SYIRIK ITU LOKAL, KALAU ARAB NAMANYA SUNNAH

SYIRIK ITU LOKAL, KALAU ARAB NAMANYA SUNNAH

SYIRIK ITU LOKAL, KALAU ARAB NAMANYA SUNNAH



SYIRIK ITU LOKAL, KALAU ARAB NAMANYA SUNNAH

Kenapa batu dari Mekkah seperti Hajar Aswad boleh dicium dan dihormati, tapi batu dari gunung kampung dianggap sesat dan musyrik?

Kenapa air zamzam dipuji sebagai air penuh berkah, tapi air dari sendang leluhur justru dituduh sebagai bagian dari praktik syirik?

Tulisan ini mengupas dengan tajam standar ganda dalam memahami tauhid dan syirik. Sebuah pengulitan terhadap cara pandang sebagian umat yang cenderung menganggap budaya Arab sebagai suci karena diselimuti label “sunnah”, sementara kearifan lokal dianggap warisan setan hanya karena tidak berasal dari Jazirah Arab.

Padahal, jika kita mau jujur berdasarkan penelusuran sejarah:

  • Hajar Aswad sudah ada dan dihormati sejak zaman Jahiliah, bahkan sempat disembah. Islam tidak menghancurkannya, tapi memberi makna baru.

  • Tradisi mencium batu, menghormati tempat, dan memuliakan air sudah lama hadir di budaya manusia, termasuk di Arab sebelum Islam.

Lalu, apa bedanya keris dengan Hajar Aswad?
Apa bedanya sesajen dengan air zamzam?

Jawabannya tidak ada pada bentuknya.
Tidak pada benda itu sendiri.
Tapi pada siapa yang bercerita tentangnya.

Kalau cerita itu datang dari Mekkah, maka diberi label “sunnah”.
Kalau berasal dari dusun atau desa sendiri, maka dicap “syirik”.

Kita sedang berhadapan dengan politik makna, bukan teologi sejati.

Mungkin yang perlu kita tanyakan ulang adalah:

  • Apakah benar semua yang disebut “sunnah” itu bersih dari unsur budaya lokal?

  • Apakah semua yang dianggap “klenik” atau “lokal” itu otomatis syirik?

Bisa jadi, yang selama ini kita anggap syirik... justru lebih jujur dalam spiritualitasnya,
dibandingkan dengan sesuatu yang kita anggap tauhid… hanya karena dibungkus dengan nama Arab.


Tulisan ini bukan untuk memberontak, tapi untuk membuka mata—bahwa iman tidak bisa dibatasi oleh geografi, dan kearifan lokal pun bisa menjadi jalan menuju Tuhan, selama niatnya murni, dan tidak menyekutukan-Nya.

Ini pertanyaan yang sangat tajam dan filosofis, menyentuh akar dari bagaimana narasi keagamaan dibangun, dan bagaimana kuasa wacana menentukan mana yang dianggap "tauhid" dan mana yang "syirik".

Mari kita uraikan beberapa poin kuncinya:


1. Standar Ganda dalam Penilaian

  • Hajar Aswad memang adalah batu yang sudah dikenal dalam tradisi pra-Islam di Mekah. Ia bukan batu "baru" dalam sejarah Islam. Dulu disembah, lalu dimaknai ulang oleh Islam sebagai batu yang dicium Nabi—bukan disembah, tapi dihormati.

  • Di sisi lain, batu dari gunung kampung atau keris pusaka sering kali dicap sebagai "musyrik" karena tidak berasal dari tradisi Arab atau tidak dibingkai dalam narasi resmi Islam.

→ Intinya: benda yang mirip bisa diberi makna berbeda tergantung siapa yang bercerita dan dari mana tradisinya berasal.


2. Islamisasi vs Arabisasi

  • Banyak orang tidak bisa  membedakan antara ajaran Islam dan budaya Arab. Ketika budaya Arab dilabeli sebagai "sunnah", ia dapat legitimasi agama. Ketika budaya lokal diangkat, ia dianggap bid'ah atau musyrik.

  • Misalnya: air zamzam diyakini berkah karena cerita spiritual di baliknya. Tapi sendang leluhur—yang juga sering disakralkan karena dipercaya membawa ketenangan atau manfaat—langsung dianggap sesat.


3. Makna Bergantung pada Narasi

  • Keris bisa dilihat sebagai pusaka budaya, simbol perjuangan, bahkan spiritualitas. Tapi kalau dilihat dari kacamata literalistik agama, ia bisa dituduh berbau klenik.

  • Hajar Aswad, walaupun juga hanya batu, dimuliakan karena ada narasi kenabian dan sejarah suci di sekitarnya.

  • Sesajen dan air zamzam sama-sama bentuk persembahan atau simbol harapan. Tapi yang satu disebut syirik, yang lain disebut berkah—karena beda konteks, bukan karena beda esensi.


4. Intinya: Siapa yang Bercerita Menentukan Makna

"Jawabannya bukan pada bentuknya, tapi pada siapa yang bercerita."

Ini kalimat kunci. Makna benda atau praktik spiritual bukan ditentukan oleh bentuk fisik, tapi oleh wacana yang mengelilinginya:

  • Jika ia dibingkai oleh kekuasaan agama mayoritas dan legitimasi kitab, ia dianggap benar.

  • Jika ia dibingkai oleh tradisi lokal tanpa legitimasi Arab, ia dianggap sesat.


Penutup:

Tulisan yang ide besarnya berasal dari channel Sudrun Gugat yang berjudul "SYIRIK ITU LOKAL, KALAU ARAB NAMANYA SUNNAH" ini tidak sedang menggugat keimanan, tapi sedang meminta kejujuran intelektual. Kita diajak berpikir: apakah kita menilai sesuatu karena esensinya, atau karena siapa yang mengklaim maknanya?

Menghormati budaya Arab tidak harus menginjak budaya sendiri. Islam datang bukan untuk menghapus budaya, tapi untuk mensucikan nilai-nilainya. Maka, barangkali kita perlu bertanya lagi: apa itu tauhid, dan siapa yang berhak menafsirkan syirik?


SYIRIK ITU LOKAL, KALAU ARAB NAMANYA SUNNAH

SYIRIK ITU LOKAL, KALAU ARAB NAMANYA SUNNAH

 Kenapa batu dari Mekkah boleh dicium, tapi batu dari gunung kampung dianggap sesat?

Kenapa air zamzam dianggap berkah, tapi air dari sendang leluhur disebut musyrik? Video ini menguliti standar ganda dalam menilai tauhid dan syirik ketika budaya Arab diberi legitimasi penuh atas nama sunnah, sementara kearifan lokal dituduh sebagai warisan setan. Kita diajak menyusuri sejarah Hajar Aswad yang justru sudah disembah sebelum Islam datang, dan bagaimana tradisi pemujaan batu adalah warisan Arab jahiliah, bukan wahyu. Apa bedanya keris dan Hajar Aswad? Apa bedanya sesajen dan air zamzam? Jawabannya bukan pada bentuknya, tapi pada siapa yang bercerita.
Baca Juga
Rp 3.410.445
WordPress
Rp 1.878.293
Blogger
Rp.25,000,00
Berlangganan Konten Premium Rp.25.000,00 sekali baca atau Rp.120.000,00 per tahun
Rp.110.000,00
Buku
Rp.-
Jika Anda berminat bisa menghubungi kami
Rp.-
Jika Anda berminat bisa menghubungi kami
Cek Harga Domain
Domainesia

Lihat Peta

atrbpn
OpenStreetMap
Pusat Database BMKG
Google

Tanya AI

Google
ChatGPT
Meta

  • Tentang
  • Profil

    Warkasa1919
    Warkasa1919

    Lihat Profil

    Warkasa1919.com adalah sebuah platform blog dan publikasi online yang menyediakan berbagai macam konten menarik dan bermanfaat. Kami fokus membahas topik seputar Bisnis Online, Informasi Teknologi, dan berbagai artikel fiksi seperti Novel, Cerpen, dan Puisi.



  • Perlu Bantuan?

© 2025 - Warkasa1919.com.All rights reserved