Widget HTML #1

Novel | Wanita di Penghujung Malam

Ruang Berbagi dan Informasi

Wanita di Penghujung Malam

 

Masyarakat sekitar memiliki cerita dongeng yang istimewa terkait dengan ombak Bono tersebut. Menurut cerita masyarakat melayu lama, ombak Bono terjadi karena perwujudan 7 (tujuh) hantu yang sering menghancurkan sampan maupun kapal yang melintasi kuala Kampar.

 **

ENTAH kenapa aku bisa bermimpi dengan wanita berkulit hitam manis yang mengenakan kerudung panjang berwarna hitam itu, terjaga di tengah malam seperti ini, membuatku sedikit kesulitan untuk memejamkan kedua mataku kembali. Kulihat jam di dinding kamar masih menunjukan pukul 02:00 WIB, dini hari.

Kuambil air putih di atas meja, lalu ku tuangkan ke dalam gelas. Setelah meminum air putih, ku ambil sebatang rokok, ku selipkan kebibir, lalu ku bakar. Sambil menghembuskan asap Rokok,mataku ‘menyapu’ kesekeliling ruang kamar tempat aku menginap malam ini. Sambil menatap Tas Ransel ku yang sedikit basah dan teronggok di sudut kamar. Aku ingat kejadian siang tadi hingga percakapanku menjelang sore tadi.

Siang tadi, awalnya langit begitu cerah, Di antara hamparan tanaman kelapa sawit yang menghijau, tiba-tiba awan menghitam, lalu hujan turun dengan derasnya. Aku berlari menuju kesalah satu rumah Makan yang ada di pinggir jalan lintas ini. Setelah masuk ke dalam Rumah Makan, segera  kupesan segelas kopi susu pada seorang wanita paruh baya yang datang menghampiri.

 

Wanita berkulit hitam manis dengan wajah sedikit pucat tanpa riasan make up itu kuperkirakan berusia sekitar 35 tahun. Di balik kerudung panjang berwarna hitam yang menutup hingga ke dadanya itu, kulihat dia memakai setelan kaos lengan panjang di padu dengan Rok panjang yang juga berwarna hitam.

 

“Mau kemana bang?” tanya wanita berkulit hitam manis ini sambil meletakan segelas kopi susu di hadapanku. 

"Mau ke Teluk Meranti. "jawabku sambil menyeruput kopi susu.

” Oo, mau lihat Ombak Bono?”[ii] tanya nya lagi sambil melihat ke arah Tas Ransel ku yang sedikit basah terkena air hujan barusan.

" Iya. "jawabku, sambil tersenyum menatap ke arahnya.  

"Berapa jauh lagi dari sini kak?" tanya ku lagi, sambil melihat ke arah seorang Pria berusia sekitar 47 Tahun, kulihat baru saja masuk ke dalam warung dan langsung menuju ke arah Dapur. 

Pakaian nya terlihat basah kuyup. Sepertinya, Pria itu sudah tidak begitu asing lagi dengan suasana di dalam Rumah Makan ini. 

“Kalau soal jarak tempuh kesana kakak kurang tau, Abang yang tau, dia sering kesana, kalau nggak lagi musim hujan kayak ini biasanya tiga jam sudah sampai.” jawabnya lagi sambil menunjuk ke arah Pria yang barusan masuk ke dalam dapur.


KOPI SUSU sudah habis dua gelas, nasi sudah sepiring kupindahkan dari dalam Piring ke dalam perutku, tapi hujan masih juga belum ada tanda-tanda akan berhenti. 

Lelaki berbadan gelap, suami kedua wanita berkulit hitam manis itu menawarkanku untuk menginap, dan menempati salah satu Kamar Kosong di sudut Ruang Makan milik mereka.

Aku tau kalau lelaki berbadan gelap di depanku ini adalah suami kedua wanita berkulit hitam manis itu karena memang wanita berkulit hitam manis itu sendiri yang tadi mengatakannya padaku. 


 Di bekas tempat duduk yang tadi di duduki oleh wanita berkulit hitam manis itu, lelaki berbadan gelap ini bercerita.


Sebelum menikah dengan wanita berkulit hitam manis itu. Dulunya dia juga Karyawan Perusahaan yang bekerja di tempat yang sama dengan Suami Wanita berkulit hitam manis itu bekerja.

Menurutnya, kejadian lima tahun yang lalu itu masih membekas kuat di dalam ingatan nya hingga hari ini. Di mana dia dan beberapa karyawan lain nya melihat dengan mata kepala sendiri. Almarhum suami wanita berkulit hitam manis itu di terkam oleh seekor Harimau ketika sedang melakukan pendataan Tanaman Kelapa Sawit di areal perkebunan di PT tempatnya bekerja saat itu.

Setelah kejadian itu, wanita berkulit hitam manis yang saat itu bekerja mengelola kantin di perusaha an tempatnya bekerja saat itu memutuskan untuk berhenti kerja dan memilih untuk pulang ke kampung halamannya.

Jodoh, Maut dan Rezeki memang sudah di atur sama Tuhan, lelaki berbadan gelap yang sudah berstatus duda ketika wanita berkulit hitam manis itu dulu masih mengelola kantin di Perusahaan tempatnya bekerja dulu. Ada sedikit rasa suka kala itu, tapi mengingat status Wanita berkulit hitam manis itu adalah istri dari teman sepekerjaannya sendiri, maka lelaki berbadan gelap ini cuma bisa memendam semua rasa sukanya itu di dalam hati.

Lelaki berbadan gelap ini bukanlah tipe Pria hidung belang yang suka mengganggu istri orang, walaupun sebenarnya diam-diam dia dulu sangat menyukai wanita berkulit hitam manis yang selalu mengenakan kerudung panjang berwarna hitam itu, tapi menurutnya  tadi, dia tidak berani macam-macam dengan nya kala itu. Padahal waktu itu dia memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk menggodanya. Walaupun dia tau jika Suami wanita berkulit hitam manis yang selalu mengenakan kerudung panjang warna hitam itu bukan lah seorang suami yang baik bagi wanita berkulit hitam manis yang memiliki tubuh molek itu.

Dulu, suami wanita berkulit hitam manis yang selalu mengenakan kerudung panjang warna hitam itu sempat ketahuan main gila dengan salah seorang karyawan wanita yang sudah bersuami di perkebunan kelapa sawit tempatnya bekerja itu. Untung saja, semua keributan kala itu bisa di selesaikan secara kekeluargaan tanpa harus melibatkan pihak kepolisian.

Dan pertemuan nya empat tahun yang lalu seperti kembali mengobarkan bibit-bibit asmara yang dulu pernah ada. Walau sudah bersatus janda, Wanita berkulit hitam manis itu tidak langsung menerima begitu saja pinangannya kala itu. Seiring waktu yang berjalan, karena lelaki berbadan gelap ini begitu gigih untuk mendapatkannya. Lambat laun akhirnya wanita berkulit hitam manis itu membuka pintu hatinya kepada mantan teman sepekerjaan almarhum suaminya dulu.

 

DAN HARI INI, adalah hari di mana empat tahun yang lalu janda manis satu anak itu di nikahinya. Dia langsung memutuskan untuk berhenti dari perusahaan tempatnya bekerja, lalu dengan bekal tabungan selama bekerja di perusahaan itu, dia bersama wanita berkulit hitam manis ini membuka rumah makan di pinggir jalan ini. 

Sudah empat tahun lamanya mereka menikah, namun hingga kini belum juga di karunia anak.


Lelaki berbadan gelap ini meneruskan ceritanya padaku sambil ngopi selepas makan malam tadi. 


''Kami sudah berusaha untuk berobat kesana kemari, agar bisa memiliki keturunan, tapi sampai sekarang masih belum ada tanda-tanda yang membuahkan hasil."


Cukup lama kami mengobrol. Aku ingat tadi kami mulai membuka obrolan tentang tanaman kelapa Sawit, yang menurutnya, tanaman kelapa sawit ini adalah salah satu produk unggulan Indonesia yang sudah di kenal luas di dunia internasional, hingga masalah rumah tangga mereka. 

Dan karena hujan tak juga kunjung reda, akhirnya dia menawarkanku untuk menginap malam ini di salah satu Kamar Kosong di sudut ruang makannya ini.

    KONTEN PREMIUM
    Anda sedang membaca Konten Premium dengan Metode Pembayaran, silahkan BERLANGGANAN untuk lanjut membaca

    PAYMENT

6 komentar untuk "Novel | Wanita di Penghujung Malam"

Rumah Fiksi 1919 30 Juni 2021 pukul 10.43 Hapus Komentar
Siiiip
Warkasa1919 30 Juni 2021 pukul 10.44 Hapus Komentar
Terimakasih atas kunjungannya, mbak Din..😅🤝
Budi Susilo 30 Juni 2021 pukul 11.30 Hapus Komentar
Puanjaaang... ceritanya
Warkasa1919 1 Juli 2021 pukul 02.23 Hapus Komentar
Iya😂✌️
celotehnur54 1 Juli 2021 pukul 10.34 Hapus Komentar
Duh ..., tarik nafas dulu, Mas. Kepanjangan. Terima kasih telah berbagi kisah. Selamat pagi.
Warkasa1919 1 Juli 2021 pukul 12.48 Hapus Komentar
Iyaa bu Nur.. hehehe ini 10.000 kata, mau ujicoba aja sih, gimana jika artikel sepanjang ini tayang di satu halaman.