatinya begitu ingin menyimpan rapat-rapat masalah pribadinya itu. Tapi entah
kenapa bibir tebal mungil itu sepertinya tidak mau berhenti bicara. Dalam hati dia memaki-maki dirinya sendiri, memaki akan
kecerobohan bibir mungil itu yang entah kenapa bisa keceplosan pada lelaki muda
di hadapannya ini, kalau pria berbadan gelap yang barusan masuk dan terlihat
basah kuyup karena siap kehujanan itu adalah suami ke duanya. Jujur saja dia
merasa begitu bodoh sendiri di depan lelaki muda yang sedari tadi cuma
tersenyum sambil sesekali menganggukan kepalanya ini. Ahh..mungkin saat ini dia
sedang berfikir geli tentangku. Setelah selesai mandi, suaminya pun ikut nimbrung ngobrol
bertiga dengan lelaki muda yang baru di kena nya itu. Sama seperti dirinya, dia
pun terlihat begitu cepat akrab dengan lelaki muda yang baru saja di kenalnya
itu. Dia bicara panjang lebar dengan lelaki muda itu. Dan sepertinya dia begitu
percaya untuk menceritakan semuanya pada lelaki muda yang baru di kenalnya itu.
Bahkan menawarkan-nya untuk tidur di salah satu kamar yang kosong di sebelah
ruang makan ini. Diam-diam wanita berkulit hitam manis ini memperhatikan
lelaki muda yang sedari tadi cuma diam seperti mahluk tanpa rasa ini, begitu
asik dengan dirinya sendiri dan rokok yang ada di dalam genggamannya itu,
sedikitpun tidak ada reaksi dari cerita bersambung yang di dengarnya sedari
tadi. Aah.. mungkin saja sebentar lagi dia akan menikahi rokok kesayangannya
itu! Fikirnya sambil tersenyum geli sendiri, sambil diam-diam memperhatikan
rokok yang ada di dalam genggaman lelaki muda di hadapannya itu. Ehm.. seandainya saja bukan rokok itu yang di pegangnya
sedari tadi. Fikir wanita berkulit hitam manis yang tiba-tiba saja wajahnya
bersemu merah, malu sendiri membayangkan seandainya yang di genggam lelaki muda
itu adalah tangannya bukan bungkus rokok yang jelas-jelas benda mati. Dia sudah menikah belum ya? Entah kenapa tiba-tiba terlintas
pertanyaan itu dalam benaknya. Aah! sepertinya dia begitu pelit untuk
menceritakan sedikit saja tentang dirinya! Jujur saja dia sedikit dongkol kala
itu ketika melihat lelaki muda di depan-nya ini cuma diam sambil tersenyum menjawab
keingin tahuannya itu. Dari tadi lelaki muda ini baru memberi tau nama dan tujuan-nya
saja. Sambil sesekali tersenyum mendengarkan semua cerita bersambungnya, tidak
lebih dan tidak kurang. Atau jangan-jangan dia sudah mati rasa! Fikir-nya
sambil diam-diam melirik ke arah bawah perut lelaki muda yang dari tadi cuma
senyam-senyum di depannya itu. Dari sekian banyak tamu yang datang berkunjung
dan makan di rumah makan mereka ini, baru sekali ini dia merasa di abaikan
seperti ini! Bagaimanapun dia adalah seorang wanita yang sangat sadar
dengan potensi yang di milikinya itu. Dia tau bahwa dari sekian banyak tamu yang jadi pelanggan tetap di rumah
makannya itu adalah para lelaki, para lelaki yang dia tau kalau beberapa di
antaranya memang memiliki rasa suka terhadapnya.Dan dia sangat sadar kalau
semua lelaki itu, pada umum nya di mana-mana sama saja. Gak bisa liat barang
bagus! Tidak di rumah makan ini saja, bahkan dulu di kantin perusahaan tempat
nya bekerja pun dia sering mendengar bisik-bisik di antara para pelanggan Pria
nya. “Kalau cita rasa masakan itu nomor dua.”Kata lelaki jangkung
langganan-nya itu sambil tertawa mesum ke arah teman-nya. “Kalau nomor satu
apa?”Tanya teman di sebelahnya nya ikut-ikutan tertawa. “Itu!” Kata lelaki
jangkung itu sambil ekor matanya menatap mesum ke arahnya. Dan seperti biasa
dia tidak pernah ambil pusing dengan tatapan mesum mata lelaki yang terkadang
suka usil padanya, dia berprinsip, dilihat boleh, dipegang jangan. Karena dia
bukan barang pegangan. Aneh sekali! jerit nya di dalam hati. Sekian lama hatinya
seperti mati rasa, dan entah kenapa tiba-tiba di hadapan lelaki muda yang baru
muncul di hadapannya ini, satu sisi di dalam dirinya berubah menjadi begitu
liar dan sedikit binal. Melihat lelaki muda yang sepertinya sudah mati rasa
itu, satu sisi di dalam dirinya merasa begitu tertantang untuk menaklukannya.
Satu sisi dari dalam dirinya itu saat ini seperti hendak keluar. Dan satu sisi
dari dirinya itu seperti ingin merobek-robek
kulit dadanya sendiri. Satu sisi dari dirinya itu, saat ini sedang jelalatan
matanya, mencari celah untuk keluar, ingin merobek-robek pakaian hitam panjang
yang selalu menutup auratnya, menarik lepas dan membuang jauh-jauh jilbab[iv]
yang di kenakannya ini. [i] Menurut Wikipedia bahasa Indonesia; Adam berarti tanah, manusia,
atau cokelat muda) adalah dipercaya oleh agama-agama Samawi sebagai manusia
pertama, bersama dengan istrinya yang bernama Hawa. Menurut Agama Samawi pula,
merekalah orang tua dari semua manusia yang ada di dunia. Rincian kisah
mengenai Adam dan Hawa berbeda-beda antara agama Islam, Yahudi, Kristen, mau
pun agama lain yang berkembang dari ketiga agama Abrahamik ini. Hawa (Arab:حواء,
Bahasa Inggris: Eve) adalah istri dari Adam dan dianggap sebagai Ummul Bashar
(“Ibu Umat Manusia”). Alkitab menempatkan Manusia ini pada urutan kedua setelah
Adam yang diciptakan dari tulang rusuk dan menjadikan keyakinan yang mendunia,
demikian juga dalam dunia Islam pada umumnya [ii] Menurut Wikipedia bahasa Indonesia;
Jabal Rahmah, sebuah tugu peringatan yang didirikan untuk mengenang
tempat bertemunya nenek moyang manusia Nabi Adam dan Siti Hawa di muka bumi. [iii] Menurut Wikipedia bahasa Indonesia; Perkataan ini berasal dari
bahasa Jawa. Kadangkala ia dieja kiai. Secara tradisinya, para pelajar Islam di
Indonesia akan belajar di sebuah sekolah asrama yang dikenal sebagai pesantren.
Pemimpin sekolah dipanggil kyai, sebagai bentuk penghormatan. Perkataan
tradisional untuk guru dalam Islam adalah ustad, yang merupakan kata
peribahasa. Terdapat banyak para ustaz di Indonesia yang mengajar agama, tetapi
kebanyakan mereka tidak memiliki sekolah asrama. [iv] Menurut Wikipedia bahasa Indonesia; Jilbāb adalah busana muslim
terusan panjang menutupi seluruh badan kecuali tangan, kaki dan wajah yang
biasa dikenakan oleh para wanita muslim. Penggunaan jenis pakaian ini terkait
dengan tuntunan syariat Islam untuk menggunakan pakaian yang menutup aurat atau
dikenal dengan istilah hijab. Sementara kerudung sendiri di dalam Al-Qur'an
disebut dengan istilah khumur, sebagaimana terdapat pada surat An Nuur ayat 31 * Kutatap Pria berbadan gelap dan wanita berkulit hitam manis
yang beringsut mendekat ke arahku secara bergantian, ku letakan rokok yang
belum habis kuhisap di asbak rokok yang berada di dekatku. “Abang iklas dia engkau nikahi, tolong jaga dan rawat dia.”
Kata suami wanita berkulit hitam manis itu kepadaku, suaranya terdengar begitu
pelan sambil menatap sayu ke arahku dan wanita berkulit hitam manis yang berada
di sebelahnya ini. Sepertinya dia sudah kembali kesini, setelah tadi kulihat,
dia sempat berjalan jauh menyusuri masa lalunya bersama wanita berkulit hitam
manis yang sudah empat tahun mendampinginya itu. Aku mengganggukan kepala sambil tersenyum menatapnya, lalu
menatap binatang liar disamping-nya yang terlihat begitu binal sedang
mencuri-curi pandang ke arahku. Binatang binal itu menjadi begitu liar ketika
tau di hadapnya saat ini ada binatang jalang yang juga sedang melihat ke
arahnya. Binatang jalang yang dia tau selalu berdiri di antara siang dan malam,
berjalan di antara kesedihan dan kebahagiaan, saat ini dilihatnya sedang duduk
nyaman diatas rasa sakit dan kenikmatan. Kutatap wanita berkulit hitam manis di depanku, kutatap
wajah seorang wanita baik-baik yang aku tau berusaha untuk tetap tegar berdiri
di tengah semua rasa sakit dan ketakutan yang selalu datang menghantuinya.
Seorang wanita lugu yang di tengah ketidak tahuannya bersedia membuka aurat dan
kemaluannya pada pria yang bukan ‘muhrim’nya demi untuk menjaga keutuhan rumah
tangga-nya. Seorang wanita yang begitu tunduk dan patuh pada seorang lelaki
yang tidak begitu pandai menjaga harga dirinya. Ditengah kegalauan hatinya, dia duduk terdiam, menanti
kedatangan binatang jalang yang diapercaya menjadi kunci pembuka gerbang menuju
jalan kesembuhan dan kebahagian rumah tangganya. Apa kakak bersedia menikah dengan ku? Tanyaku pada wanita
berkulit hitam manis yang sedari tadi menunduk di hadapanku ini. “Kakak
bersedia bang!” katanya yakin, sambil tersenyum menatapku. “Apa abang bersedia
menjadi saksi dan menjadi ‘wali
nikah[i]’nya
nanti?” Tanyaku sambil menatap lelaki berbadan gelap yang masih terlihat lesu,
mungkin dia masih cukup lelah setelah kembali dari perjalanan panjang menyusuri
masa lalunya bersama wanita berkulit hitam manis itu. “Abang bersedia,
asalkan memang itu bisa melepaskan dia dari semua belenggu ghaib yang mengikat
dan menyiksa dirinya selama ini.” Katanya yakin, lagi sambil menganggukan
kepala seraya menatapku, walau sudah tidak semurung tadi, tapi sepertinya dia
masih begitu terpukul dengan keputusan yang sudah diambilnya barusan, sesekali
kulihat dia menarik nafas, seolah berbicara pada dirinya sendiri. “Mungkin memang ini yang terbaik untuk mereka saat ini, dan
aku pun pasti akan mendapatkan pengganti yang lebih baik dari wanita yang sudah
empat tahun kunikahi ini.” Dan saat ini rasa pasrah untuk memberikan yang
terbaik untuk orang yang dikasihinya itu lebih besar dari semua rasa sedih akan
kehilangan orang yang dikasihinya itu. Kuambil rokok di dalam asbak, menghisap-nya dalam-dalam,
lalu menghembuskan asapnya pelan-pelan, sedikit pelan dan berhati-hati aku
mulai bicara. Saat ini dia masih terikat oleh perjanjian ghaib yang dilakukan
oleh dukun dan mahluk itu tanpa sepengetahuannya dulu. Dulu tanpa
sepengatahuannya, ketika dia menyanggupi persyaratan yang diminta oleh dukun
itu yang sebenarnya saat itu dia sedang menyanggupi jika mahluk itu menjadi
pendamping hidupnya. Di hadapan penghuni alam ghaib yang berada di langit dan di
bumi, semenjak saat itu dia telah sah menjadi istri dari mahluk yang saat ini
bersemayam di kemalua-nya itu. Dia dan mahluk itu terikat oleh tali pernikahan
ghaib, tali penghubung antara alam bawah sadar dengan alam kesadarannya saat
ini. Kataku sambil menatap pria berbadan gelap yang baru saja menyanggupi untuk
menjadi wali nikah wanita berkulit hitam manis di depanku ini. Semoga apa yang akan kita lakukan nanti mendapatkan izin dan
Ridho nya, Tuhan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Dia tidak akan memberikan
beban kepada seorang hamba-nya hingga di luar batas kemampuan hambanya
tersebut. Kataku lagi sambil melihat pasangan suami stri di hadapan-ku ini yang
secara serentak mengatakan.“ Amiien..” Selanjutnya wanita berkulit hitam manis itu kuminta duduk di
sebelahku, dan pria berbadan gelap itu duduk di depanku. Selanjutnya aku
mengajarkan beberapa kalimat yang mesti mereka ucapkan nanti, setelah menghapal
beberapa kalimat yang ku berikan tadi. Mereka berdua menganggukkan kepala tanda
bahwa mereka telah siap menjalankan proses pernikahan ghaib yang akan kami
lakukan saat ini. Kubakar kemenyan[ii] hitam. Sambil
membaca doa pernikahan ghaib. Angin bertiup kencang ketika semua doa-doa telah
selesai di bacakan, proses ijab Kobul[iii] yang dilakukan
berjalan lancar, Lelaki berbadan gelap bertindak sebagai wali nikah mempelai
wanita berkulit hitam manis, dengan di saksikan segenap penghuni alam ghaib
yang berada di langit dan bumi malam ini pernikahan ghaib selesai dilakukan. ** Tiba-tiba terdengar petir tunggal menggelegar di luar rumah
makan di sertai angin yang bertiup kencang, suasana sesaat tampak begitu
mencekam. Bersamaan dengan berakhirnya suara petir tunggal tadi. Tiba-tiba di
hadapan kami telah ada sepasang cincin yang terbuat dari emas putih, kuambil
sepasang cincin emas putih itu, satu cincin kupasangkan di jari manis wanita
berkulit hitam manis di sampingku, selanjut yang satu lagi ku berikan padanya,
dan dia langsung memasangkannya ke jari manisku. Beberapa saat setelah cincin yang terbuat dari emas putih
itu terpasang di jari manisnya, tiba-tiba saja tubuh wanita berkulit hitam
manis itu bergetar hebat. Wanita berkulit hitam manis itu muntah. Tercium aroma
amis di sertai bau yang menyengat dari bekas muntahannya tersebut. Belum hilang
rasa kaget kami, tiba-tiba dari muntahan yang mengeluarkan bau busuk itu
berubah menjadi asap hitam, dan asap hitam pekat itu berubah menjadi sesosok
manusia, setelah asap hitam itu sirna tampaklah seorang lelaki berusia sekitar
empat puluh lima tahun, mengenakan pakaian serba hitam. Lelaki berwajah pucat yang mengenakan pakaian serba hitam
itu tampak gusar dan begitu marah kepada kami, mata merahnya melotot, seperti
ingin menguliti kami hidup-hidup saat ini. “Lancang! Beraninya kau mengikat diri pada orang lain tanpa
seizinku.!” Bentak lelaki berwajah pucat itu sambil menunjuk ke arah wanita
berkulit hitam manis yang terkejut dan ketakutan melihat pria berpakaian serba
hitam di hadapannya itu. “Abang sudah meninggal! Tolong jangan ganggu aku lagi!”
Pekik wanita berkulit hitam manis ini menjerit ketakutan. “Tidak ada yang boleh mengikatmu,apa lagi hendak memilikimu,
jika kau berani meninggalkan aku, maka kaupun harus ikut bersamaku!” Teriak
lelaki berpakaian hitam itu lagi, lalu dia duduk setengah jongkok, seperti
orang hendak merangkak, dan tiba-tiba saja dia telah berubah menjadi seekor
macan kumbang berwarna hitam pekat. Macan kumbang berwarna hitam pekat itu
mengaum keras, mata merahnya menatap liar ke arah kami bertiga, dia berjalan
mendekat ke arah kami dan tiba-tiba saja dia melompat, hendak menerkam wanita
berkulit hitam manis di sampingku. Sebelum macan kumbang berwarna hitam pekat itu berhasil
menerkam tubuh wanita berkulit hitam manis, terdengar suara harimau mengaum
dasyat, menggema hingga bangunan rumah makan di pinggir jalan ini bergetar
hebat. Satu sosok harimau besar jantan melesat keluar dari dalam tubuhku,
langsung menyambut macan kumbang berwarna hitam pekat yang saat itu hendak
menerkam tubuh wanita berkulit hitam manis di sampingku. Harimau besar jantan
itu menerkam macan kumbang berwarna hitam pekat, tubuh mereka terlempar kesudut
ruangan, saling cakar dan saling terkam.Terjadi pertempuran dasyat antara
harimau jantan besar dan macan kumbang berwarna hitam pekat di sudut ruangan. Mata kami bertiga melotot ke arah harimau besar jantan dan
macan kumbang yang saling cakar dan saling gigit di sudut ruangan itu,
berlangsung cukup lama. Dan pada akhirnya harimau jantan besar itu berhasil
menerkam dan menggigit leher macan kumbang berwarna hitam pekat itu. Setelah
sebelumnya terlebih dahulu mencabik-cabik seluruh tubuh macan kumbang dengan
kuku-kuku tajamnya. Sepertinya leher macan kumbang itu patah setelah gigi-gigi
taring tajam milik harimau jantan besar itu menancap di lehernya, macan kumbang
berwarna hitam pekat itu diam tak bergerak, mungkin dia telah mati. Tiba-tiba
tubuh macan kumbang yang diam tak bergerak itu, berubah menjadi asap hitam yang
langsung terbang ke atas, dan tiba-tiba saja asap hitam itu berubah menjadi
sebilah keris[iv] berluk tiga,
memiliki warna hitam pekat. Masih diselimuti asap tebal, keris yang terlihat
begitu mengerikan itu melayang sambil berputar-putar di udara. Dan entah dari mana datang tiba-tiba saja disitu telah
berdiri satu sosok pria berusia sekitar tujuh puluh lima tahun, mengenakan
pakaian dan ikat kepala yang juga serba hitam seperti penampilan lelaki
berwajah pucat itu tadi. Dan tangannya langsung bergerak menangkap keris
berwarna hitam yang melayang di udara itu. Sambil memegang sebilah keris, pria
tua berpakaian serba hitam itu menatap marah ke arahku. dan tiba-tiba saja pria
tua berpakaian hitam itu terbang sambil menghunus keris ke arahku. Keris di tangan pria tua berpakaian serba hitam itu meluncur
deras ke arah jantungku. Aku Cuma diam terpaku melihat keris berwarna hitam
pekat yang sudah siap menghujam tepat ke arah jantungku. Wanita berkulit hitam
manis menjerit, lelaki berbadan gelap
tercekat matanya melotot tanpa sempat bersuara melihat kejadian yang
berlangsung begitu cepat di depan matanya itu. Dalam kepasrahan menerima
ajalku, tiba-tiba aku seperti melihat sosok wanita berkerudung bergo panjang
merah marun yang sepertinya sedang tersenyum menatap ke arahku. * Dan sebelum ujung keris berwarna hitam pekat itu menyentuh
kulit dadaku, tiba-tiba terdengar suara raungan harimau betina bersamaan dengan
terciumnya aroma damar wangi kayu gaharu yang tercium santar, aroma wangi kayu
gaharu itu seperti mendorong keluar semua aroma busuk yang sedari tadi memenuhi
isi ruangan. “Hekk!!” Ku dengar seperti ada suara orang tercekik, dan ketika aku
melihat kedepan, kulihat di leher pria tua berpakaian serba hitam itu ada
selendang berwarna merah marun yang sedang membelit dan mencekik batang
lehernya. Lalu seperti ada satu kekuatan yang besar, tiba-tiba saja tubuh pria
tua berpakaian serba hitam itu seperti ada yang menariknya kebelakang. Bukk!! Di sudut ruangan kulihat tubuh pria tua berpakaian serba
hitam itu jatuh terjelentang di hadapan harimau jantan besar yang tanpa ampun
lansung saja menerkam tubuhnya. Sempat terjadi pergumulan sengit, keris
berwarna hitam di tangan nya itu dia coba tusukan ke harimau jantan besar yang
sedang menerkamnya. Bukannya menghindar, harimau jantan besar bermata merah saga
itu langsung menangkap keris itu dengan giginya, dan sekali sentak keris itu
terlepas dari genggamannya, begitu keris itu terlepas dari genggamannya
terdengar seperti orang sedang memakan kerupuk dari mulut harimau jantan besar
di depannya itu. Di lihatnya harimau jantan besar itu sedang mengunyah-ngunyah
keris berwarna hitam pekat miliknya, lalu langsung menelan begitu saja keris
itu sampai habis masuk kedalam perutnya. Dan begitu keris hitam itu habis
tertelan habis masuk ke dalam perutnya, tanpa ampun harimau jantan besar itu
langsung menerkamnya. Menggigit pas di tengkuknya sambil mencabik-cabik seluruh
tubuhnya. Pria tua berpakaian serba hitam itu kelojotan sebelum akhirnya diam
tak bergerak. Tubuh pria tua yang berpakaian serba hitam yang sudah diam
tak bergerak itu berubah menjadi asap, lebih pekat dari asap hitam pria
berwajah pucat itu tadi. Lalu asap hitam itu terbang, lalu menghilang di telan
gelapnya malam. Setelah asap hitam itu menghilang keluar lewat lubang udara,
samar-samar mataku menangkap sosok seorang wanita yang telah cukup berumur
namun masih menyisakan sisa-sisa kecantikan masa muda dulu. Dengan anggun dia
berjalan mendekat ke arahku, sambil tersenyum manis dia mengurlurkan tangannya,
sepertinya dia hendak menarik tanganku, hendak menolongku bangkit berdiri. “Plak!!” Tangan kanan wanita tinggi semampai yang kukira hendak
menolongku tadi, mendarat dengan sempurna di pipi sebelah kiriku. Sambil
meringis menahan sakit, aku menatap wanita berkerudung bergo panjang warna
merah marun yang kulihat tengah melotot, menatap galak ke arahku. Aku cuma diam sambil mengusap pipi kiriku yang masih terasa
panas akibat tamparan-nya barusan. Aku segera bangkit dari tempat duduk-ku lalu
mendekat ke arahnya. Sebelum aku sempat membuka mulut untuk menyapanya, wanita
berkerudung bergo panjang warna merah marun itu sudah keburu menyemprotku; “Dasar hidung belang! Kenapa abang nikahi wanita itu?”
Katanya lagi sambil menunjuk ke arah wanita berkulit hitam manis yang masih
terduduk kaku menatapku dan wanita berkerudung bergo panjang merah marun itu secara
bergantian. “Padahal dia bisa di obati tanpa abang harus menikahi nya
tadi” katanya masih dengan nada suara sedikit tinggi seperti tadi. Entah kenapa aku tersenyum girang melihat kedatangan wanita
berkerudung bergo panjang merah marun ini, kutatap wajah wanita berumur yang
masih menyimpan sisa-sisa kecantikan masa muda nya itu. Aku seperti sedang
berusaha mengobati semua rasa rindu yang sudah sekian lama terpendam di dalam
hati, sambil tersenyum aku terus menatap wajahnya yang masih begitu sewot sejak
dari awal kedatangannya tadi. Selama ini aku terus berjalan mencarinya, membelah rimba
raya yang saat ini telah berganti nama menjadi pemukiman dan perkebunan, Di
antara batang-batang kelapa sawit yang menjulang tinggi, di banyak kampung dan
dusun-dusun yang baru singgahi. Aku terus bertanya di mana wanita berkerudung
bergo panjang merah marun dan dua anaknya itu berada. Bahkan saat ini aku sudah
tidak lagi memperdulikan tatapan orang-orang yang melihat aneh ke arahku. Sekian lama aku berusaha mencarinya, tidak ada satu kabar
beritapun tentang nya yang bisa ku jadikan sebagai acuan untuk mencari jalan
kembali menuju kediamannya, dan saat ini tiba-tiba saja dia muncul di sini. Sebelum dia kembali melampiaskan rasa kesal dan amarahnya
kembali, segera ku tangkap dan ku peluk tubuh wanita tinggi semampai di
hadapanku ini. Dia meronta, berusaha menolak, tapi akhirnya sambil menatap
sinis pada wanita berkulit hitam manis yang tadi duduk disampingku itu. Dia
balas memeluk erat tubuhku yang sedang membelakangi wanita berkulit hitam manis
itu. Dan tanpa janggung dia langsung saja melumat bibirku. Cukup
lama kami saling berpanggutan, seolah ingin melepaskan semua kerinduan yang
selama ini terpendam di hati. Setelah cukup lama, akhirnya wanita berkerudung
bergo panjang merah marun itu melepaskan lumatannya ke bibirku, lalu perlahan
dia melepaskan pelukannya pada tubuhku. Menatap wanita berkulit hitam manis
yang masih menatap kami dengan wajah seolah masih tidak percaya dengan apa yang
baru saja dilihatnya itu. “Pengobatan sudah setengah jalan di lakukan, maukah engkau
berjanji padaku, setelah pengobatan ini selesai dilakukan, engkau segera
meminta cerai kepada pria itu?” Tanya wanita berkerudung bergo panjang merah
marun kepada wanita berkulit hitam manis yang masih terduduk lemas ketakutan di
depannya itu sambil menunjuk ke arahku. Wanita berkulit hitam manis itu hanya diam, melihat ragu ke
arahku. setelah kepalaku mengangguk tanda setuju, akhirnya dia mengatakan ;”Iya
saya setuju.” Setelah wanita berkulit hitam manis ini menganggukan
kepalanya. Wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun itu meminta
cincin putih yang masih melingkar di jari manisnya. Sedikit ragu, wanita
berkulit hitam manis itu kembali menatap ke arahku, seolah meminta persetujuan
dariku. Setelah aku menganggukan kepala tanda setuju, akhir wanita berkulit
hitam manis itu melepaskan cincin yang terbuat dari emas putih itu dari jari
manisnya. lalu memberikannya pada wanita tinggi semampai di hadapannya itu. Wanita berkerudung bergo panjang merah marun tersenyum
menerima cincin putih pemberian wanita berkulit hitam manis di depan-nya itu,
dia lalu memasukan cincin putih pemberian wanita berkulit hitam manis itu
kedalam jari manisnya. Dan sesuatu yang ajaib terjadi. Tiba-tiba saja wanita
berkerudung bergo panjang merah marun itu berubah menjadi seorang wanita cantik
yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota
kecil di kepalanya. wajahnya begitu mirip dengan wanita berkulit sawo matang
yang mengenakan kerudung bergo panjang warna merah marun tadi, hanya saja
wanita ini masih muda, usianya sekitar 27 tahun. Selanjutnya, wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin
berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu berbalik
arah, menatap pria berbadan gelap, suami kedua wanita berkulit hitam manis yang
baru saja menikah ghaib dengan lelaki muda di sampingnya. “Apa engkau bersedia menikahi ulang wanita yang sudah empat
tahun bersamamu ini?” Tanyanya kepada pria berbadan gelap sambil menunjuk
wanita berkulit hitam manisyang masih berdiri mematung melihatku. “Saya bersedia, jika memang itu yang terbaik untuk kami
berdua.” Kata lelaki berusia empat puluh tujuh tahun itu sambil tersenyum
menatap wanita berkulit hitam manis yang masih diam mematung melihat ke
arahnya. Masih seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengar dan
sedang terjadi dihadapannya saat ini. Jujur saja setelah tadi dirinya sempat melakukan pernikahan
ghaib dengan lelaki muda di hadapan nya itu, entah kenapa saat ini dia merasa
sudah tidak memiliki perasaan apa-apa lagi terhadap pria berbadan gelap yang
sudah empat tahun menjadi suaminya itu. Entah kenapa saat ini dirinya melihat seluruh tubuh pria
berbadan gelap itu begitu basah tertutup cairan minyak yang sepertinya terus-menerus
keluar dari lubang pori-pori tubuh nya. Ada sedikit perasaan geli ketika ingat
tadi dirinya juga sempat melihat kalau seluruh tubuhnya juga seperti lelaki
berbadan gelap yang dilihatnya itu, di mana dari seluruh kulit tubuhnya juga
tadi begitu basah dan licin seperti di baluri minyak kelapa. Dan tadi setelah dirinya memakai cincin emas putih pemberian
lelaki muda di hadapannya itu. Dia
seolah melihat cincin yang di kenakan dijari manisnya itu mengeluarkan cahaya
putih, lalu perlahan-lahan cahaya putih yang menjalar dari cincin yang
dikenakannya itu mulai membungkus seluruh tubuhnya, dan secara ajaib cahaya
putih yang mulai membungkus tubuhnya tadi melunturkan semua minyak kelapa yang
semula membungkus seluruh tubuhnya itu. Setelah melihat pria berbadan gelap ini menganggukan kepala
tanda setuju. wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau
daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu kembali meneruskan
ucapannya: “Pernikahan yang kalian lakukan dulu bukanlah atas dasar
suka-sama suka, pernikah itu terjadi atas paksaan yang dilakukan oleh
makhluk yang berasal minyak pelet kelapa
hijau yang engkau peroleh dari makam keramat Datuk belang enam di belakang
hutan larangan itu. Ketika janji suci itu terucap di hari pernikan kalian, dia
dalam kondisi yang tidak sadar, karena memang saat itu yang menikah dengan-mu
bukanlah dirinya, tapi makhluk yang berasal dari makam keramat yang masuk dan
bersemayam di dalam dirinya saat itu. Jadi pada hakekat nya yang mengikat janji suci dan berjanji
akan membina rumah tangga bersamamu itu bukanlah wanita ini. Tapi makhluk yang
telah ikut bersamamu, setelah kamu dan nenek tua itu melakukan ritual di
pinggir makam keramat di pinggir hutan larangan itu.” Kata wanita cantik yang
mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil
di kepalanya itu sambil menunjuk ke arah wanita berkulit hitam manis di
sampingnya. Wajah pria berbadan gelap itu terlihat pucat, tatapan tajam
wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta
mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu seperti menelanjangi masa lalunya
dulu bersama nenek tua yang memiliki suami Sembilan orang dikampungnya itu. * Aku terkejut mendengar ucapan wanita cantik yang mengenakan
kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di
kepalanya barusan, begitupun wanita
berkulit hitam manis yang sempat terpekik sambil menatap wajah suaminya
dalam-dalam, dia seperti tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar keluar
dari mulut wanita cantik yang mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu. Wanita berkulit hitam manis ini kaget, karena dia seperti
makan buah dari pohon karma yang dulu
pernah ditanam nya sendiri. Teringat semua perbuatan masa lalunya
terhadap mantan suami pertama nya dulu. Di mana diapun melakukan hal yang sama
terhadapnya, ketika itu dia menggunakan ilmu pelet atau guna-guna agar suaminya
itu dulu mau menikahi dirinya saat itu. Pria berbadan gelap kaget hingga mundur tersudut ruangan,
mukanya pucat, keringat dingin mulai mengalir deras dari sekujur tubunya.
Begitu kaget karena wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna
hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepala nya itu sepertinya bisa
mengetahui perbuatannya dulu bersama nenek tua di pinggir makam keramat, dia
sepertinya baru tersadar dan terbangun dari tidur panjang nya selama ini. Teringat masa lalunya dulu menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan janda kembang mantan teman sepekerjaannya itu, saat ini dia sadar
bahwa yang mengucapkan janji suci dan bersedia untuk membina rumah tangga
bersamanya dulu sebenarnya memang bukan wanita berkulit hitam manis yang ada di
depannya ini, tapi makhluk siluman yang berasal dari makam keramat Datuk belang
enam di pinggir hutan larangan itu. Dia ingat, saat itu diatas kain kafan, disamping makam
keramat Datuk belang enam dia menyetubuhi nenek-nenek yang sudah berusia tujuh
puluh lima tahun itu sebagai syarat untuk mendapatkan minyak pelet yang akan
dia pakai untuk memelet janda kembang mantan teman sepekerjaan nya itu. Tanpa sadar matanya melirik ke atas lemari pakaian di mana
dia menaruh minyak pelet pemberian nenek tua yang terkenal dikampung nya karena
memiliki suami sembilan orang itu. Saat itu, setelah mereka selesai melakukan
hubungan badan, dia ingat betul. Nenek tua itu memasukan sperma yang ada di
dalam kemaluan nya itu kedalam botol yang berisi minyak kelapa hijau buatan
anak perawan yang dia pakai untuk memelet wanita berkulit hitam manis itu. Dia ingat betul waktu itu, sebelum dia menyetubuhi nenek tua
yang memiliki suami sembilan orang itu, dia diminta oleh nenek tua itu untuk
mengoleskan minyak kelapa hijau itu ke kemaluan nya, begitupun dengan nenek tua
itu, yang saat itu juga mengoleskan minyak kelapa hijau dari botol yang di bawanya
itu ke kemaluan ya sendiri. Dan minyak kelapa yang sudah bercampur dengan
spermanya dan juga sperma nenek tua itu kembali di masukan kedalam botol minyak
kelapa hijau yang dibawanya tadi, dan dengan minyak kelapa hijau itu pula dia
memelet janda kembang pujaan hatinya itu. Dulu ketika dia sedang putus asa karena tidak pernah
berhasil ‘menyetubuhi’ istrinya itu, pada suatu malam dia mencoba mengoleskan
minyak kelapa hijau itu pada kemaluan nya sendiri ketika hendak menyetubuhi
istrinya, dan dia ingat betul kalau malam itu dia hampir saja mati karena
tiba-tiba dia merasakan sakit yang luar biasa pada kemaluannya itu. Dan setelah
kejadian malam itu dia tidak berani lagi untuk mencoba menggauli istrinya
hingga saat ini. Tiba-tiba saja malam ini dia teringat semua kenangan masa
lalunya. Dulu sebelum dia mengenal dan berguru pada nenek tua yang terkenal
karena memiliki suami sembilan orang dikampung nya itu, dia adalah lelaki
baik-baik. Jangankan untuk mengganggu istri orang, untuk jajan perempuan di pinggir
jalan pun dia tidak berani. Tapi semenjak kejadian malam itu, di pinggir makam keramat,
di atas sehelai kain kafan, di terangi sebatang lilin dan cahaya bulan, Di
antara asap yang mengepul dari bakaran kemenyan hitam, dia menyetubuhi
nenek-nenek berusia tujuh puluh lima tahun itu. Dan entah kenapa setelah
kejadian malam itu, dia merasa menjadi lelaki yang berbeda dari sebelumnya,
dirinya merasa lebih buas dari sebelum nya. Setelah menikahi wanita berkulit hitam manis ini, setelah
tau kalau dia tidak bisa menyentuh dan menggauli istrinya itu. Diam-diam dia
sering kerumah nenek tua, dan tanpa sepengetahuan kesembilan orang suaminya,
dan juga orang-orang di sekitarnya. Dia sering melakukan perbuatan mesum dengan
nenek tua yang terkenal karena memiliki suami sembilan orang itu. Situasinya memang sangat menguntungkan baginya, karena tidak
ada satu orangpun yang menaruh curiga terhadapnya, selain karena nenek itu
sudah tua, orang-orang dikampungnya menyangka bahwa hubungannya dengan nenek
tua itu hanya sebatas hubungan antara guru dengan muridnya yang datang hanya
untuk sekedar konsultasi tentang masalah rumah tangganya. Dia mengakui kalau
nenek tua itu memang begitu pintar menyimpan rahasia mereka berdua dari
pandangan orang-orang di kampung tempat tinggalnya, juga dari kesembilan orang
suaminya. Setiap kali dia mendatangi nenek tua yang tau kalau
kedatangannya adalah karena ingin melampiaskan amarah nya karena selalu gagal
menggauli istrinya itu, nenek tua itu selalu mengajaknya masuk kedalam kamar di
sebelah kamar tidurnya. Seperti biasa, didalam kamar yang selalu terlihat gelap itu,
nenek tua itu akan menyalakan lilin berwarna merah yang mengeluarkan aroma
kembang kenanga. Dan seperti biasa, secara ajaib tiba-tiba saja nenek tua itu
akan berubah menjadi wanita berkulit hitam manis yang saat itu sedang berada di
rumahnya. Dengan penuh nafsu. seperti biasa dia akan mencumbui wanita
jelmaan istrinya itu. Berbeda sekali dengan ketika dia menghadapi istrinya
secara nyata. Jika dirumah senjata pusakanya itu seperti menjadi barang yang
tidak berguna di hadapan wanita berkulit hitam manis yang sudah di nikahi
selama empat tahun lamanya itu. Maka di hadapan nenek tua ini, dia merasa
begitu perkasa bahkan saat menggauli nenek tua itu dia merasakan kenikmatan
yang sepertinya tidak dia dapatkan dari wanita lainnya. Begitu nikmat, dan
semakin lama dia semakin merasa ketagihan melakukan dengannya. Tanpa terasa usia pernikah dia dan janda kembang mantan
teman sepekerjaan-nya dulu sudah memasuki usia yang ke empat tahun lama nya,
dan selama itu pula dia selalu melampiaskan hasrat seksual nya pada nenek-nenek
tua itu. Beberapa kali dia pernah membawa serta istri dan anak tirinya itu
datang mengunjungi rumah nenek tua yang dimata sebagian orang adalah guru
kebatinan-nya, seperti halnya suami dan orang-orang di sekeliling nenek tua
itu, istrinya pun tidak pernah menaruh perasaan curiga ataupun cemburu melihat
kedekatan nya pada nenek tua yang sering di kunjunginya itu. Bahkan hubungan mereka semakin terlihat harmonis setiap kali
dia selesai menggauli nenek tua di kamar gelapnya. Bahkan beberapa kali nenek
tua itupun berkunjung dan menginap di rumah Mereka. Dan seperti biasa pada malam harinya, nenek
tua yang selalu memberinya kenikmatan tidak seperti wanita lain nya itu akan menyirap[i] seluruh penghuni
rumah makan nya, di mana selain mereka berdua. Baik istri dan anaknya, suami
kedelapan nenek tua itu pun akan tertidur pulas sampai pagi di kamarnya. Dan seperti biasa, malam itu dia akan menggauli tubuh kurus
nenek tua itu diatas kasur kamar tidur nya, tepat disamping tubuh molek
istrinya. Dan seperti biasa dia akan menggauli nenek tua itu persis seperti
dulu dia menggauli nya pertama kali di samping makam keramat di pinggir hutan
larangan. Sambil menatap wajah istrinya yang masih tertidur pulas, dia
menggauli tubuh kurus kering nenek tua yang sedang memberinya kenikmatan surga
dunia itu sambil menatap wajah istrinya yang tidak pernah bisa di ‘gauli’ nya
itu. Dia tumpahkan semua rasa kecewa dan sakit hatinya, ketidak berdayaan nya
sebagai seorang suami di hadapan istrinya. Dan bercampur kenikmatan yang sedang
memuncak bersama wanita tua yang saat ini lebih pantas menjadi neneknya itu,
dengan penuh dendam dia tumpahkan semuanya di tubuh kurus kering nenek tua yang
terus merintih sambil tersenyum misterius menatapnya. * Dan malam ini dia harus mengakui kalau pernikahannya dengan
wanita berkulit hitam manis itu hanyalah perkawinan semu semata, karena selain
tinggal serumah dan menjalankan usaha rumah makan bersama, dia tidak pernah
bisa memberi, dan mendapatkan ‘kepuasan batin’ dari istrinya itu. Dan malam ini semua gambar dari masa lalunya
itu seperti melintas dengan jelas di kedua pelupuk matanya, dia ingat semuanya.
Mulai dari saat pertama kali dia bertemu dengan nenek tua yang terkenal karena
memiliki Sembilan orang suami di kampungnya itu, hingga hari-harinya bersama
nenek tua itu melakukan perbuatan mesum di belakang istrinya juga di belakang
orang-orang kampung dan kesembilan orang suaminya itu. “Hai anak manusia yang terlahir pada saat bulan purnama,
memiliki nama lahir Sukmawati, maukah engkau
bertobat dan berjanji padaku untuk meninggalkan semua perbuatan yang di larang
agama, membuang semua susuk dan pemanis yang selama ini melekat di tubuhmu? Aku
Raden Ayu Setia Ningrum. Ratu dari semua
ratu siluman harimau di Nusantara, bersedia memberikan mustika kembang Wijaya
Kusuma sebagai penawar untuk mengobati sakitmu, sebagai pengganti penikahan ghaib
yang kalian lakukan tadi. Jika engkau bersedia maka aku akan memberimu Mustika kembang
Wijaya Kesuma suci sebagai pengganti tali penyambung rasa antara alam tidak
sadar dan alam sadarmu yang dulu di putuskan lalu di buang oleh dukun harimau
yang memiliki nama lahir Surya Agrindo dan memiliki gelar Datuk mato rimau yang
selanjutnya menganti tali yang terputus itu dengan Siluman macan kumbang
sebagai penyambung rasa mu dengan jazad kasarmu saat ini.” Tanya wanita cantik
yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota
kecil di kepalanya itu sambil menatap lurus kedua mata wanita berkulit hitam
manis ini. Wanita berkulit hitam manis ini kaget karena wanita cantik
yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota
kecil di kepalanya itu bisa tau nama
lahirnya, nama lahir yang di berikan oleh eyang putrinya dulu, padahal selama
ini hanya dia dan kedua orang tuanya saja yang tau. Dia ingat, cerita orang tuanya dulu, dia sering
sakit-sakitan sewaktu masih memakai nama pemberian eyang putrinya itu. Hingga
kedua orang tuanya kala itu mendatangi orang tua yang atas saran dari orang tua
yang dianggap pintar di kampungnya itu, kala itu namanya di ganti menjadi nama
yang di pakainya hingga saat ini. Setelah diam sejenak wanita berkulit hitam manis itu kembali
menatapku, seperti meminta pertimbangan atas tawaran yang baru saja di ajukan
oleh wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta
mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu. Setelah melihat aku kembali
menganggukan kepala tanda setuju. akhirnya wanita berkulit hitam manis itu
berkata; “Saya bersedia Ratu..” jawabnya sambil menunduk, tidak
berani menatap wajah wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna
hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu. Tiba-tiba saja di tangan kanan wanita cantik yang mengenakan
kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di
kepalanya itu telah ada sekuntum bunga Wijaya Kusumayang menurut mitos
dipercaya memiliki hubungan erat dengan raja-raja Majapahit di masa silam.
Sebagian masyarakat percaya bila bunga ini memiliki kekuatan magis yang cukup
besar sehingga raja-raja tempo dulu diwajibkan memiliki sekuntum bunga
wijayakusuma yang ia peroleh dari tanaman yang ia tanam sendiri. Bahkan timbul mitos lain yang menyebutkan bila seseorang
yang tanpa sengaja menyaksikan mekarnya bunga wijayakusuma, maka orang tersebut
akan mendapatkan kebaikan di hari selanjutnya, baik berupa rezeki yang
berlimpah, kesehatan, kebahagiaan, dan hal-hal positif lainnya. Selanjutnya wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin
berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu memberikan
sekuntum bunga Wijaya Kusuma yang telah mekar itu kepada wanita berkulit hitam
manis di depannya. Dan begitu berada di dalam genggaman tangan wanita berkulit
hitam manis itu tiba-tiba saja bunga Wijaya Kusuma yang tadi terlihat sedang
mekar itu langsung berubah menjadi cahaya, dan cahaya putih itu langsung
membungkus seluruh tubuhnya. Masih dengan tubuh yang terbungkus oleh cahaya putih, wanita
berkulit hitam manis itu tiba-tiba berjalan mendekati pria berkulit gelap yang
dimatanya terlihat begitu berminyak. Pria berbadangelap itu tersurut mundur,
ketakutan melihat tubuh wanita berkulit hitam manis yang sudah di nikahi selama
empat tahun lama nya itu terus bergerak mendekat ke arahnya. “Berhenti! Jangan mendekat!” Teriak pria berbadan gelap itu panik sambil terus mundur,
hingga akhirnya diam tidak bisa bergerak lagi, terhalang dinding di
belakangnya. Saat ini dirinya merasa begitu panas, baluran minyak yang
membasahi seluruh tubuhnya itu seperti mendidih, tubuhnya kelojotan seperti
baru saja di siram oleh minyak panas yang masih mendidih. Tiba-tiba saja tetesan minyak yang menetes ke lantai dan
sedikit menggenang itu berubah bentuk bentuk menjadi sosok manusia minyak[i] yang langsung
menghadang wanita berkulit hitam manis yang terus mendatangi pria berbadan
gelap. Sambil melompat dia berusaha mencekik wanita berkulit hitam manis di
depannya. Dan secara ajaib tiba-tiba saja ditangan wanita berkulit hitam manis
itu telah ada kain batik yang secara reflek langsung saja dia kibaskan ke arah
orang minyak tersebut. Kain batik yang di kibaskan oleh wanita berkulit hitam manis
itu langsung membelit tubuh orang minyak yang terlihat begitu licin itu, namun
sepertinya kain batik itu begitu kesat, sehingga tubuh manusia minyak itu kini
tidak mampu bergerak lagi setelah tubuhnya terlilit oleh kain batik yang
tiba-tiba saja mengeluarkan percikan api begitu membelit tubuhnya. Semakin lama api itu makin membesar hingga membakar seluruh
tubuh orang minyak di dalam belitan kain batik yang tak lama kemudian tubuhnya
kelojotan sebelum akhirnya melolong seperti suara serigala dan tubuh orang
minyak yang terbakar itu berubah menjadi abu, lalu abu itu menghilang di tiup
angin. Wanita berkulit hitam manis itu menatap pria berbadan gelap
yang masih meringkuk ketakutan menatapnya. Sebelum wanita berkulit hitam manis
itu mendekati pria berbadan gelap yang sudah empat tahun menikahinya itu
tiba-tiba saja seperti ada satu kekuatan besar mendorong tubuh wanita berkulit
hitam manis itu ke belakang, tanpa ampun tubuh wanita berkulit hitam manis itu
jatuh terjelentang ke belakang. Dan di hadapannya kini telah berdiri seorang nenek tua yang
berdiri sambil menatap marah ke arahnya. Nenek tua yang tadi menatap marah
padanya itu perlahan mundur mendekati pria berbadan gelap lalu memapah pria
yang sudah empat tahun menjadi suaminya itu. Walaupun saat ini dia sudah tidak
memiliki perasaan apa-apa lagi terhadap pria yang sudah empat tahun menikahinya
itu, tapi hatinya merasa begitu marah melihat nenek tua yang terkenal karena
memiliki sembilan orang suami di kampungnya itu. Dia merasa kalau selama ini
dia telah di bohongi oleh orang-orang yang selama ini begitu di percayainya
itu. Ternyata berita tentang pemerkosaan anak-anak perawan yang
dilakukan oleh orang minyak itu benar ada nya, dan orang minyak itu tak lain
dan tak bukan adalah jelmaan suaminya sendiri yang tidak pernah bisa menjamah
tubuhnya hingga kini. “Pergi! Jangan ganggu suami kesepuluh ku” kata nenek tua
yang terkenal dikampungnya itu kepada wanita berkulit hitam manis di
hadapannya. Wanita berkulit hitam manis itu kaget melihat keduanya,
seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Dia menatap pria
berbadan gelap disamping nenek tua yang terlihat bugil sambil menatap marah
kepadanya itu. “Sekarang abang pilih! Nikahi ulang aku atau ikut bersama
nya?” bentak wanita berkulit hitam manis sambil menatap pria berbadan gelap yang
pernah menjadi suaminya itu. Nenek tua yang terkenal karena memiliki suami Sembilan orang
dikampungnya itu menatap pria berbadan gelap disamping nya. Dan tiba-tiba saja
pria berbadan gelap itu menatap wanita berkulit hitam manis yang tidak pernah
bisa di jamahnya itu. “Tadi abang sudah mengiklaskan kamu menikah dengan-nya”
kata pria berbadan gelap itu sambil menunjuk ke arahku, lalu meneruskan
ucapannya. “Saat ini abang tidak punya pilihan selain ikut dengan nya,
karena ini adalah perjanjian ketika dulu abang meminta tolong untuk bisa
mendapatkan mu, abang sadar rasa cinta ini tidak bisa di paksakan. Segala cara
sudah abang lakukan, tapi itu semua hanya membuat kita semakin masuk kedalam
kubangan dosa yang lebih dalam. dan abang sadar kalau abang bukanlah orang yang
baik untukmu. Selama berusaha mencari obat untuk kesembuhan mu, entah
sudah berapa banyak perawan yang abang korban kan, dan saat ini abang sadar
begitu besar dosa-dosa yang telah abang lakukan. Maafkan abang karena selama
ini telah membohongimu, setiap abang pergi keluar rumah sebenarnya bukan lah
karena abang berusaha untuk mencari nafkah buatmu, abang keluar rumah karena
tuntutan ilmu hitam yang sudah terlanjur abang jalani. Demi kebaikan mu, bagaimanapun juga abang tau engkau adalah
wanita baik-baik, dan saat ini juga dengan kesadaran penuh abang menjatuhkan
talak tiga[ii]
kepadamu agar ringan jalanmu menuju ke arah yang lebih baik.”Kata pria berbadan
gelap itu sambil menatap mata nya dalam-dalam. Tanpa terasa air mata wanita berkulit hitam itu menetes
jatuh ke pipi, walau tadi dia sempat begitu membenci pria berbadan gelap di hadapan
nya itu, terlebih setelah dia tau semua perbuatan jahatnya pada dirinya, dan
pada gadis-gadis perawan yang telah menjadi korbannya. Entah kenapa saat ini dadanya begitu sesak mendengar ucapan
tulus dari pria di depannya itu. Ucapan tulus dari seorang pria yang pernah menjadi suami
nya, ucapan tulus dari seorang pria yang dengan jujur meminta maaf dan mengakui
semua kesalahan masa lalunya, ucapan pria yang masih tetap begitu mencintai
dirinya di detik-detik terakhir perpisahaannya, dan ucapan pria yang dengan
lapang dada melepaskan dirinya demi kebaikan orang yang begitu di cintainya
itu. Dia sadar, sebenar nya pria berbadan gelap itu lelaki baik,
hanya saja dia terlanjur terjerat oleh perjanjian dengan setan akibat begitu
ingin memiliki nya dulu. “Tuhan..aku lelah dengan semua ini..panggil aku
menghadapmu..” Rintih wanita berkulit hitam manis itu, bahunya
terguncang-guncang, menahan tangis nya yang sedari hendak pecah menghadapi
semua cobaan ini. Wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna
hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu datang mendekati
nya, memeluk erat tubuhnya. Di bahu wanita tinggi semampai yang mengenakan
mahkota kecil di kepalanya itu, wanita berkulit hitam manis ini menangis,
menumpahkan semua kesedihan nya, menumpahkan semua rasa getir yang selama ini
terasa begitu berat menggelayut di kedua pundaknya. “Pergilah bawa pria yang telah bersedia menjadi pendamping
mu itu.” Wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun
serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu berkata pada nenek tua yang
tidak mengenakan sehelai benangpun di depannya itu. “Terima kasih Ratu.” Kata nenek tua itu sambil membungkuk
kan badan nya, seraya meminta pria berbadan gelap yang sedang memeluk tubuh
ringkih nya itu juga melakukan hal yang sama dengan-nya. setelah kembali berdiri
nenek itu kembali berkata; “Kami pamit dulu.” katanya sambil menatap wanita cantik yang
mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil
di kepalanya itu, tersenyum menang ke arah wanita berkulit hitam manis, lalu
tersenyum sambil mengedipkan mata sebelah kirinya kepadaku. Wajah wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin
berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu memerah
ketika melihat aku juga ikut tersenyum membalas kedipan mata nenek genit di
depannya itu. “Abang titip dia, tolong jaga dan rawat dia baik-baik, abang
tau diam-diam dia sebenarnya telah jatuh hati kepadamu.” Kata pria berbadan
gelap itu sambil tersenyum iklas menatapku, sebelum tubuhnya berubah menjadi
bayangan lalu menghilang tanpa bekas bersama nenek tua yang terkenal karena
memiliki sembilan orang suami di kampung nya itu. Wanita berkulit hitam manis itu menatap sayu ke arahku, lalu
menatap wajah wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau
daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya yang saat ini sedang di
peluknya itu, dan tanpa terasa butiran air matanya kembali menetes di kedua
pipinya. Wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna
hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu seperti bisa
menyelami perasaan wanita berkulit hitam manis yang saat ini sedang menangis di
bahunya itu. Dan tiba-tiba saja dia membisikan sesuatu ke telinga wanita
berkulit manis yang membuat wanita berkulit manis itu tiba-tiba saja memeluk
erat tubuhnya. Entah apa yang yang di bisikan wanita cantik yang mengenakan
kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di
kepalanya itu kepada wanita berkulit hitam manis barusan, tiba-tiba saja dua
wanita cantik itu sama-sama tersenyum manis melihat ke arahku. Aku garuk-garuk kepala melihat wanita yang tadi terlihat
begitu sedih itu tiba-tiba tersenyum, lalu dua wanita cantik yang sepertinya
sedang bahagia itu tiba-tiba berjalan mendekat ke arahku, kudengar suara wanita
berkulit hitam manis itu berkata; “Saya bersedia Ratu..” katanya seraya
tersenyum manis ke arahku. Selesai
ENTAH kenapa tiba-tiba perutku terasa mulas, dan ingin buang
air besar, aku segera beranjak keluar kamar, masuk ke dalam Ruang Makan, lalu
langsung menuju kea rah Dapur. Karena Rumah
Makan ini selain berfungsi sebagai Warung Makan juga di jadikan tempat tinggal
oleh pemiliknya, maka desain nya mirip dengan suasana rumah pada umumnya. Ada Ruang
Tamu, Ruang Tengah, Dapur dan Kamar Mandi. Hanya saja, ruang tamunya di buat agak
lebar, lalu di fungsikan sebagai Warung Makan.