Cuaca ekstrem rugikan dunia 3000 triliun rupiah dalam 10 tahun!
Cukup besar kerugian ekonomi global diakibatkan kejadian cuaca
ekstrem terkait iklim dalam jangka satu dasawarsa terakhir. Setidaknya tercatat
terjadi kerugian sebesar 3000 triliun rupiah (3 kuadriliun) atau senilai 2
triliun dolar Amerika.
Lantas, siapa yang paling parah terkena kerugian? Amerika
Serikat merupakan negara yang paling parah terkena dampaknya, demikian menurut
sebuah laporan yang diterbitkan ketika para pemimpin dunia yang berkumpul
menghadiri pertemuan COP29 di Baku, Azerbaijan awal November 2024.
Perkiraan kerusakan dalam Laporan Oxera untuk Kamar Dagang
Internasional (International Chamber of Commerce) tahun 2014-2023 kurang lebih
sama dengan perkiraan kerusakan akibat krisis keuangan global tahun 2008. Sekretaris
Jenderal ICC, John Denton, mengatakan bahwa dampak ekonomi dari perubahan iklim
membutuhkan respon dengan kecepatan dan ketegasan yang sama.
Para peneliti laporan ini menyigi hampir 4.000 peristiwa
ekstrem yang terjadi selama periode 10 tahun yang berdampak pada 1,6 miliar
orang.
Dalam dua tahun terakhir dari laporan ini saja, kerugian
ekonomi global mencapai $451 miliar. Angka tersebut meningkat 19% dibandingkan
dengan delapan tahun sebelumnya dalam dekade ini, menurut para peneliti.
Laporan tersebut menemukan bahwa negara-negara berkembang
dapat terkena dampak yang sangat besar dari satu kejadian cuaca ekstrem, yang
sering kali mencapai kerugian ekonomi yang lebih tinggi dari PDB tahunan suatu
negara.
“Data dari dekade terakhir menunjukkan secara definitif perubahan
iklim bukanlah masalah di masa depan; kerugian produktivitas yang besar akibat
kejadian cuaca ekstrem dirasakan di sini dan saat ini oleh ekonomi riil,” kata
Denton dalam sebuah pernyataan yang menyertai laporan tersebut.
Amerika Serikat mengalami kerugian ekonomi terbesar selama
periode 2014-2023 ($934,7 miliar), diikuti oleh China $267,9 miliar dan India
$112 miliar). Secara per kapita, pulau
kecil Saint Martin di Perancis mengalami kerugian terbesar: total $5,1 juta,
tetapi biaya rata-rata per orang adalah $158.886.
Wilayah A.S., Puerto Rico, yang masih belum pulih sepenuhnya
dari Badai Maria yang menghancurkan tahun 2017, berada di urutan kelima dalam
hal biaya per kapita yang paling parah.
AS berada di urutan ke-10 dalam peringkat ini.
Ancaman Utama
Kegagalan untuk memitigasi perubahan iklim digolongkan
sebagai salah satu ancaman utama dalam Laporan Risiko Global 2023 dari Forum
Ekonomi Dunia, dengan 70% responden menilai langkah-langkah yang ada untuk
mencegah atau mempersiapkan diri menghadapi perubahan iklim sebagai “tidak
efektif” atau “sangat tidak efektif”.
Meskipun sudah 30 tahun melakukan advokasi dan diplomasi
iklim global, sistem internasional telah berjuang untuk membuat kemajuan yang
diperlukan dalam perubahan iklim, kata laporan tersebut. Potensi kegagalan
untuk mengatasi risiko global yang eksistensial ini pertama kali masuk dalam peringkat
teratas Laporan Risiko Global lebih dari satu dekade yang lalu, tahun 2011.
Penilaian Risiko Iklim Eropa yang pertama (European Climate
Risk Assessment) menyimpulkan bahwa risiko iklim semakin meningkat. Beberapa
dari 36 risiko iklim utama berada pada tingkat kritis dan sangat mendesak.
Peristiwa ekstrem terkait iklim diperkirakan akan semakin meningkat dan
kecepatan adaptasi tidak mengikuti kecepatan yang sama. Akan sulit Uni Eropa
akan dapat mengurangi dampak dari peristiwa-peristiwa ini dengan membangun
ketahanan ekonominya dan mencegah mengurangi kerugian ekonomi pada tahun 2030.
Berbagai studi menunjukkan manfaat dari langkah-langkah
adaptasi, termasuk solusi berbasis alam, untuk mengurangi dampak cuaca dan
iklim ekstrem. Pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi diperlukan untuk
beradaptasi dan mengelola risiko, serta mengembangkan strategi yang menangani
risiko yang tersisa dan residu yang tidak dapat dimitigasi dengan
langkah-langkah adaptasi.