Islam Kejawen adalah salah satu bentuk praktik keagamaan yang berkembang di kalangan masyarakat Jawa yang menggabungkan ajaran Islam dengan nilai-nilai dan tradisi budaya lokal, khususnya warisan dari agama-agama asli Nusantara, seperti Kapitayan, Hindu-Buddha, dan unsur kepercayaan lainnya. Islam Kejawen bukanlah aliran resmi dalam Islam, tetapi lebih kepada cara orang Jawa memaknai dan mengamalkan ajaran Islam secara sinkretik.
🕌 Apa Itu Islam Kejawen?
Islam Kejawen atau kadang disebut juga sebagai Islam Abangan adalah bentuk spiritualitas yang:
-
Memadukan ajaran tasawuf Islam dengan kepercayaan dan praktik tradisional Jawa.
-
Tidak terlalu menekankan pada aspek syariat formal (seperti fikih), tetapi lebih pada aspek mistik, etika, dan filosofi hidup.
-
Cenderung mengutamakan keselarasan, keseimbangan, dan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.
Islam Kejawen berkembang kuat sejak abad ke-15 seiring dengan peran para Walisongo yang menyebarkan Islam di tanah Jawa dengan pendekatan akulturatif dan kultural, bukan konfrontatif.
📜 Pokok Ajaran Islam Kejawen
Beberapa pokok ajaran atau nilai penting dalam Islam Kejawen antara lain:
1. Manunggaling Kawula Gusti
-
Ajaran mistik yang berarti “bersatunya hamba dengan Tuhan”.
-
Mirip dengan konsep wahdatul wujud dalam tasawuf.
2. Sangkan Paraning Dumadi
-
Ajaran filsafat tentang asal-usul dan tujuan hidup manusia.
-
Sangkan (asal) dan paran (tujuan) menuju Dumadi (Yang Maha Mencipta).
3. Laku Spiritual (Tapa, Semedi, Tirakat)
-
Praktik spiritual yang bertujuan untuk membersihkan jiwa dan mendekatkan diri pada Tuhan.
-
Bisa berupa puasa, meditasi (semedi), tapa brata, dan menyepi.
4. Etika Hidup Jawa
-
Menjunjung tinggi nilai-nilai seperti sabar, nrimo (menerima), rukun (harmonis), dan eling (ingat Tuhan).
5. Kepercayaan terhadap Alam Gaib
-
Pengakuan terhadap eksistensi makhluk halus, roh leluhur, dan kekuatan-kekuatan gaib.
-
Praktik sesajen dan ziarah ke makam leluhur sebagai bentuk penghormatan.
🌿 Hubungan Islam Kejawen dengan Agama Kapitayan
Agama Kapitayan adalah sistem kepercayaan kuno masyarakat Jawa pra-Hindu-Buddha, diperkirakan berkembang sejak zaman Austronesia hingga era awal kerajaan-kerajaan di Jawa. Kapitayan merupakan bentuk kepercayaan monoteistik primitif yang mengenal satu Tuhan yang disebut Sang Hyang Taya (tidak tampak, tidak bisa dipikirkan, tanpa bentuk).
Ciri-ciri Agama Kapitayan:
-
Menyembah Sang Hyang Taya, Tuhan yang tidak dapat digambarkan.
-
Tidak menggunakan patung atau gambar dalam penyembahan.
-
Tempat ibadah berupa Sanggar atau punden berundak.
-
Menekankan hubungan spiritual yang bersih dan murni antara manusia dengan Tuhan.
-
Mengembangkan praktik semedi dan tapa brata.
Hubungan dengan Islam Kejawen:
-
Monoteisme Kapitayan memudahkan masuknya Islam, karena konsep Tuhan Esa sudah dikenal.
-
Para Walisongo menggunakan pendekatan kultural dengan menyerap elemen Kapitayan untuk menjelaskan konsep Tauhid kepada masyarakat Jawa.
-
Penggunaan istilah seperti Sangkan Paraning Dumadi dan praktik seperti semedi diadaptasi dari tradisi Kapitayan.
-
Tempat-tempat keramat dan ziarah yang dahulu digunakan dalam Kapitayan diintegrasikan ke dalam tradisi Islam Kejawen sebagai bentuk ziarah kubur (tahlilan, nyadran).
🌱 Kesimpulan
Islam Kejawen adalah bentuk Islam yang menyatu dengan budaya Jawa, mengambil ajaran Islam khususnya tasawuf dan menggabungkannya dengan tradisi dan filsafat lokal yang sebagian besar berasal dari agama asli Nusantara, terutama Kapitayan. Para Walisongo berperan besar dalam proses sinkretisasi ini, menjadikan Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Jawa tanpa menghilangkan identitas budaya lokal.