HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Puasa Sebagai Pengendali Diri

Ruang Berbagi dan Informasi

Puasa Sebagai Pengendali Diri

Seperti kita ketahui, puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tapi juga menahan hawa napsu, menguji rasa sabar dan mengendalikan pikiran. Karena percuma saja, bila kita masih belum bisa mengendalikan pikiran kita dengan prasangka buruk pada orang lain yang belum tentu benar dengan pikiran kita saat menilai orang lain. Alhasil puasa kita hanya mendapatkan lapar dan haus saja. 

Memang diterima atau tidaknya ibadah kita  hanya Allah yang tau, tapi setidaknya kita bisa menghindari apa yang sekiranya dapat merusak ibadah puasa kita. 

Ibadah memang urusan kita dengan Sang Maha Pencipta, kita hanya menjalani saja, seperti peserta didik yang akan mendapat nilai dari gurunya. Pastinya mereka ingin mendapat nilai yang bagus, caranya bermacam-macam,  ada yang jujur dengan belajar sungguh-sungguh dan ada pula yang mendapatkan nilai dengan cara mencontek. Kepuasan yang didapat pasti akan berbeda orang yang mendapat nilai dengan kerja keras sendiri dan orang yang melakukan kecurangan. 

Begitupun dengan puasa, bila kita tidak bisa mengendalikan diri dengan merasa ibadah puasa kita paling sempurna dibandingkan  puasa orang lain secara tidak langsung timbul rasa sombong, memang tidak otomatis membatalkan puasa kita, tapi rusaklah sudah ibadah puasa yang  kita jalani.  

Apakah kita mau, selama satu bulan penuh kita berpuasa hanya mendapatkan lapar dan haus saja? Tentu tidak, kita ingin ibadah kita diterima Allah SWT. 

Saya pribadi juga tidak pernah tau, apakah ibadah saya ini diterima Allah atau tidak? Biarlah itu menjadi rahasia Sang Maha Pencipta, saya hanya sedang  berusaha ingin menjadi orang yang lebih baik meski sedikit demi sedikit. Ibadah saya mungkin tidak sebagus ibadah teman-teman, begitu juga tingkah laku saya. Sekali lagi saya hanya ingin mengarah kearah yang lebih baik, meski saat ini belum terlihat, bila yang dilihat itu aktifitas saya saja. 

Dulu, saya selalu sibuk dengan penilaian manusia, ada rasa takut dinilai tidak baik, bila ada yang salah faham, saya akan mati-matian memberikan penjelasan, bahwa saya tidak seperti yang mereka tuduhkan. Saya sering kesal dan sedih sendiri bila kita dituduh yang tidak pernah kita lakukan. Seperti dituduhnya anak kecil yang sedang berpuasa dengan tuduhan berpura-pura puasa oleh teman sebayanya, hanya karena terlihat memegang makanan.  Terasa tidak adil bila kita langsung dihakimi tanpa mengetahui kisah dibalik itu. 

Saat ini, saya memilih diam untuk menjaga ucapan yang tidak terkontrol dari mulut ini,  prasangka dan penilaian manusia bisa salah, tapi penilaian Allah tidak pernah salah. Tidak pernah ada yang tau siapa saya sebenarnya, selain diri saya sendiri, orang lain hanya menilai kulitnya saja, tapi seolah-olah lebih tau dari diri kita sendiri. 

Seperti ibadah kita, tak perlu digembar-gemborkan, bahwa saya melakukan puasa, shalat wajib dan shalat sunah pada orang lain, untuk apa? Jika kita memberitahunya pada orang yang suka pada kita, mereka akan mendukung dan ikut senang, tapi jika kita memberitahunya pada orang yang tidak suka ke kita? Bisa tambah antipati ke kita, tidak aneh jika niat baik kita di salah artikan, lebih baik lisan kita dijaga.

Jadi, biarlah kualitas ibadah kita hanya Allah yang mengetahui. Saya menulis seperti ini sebagai pengingat dan nasehat diri sendiri tidak ada maksud lain. Saya ucapkan selamat menjalankan ibadah puasa pada kawan-kawan yang sedang menjalaninya.  Yuk kita belajar mengendalikan diri.

 © 2021 - Warkasa1919. All rights reserved

Traktir creator minum kopi dengan cara memberi sedikit donasi. Silahkan Pilih Metode Pembayaran

Tutup Iklan